NovelToon NovelToon
Hitam Putih Kehidupanku

Hitam Putih Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Balas Dendam / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: inge gustiyanti

Menceritakan tentang seorang wanita cantik yang bernama Quinley. Dia telah jatuh cinta kepada bosnya pada pandangan pertama. Setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya, hubungan mereka menjadi dekat dan ada rahasia yang terkuak sehingga mereka menikah.

Namun tanpa diduga olehnya, dia telah diculik oleh suaminya. Di dalam penculikan itu hidupnya seperti di neraka yang telah membuat dirinya hancur berkeping-keping, hilangnya masa depan dan hilangnya impian dia. Kelamnya sebuah takdir kehidupan yang telah merubah dirinya menjadi seorang wanita tanpa empati dan penuh dendam.

Seperti apakah warna-warni kehidupan dirinya setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya?

Bagaimana alur kehidupan dia dan bosnya setelah pertemuan pertama mereka?

Silakan dibaca cerita novel yang dibumbui dengan intrik-intrik kehidupan ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inge gustiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4, Jatuh Cinta Kepadanya

Di like ya guys 😁

Di vote ya guys 😁

Di komen ya guys 😁

Happy reading 🤗

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Quinley berdiri di depan cermin yang besar dan tersenyum. Melihat wajahnya yang sudah dipoles dengan jenis make up natural oleh dirinya sendiri. Saat ini dia memakai celana jins dan atasannya model Sabrina sehingga memperlihatkan punggung mulusnya. Rambut ikalnya dibiarkan terurai, hanya diberi hiasan jepitan mutiara asli di atas telinga kanannya. Mengambil tas selempangnya yang berada di atas meja rias. Dia berjalan menuju pintu kamarnya. Menekan handle pintu kamarnya, lalu menariknya.

Pintu kamarnya terbuka secara perlahan. Dia melepaskan tangannya dari handle pintu. Quinley keluar dari kamarnya dengan wajah yang penuh dengan ceria. Dia langsung mencari Aang ibu ke dapur rumahnya. Menyusuri ruang keluarga dan ruang makan. Quinley menghentikan langkah kakinya dengan ekpresi wajah yang terkejut ketika ibunya berjalan menghampiri dirinya sambil membawa kue ulang tahun.

"Selamat ulang tahun, kami ucapkan. Selamat panjang umur, kita 'kan doakan. Selamat sejahtera, sehat, sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia. Panjang umurnya, panjang umurnya

Panjang umurnya serta mulia. Serta mulia, serta mulia. Tiup lilinnya, tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga. Sekarang juga, sekarang juga. Potong kuenya, potong kuenya. Potong kuenya sekarang juga. Sekarang juga, sekarang juga," ibunya Quinley menyanyikan lagu sambil berjalan menghampiri Quinley.

"Terima kasih banyak Mommyku sayang," ucap Quinley bahagia.

"Tiup lilinnya, lalu memohon permintaan," ujar ibunya Quinley yang bernama Quinza Patricia Johnson sambil menghentikan langkah kakinya di hadapan Quinley.

"Tuhan, berikanlah aku kesehatan jasmani rohani, tambahkan rezekiku dan umur panjang," ujar Quinley sambil memejamkan matanya.

"Kamu nggak minta jodoh?" tanya Quinza ketika Quinley membuka matanya.

"Umurku masih muda Mom."

"Bidadari cantiknya Mommy mau pergi ke mana?" tanya Quinza sambil berjalan menghampiri meja makan.

"Aku mau ngajak Mommy jalan-jalan main ke taman Mom. Ini semua Mommy yang masak?" tanya Quinley sambil berjalan mengikuti langkah kakinya Quinza.

"Iya cantiknya Mommy," jawab Quinza ceria sambil menaruh kue ulang tahun di atas meja.

"Aahhh ... aku Sayang banget sama Mommy," ucap Quinley manja sambil memeluk ibunya dari samping, tak lupa mendaratkan kecupan manis di pipi sang ibu yang membuat Quinza terkekeh, walau sudah dewasa, anak gadisnya itu tetap saja manja kepadanya.

"Mommy juga sangat sayang sama Quinley. Selamat ulang tahun cantiknya Mommy, umurmu semakin bertambah, semoga putri cantik Mommy semakin dewasa, semoga sehat selalu, panjang umur, rezekinya bertambah dan cepat dapat jodoh."

"Terima kasih Mommy, terima kasih sudah jadi Mommy sekaligus Daddy untuk Quinley, terima kasih sudah menemani hari-hari Quinley. Tetaplah temani Quinley sampai sukses Mom, tanpa Mommy, Quinley nggak tahu gimana hidup Quinley," ucap Quinley berkaca-kaca.

"Ayo makan, keburu dingin loh sarapannya," ujar Quinza.

"Ayo Mom," ucap Quinley sambil melepaskan pelukannya.

"Nanti sore aja ke tamannya sekalian kita ngeteh, sebentar lagi Om Samuel mau datang ke sini," Quinza sambil menarik salah satu kursi.

"Om Samuel masih sering ke sini, Mom?" tanya Quinley sambil menarik sebuah kursi di samping kanannya Quinza.

"Dia masih suka ke sini, tapi nggak sesering dulu," jawab Quinza sambil menduduki tubuhnya.

"Mommy nikah aja sama Om Samuel," celetuk Quinley sambil menduduki tubuhnya.

Sontak Quinza menoleh ke Quinley, lalu berucap, "Mommy tidak akan pernah menikah lagi, Sayang."

"Tapi kan Mom, Om Samuel sepertinya sangat menyayangi Mommy dan aku, dia selalu berbuat baik kepada kita," ucap Quinley yang memberanikan untuk bertanya setelah bertahun-tahun dia menyimpan pertanyaan itu.

"Dia melakukan itu semua karena dia adalah sahabat Mommy dan Daddy, selain itu dia juga membayar jasanya mendiang Daddy kamu."

"Memangnya kenapa Daddy? Bukannya Daddy meninggal karena kecelakaan?" rentetan pertanyaan Quinley heran.

"Daddy kecelakaan karena menolong Om Samuel. Waktu itu Daddy kamu dan Om Samuel sedang dalam perjalanan bisnis, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh Daddy kamu oleng karena salah satu bannya pecah dan remnya blong, seperti disabotase oleh seseorang. Daddy kamu meminta Om Samuel untuk loncat keluar dari dalam mobil. Om Samuel mengikuti ucapan Daddy kamu. Tak lama kemudian, mobil itu menabrak sebuah pohon."

"Siapa dalang kecelakaan itu, Mom?"

"Sampai sekarang pelakunya belum tertangkap dan kasusnya ditutup oleh pihak kepolisian."

Kringgg ... kringgg ... kringgg .... Bunyi dering dari pesawat telepon rumah itu. Quinley beranjak berdiri, lalu melangkahkan kakinya menuju ke ruang keluarga. Menghentikan langkah kakinya di depan sebuah nakas yang di atasnya ada pesawat telepon. Mengambil gagang pesawat telepon itu, lalu mendekatkan benda itu ke telinga kirinya.

"Hallo selamat pagi, ini dengan siapa ya?" ucap Quinley ramah.

"Selamat pagi. Ini dengan Nyonya Quinza?"

"Iya, anda siapa ya?" ucap Quinley sedikit berbohong.

"Ini dengan Pak Juan, asisten pribadinya Tuan Samuel. Saya hanya ingin memberi tahu bahwa Tuan Samuel mengalami kecelakaan. Dia sekarang berada di ruang IGD rumah sakit St Thomas. Tuan Samuel mengalami kecelakaan di daerah Westminster ketika beliau sedang berada di dalam perjalanan menuju ke rumah Nyonya. Jadi, saya sebagai perwakilan dari Tuan Samuel, mohon minta maaf kepada Nyonya karena hari ini Tuan Samuel tidak jadi ke rumah anda," ujar Juan sopan yang membuat Quinley terkejut.

"Astaga. Pak Juan, nanti tolong dikabari lagi tentang keadaan Tuan Samuel ke saya. Semoga Tuan Samuel cepat pulih. Terima kasih banyak ya Pak Juan," ucap Quinley sopan.

"Sama-sama Nyonya. Selamat pagi."

Tak lama kemudian sambungan telepon itu terputus. Quinley menjauhkan gagang pesawat telepon itu dari telinga kirinya, lalu menaruh gagang pesawat telepon itu ke tempat semula. Quinley membalikkan tubuhnya, lalu berjalan lemas menuju ke ruang makan. Quinza mengerutkan keningnya melihat wajahnya Quinley yang lesu. Quinley menghentikan langkah kakinya di samping kanan kursi yang tadi dia duduki.

"Ada apa Sayang?" tanya Quinza bingung sambil menoleh ke Quinley.

"Om Samuel mengalami kecelakaan di daerah Westminster ketika Om Samuel sedang berada di dalam perjalanan menuju ke sini, Mom. Dia sekarang berada di IGD rumah sakit St. Thomas," jawab Quinley sambil menduduki tubuhnya di kursi sebelah kanannya Quinza.

"Astaga, semoga Om Samuel cepat sembuh."

"Ameen."

"Padahal semalam Om Samuel ngomong ingin menjodohkan kamu dengan salah satu anaknya," ujar Quinza.

"Apa aku nggak salah dengar, Mom?" tanya Quinley kaget.

"Nggak Sayang. Dia ingin sekali menjadikan kamu sebagai anaknya. Satu-satu caranya adalah menikahkan kamu dengan salah satu anaknya."

"Maaf Mom, aku tidak bisa menerima perjodohan itu," ucap Quinley yakin.

"Memangnya kenapa Sayang? Kamu sudah punya pacar?" rentetan pertanyaan Quinza.

"Aku belum punya pacar, tapi aku telah jatuh cinta kepada bosku Mom."

"Siapa nama bos kamu Sayang?"

"Tuan Albern Cedric Smith."

"Dia itu salah satu anaknya Om Samuel. Apakah dia mencintaimu?"

"Aku tidak tahu, Mom."

"Nanti Mommy bicarakan hal ini ke Om Samuel."

"Tidak perlu Mom. Aku menginginkan sebuah pernikahan yang berdasarkan atas saling mencintai, saling mempercayai, saling bertanggung jawab dan saling memberikan kenyamanan hidup."

"Baiklah kalau itu maumu. Nanti kamu ngomong langsung aja ke Om Samuel."

"Ok Mom."

"Mommy berharap kamu menikah dengan Albern atau Albert."

"Sudahlah Mom, aku tidak mau menjalankan sebuah pernikahan yang dipaksakan."

"Semoga Albern mencintaimu."

"Ameen."

"Kenapa kamu jatuh cinta kepadanya?"

"Dia ganteng dan baik, itulah yang membuat aku jatuh cinta kepadanya."

1
momy hana
gd
momy hana
ada sedikit celah lah kk autor,hgn smp quinza mati semangat kk
momy hana
tlg lanjut kk,ceritanya menarik bgt, kasihan bgt quinly, apa bnryg lg disiksa ibunya quin
Inge Gustiyanti: maaf kemarin 2 belum sempat update, karena anak lagi sakit ,🙏 . Saya usahakan hari ini update. Terima kasih sudah menyukai cerita novel saya yang ini.
total 1 replies
Inge Gustiyanti
Alur ceritanya jelas dan detail
Alphonse Elric
Terima kasih author! 🙏
Ánh sáng
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Maximilian Jenius
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!