NovelToon NovelToon
Pernikahan Paksa Berakhir Bahagia (Menikahi Gadis Amnesia)

Pernikahan Paksa Berakhir Bahagia (Menikahi Gadis Amnesia)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta Seiring Waktu / Suami amnesia / Menyembunyikan Identitas / Gadis Amnesia
Popularitas:313.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rositi

“Gunduli kepala mereka, jika mereka tetap tidak mau mengakui kesalahan mereka! Bisa-bisanya mereka berzin.a di lingkungan kita!” ucap warga menggebu-gebu penuh amarah.

Entah ibli.s apa yang merasuki warga. Hingga mereka menghakimi Hasan dan gadis amnesia yang bersamanya, dengan sangat keji. Hanya karena warga memergoki Hasan dan gadis tersebut tengah berpelukan di dalam mobil bersuasana gelap. Kedua sejoli itu dituduh akan melakukan zina. Ditambah lagi, keduanya tidak bisa menyerahkan kartu identitas.

Bukan hanya mobil Hasan yang remuk setelah diamuk warga. Karena Hasan juga terluka parah. Si gadis amnesia yang dituduh menjadi pasangan zina Hasan, juga nyaris dibotaki. Padahal alasan kedua sejoli itu bersama karena kecelakaan lalulintas yang sebelumnya keduanya alami. Hasan tak sengaja menabrak si gadis dan membuat si gadis menjadi amnesia total. Keduanya yang tidak saling kenal, tengah saling menguatkan satu sama lain melalui pelukan.

Namun, demi menyelamatkan nyawa satu sama lain, kedua sejoli itu menerima untuk dinikahkan paksa. Lantas, pernikahan seperti apa yang akan keduanya miliki jika alasan mereka menikah saja karena fitnah yang begitu keji?

[Merupakan bagian dari novel : Kembar Genius Kesayangan Bos Mafia Kejam & Rujuk Bersyarat Turun Ranjang ]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4 : Memikirkan Masa Depan (Sudah Direvisi)

Niat Hasan meminta bantuan polisi untuk mengantarnya pulang, mendadak redam. Sebab ketulusan seorang Cinta yang begitu memperhatikannya, membuat Hasan memiliki keinginan berbeda. Bersama Cinta, Hasan ingin menjalani hidup mandiri. Kehidupan tanpa bantuan siapa pun, bahkan orang tuanya yang memang merupakan orang berada. Hasan ingin menjalani percintaan romantis tanpa campur tangan siapa pun.

“Sepertinya bakalan seru andai kami tinggal di kontrakan atau malah rumah KPR! Kami sama-sama kerja, atau aku yang kerja, dia tetap di rumah dan menunggu aku pulang,” pikir Hasan. Baru ia sadari, kebersamaannya dengan Cinta, membuat dadanya berdebar-debar.

“Kok jadi bahagia gugup begini, ya?” pikir Hasan lagi hanya karena tengah disuapi oleh Cinta.

Cinta yang meski masih diinfus, sengaja mengurus Hasan. “Sampai hari ini kita masih bisa makan karena masih diberi jatah pihak rumah sakit. Namun sepertinya, pengobatanku akan segera berakhir,” ucap Cinta yang merasa bingung dengan masa depan mereka.

Cinta belum bisa menerka masa depannya dan Hasan. Keadaan mereka yang sama-sama sakit. Juga mereka yang tak memiliki sepeser pun uang, bahkan mereka tak memiliki tujuan untuk sekadar dimintai bantuan. Semua itu membuat masa depan mereka terasa suram.

Hasan terdiam karena ia sadar, wanita yang ia nikahi dan otomatis merupakan istrinya, sedang mengeluhkan masa depan mereka.

“Kamu bisa menghubungi bos kamu dulu? Biaya rumah sakit kan harus dibayar,” ucap Cinta lagi.

“Masalahnya aku beneran enggak hafal nomor siapa pun. Andai aku hafal, pasti aku sudah menghubungi nomor orang tuaku,” ucap Hasan yang dalam hatinya berdalih keceplosan. “Harusnya aku jangan bilang kalau aku masih punya orang tua!” sesalnya dalam hati jadi ketar-ketir sendiri.

Mendengar balasan Hasan, pandangan Cinta sempat menjadi sangat gelap. Cinta merasa sangat pusing karena sadar, mereka tidak memiliki masa depan. Hanya saja, Cinta sudah telanjur merasa, Hasan merupakan bagian dari hidupnya. Karena meski Hasan juga yang membuatnya amnesia, sejauh ini Hasan masih sangat tanggung jawab kepadanya.

“Ya Allah, ... pakaian kami bahkan masih sama dengan pakaian kemarin. Pakaian yang sempat penuh darah sekaligus basah oleh hujan, kini sudah mengering. Jadi jangankan masa depan, sekarang enggak gila saja, untung!” batin Cinta.

Berbeda dengan Hasan, Cinta yang lebih memikirkan nasib mereka memang jauh lebih cepat sehat. “Sepertinya aku memang tipikal wanita pemikir hebat,” batin Cinta. Sambil menenteng botol infus, ia menemui polisi yang berjaga di depan ruang rawatnya.

Karena adanya Cinta dan Hasan di rumah sakit juga efek jalur polisi, sampai kini pun, mereka masih diawasi polisi.

“Untuk kasus Mbaknya, sudah mulai ditangani dan semua terduga pelaku, sudah diamankan. Termasuk barang bukti yaitu sebuah mobil mewah yang remuk,” jelas polisi yang berjaga dan langsung membuat Cinta lega.

Cinta juga mendadak memiliki pemikiran untuk menuntut ganti rugi. “Soalnya karena kejadian tersebut, selain kami yang jadi babak belur begini, bahkan mobil Hasan hancur, isi dompet sekaligus ponsel Hasan juga dicuri, Pak!”

Diam-diam, apa yang Cinta upayakan membuat Hasan makin yakin, bahwa Cinta memang bukan wanita sembarangan.

“Coba nanti tolong sita beberapa bukti video pas kejadian ya, Pak. Ini tolong banget. Biar pelaku yang sampai tega ambil dompet sekaligus ponsel Hasan, ketahuan. Kami merasa sangat dirugikan karena ulah mereka. Jangankan tempat tinggal, uang buat makan termasuk bayar rumah sakit saja, kami enggak punya. Kami bahkan enggak punya tujuan karena selain saya amnesia, Hasan juga pelupa. Hasan tidak hafal nomor ponsel siapa pun dan ini bikin kami makin sulit.” Cinta masih berucap tegas.

“Untuk biaya pengobatan, Mbaknya jangan khawatir. Karena biaya pengobatan Mbak dan Masnya, akan ditanggung oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau itu LPSK. Nanti saya bantu memenuhi persyaratannya. Jadi mohon kerja samanya yah, Mbak!” ucap polisinya yang memang sangat mengayomi Cinta.

Balasan dari polisi barusan benar-benar membuat Cinta lega. Cinta sampai menangis sambil menyalami tangan si polisi sebagai rasa terima kasihnya.

“Makasih banyak, Pak!” ucap Cinta di sela tangisnya.

“Alhamdullilah ya Allah. Keputusanku mendatangi kantor polisi benar-benar tepat! Enggak kebayang jika yang kupilih justru bunuh diri. Pasti yang ada semuanya makin sia-sia!” batin Cinta sambil kembali menghampiri Hasan.

Tak berselang lama dari kabar baik yang Cinta dapatkan mengenai kasusnya, polisi yang masih berjaga juga mengabarkan perkembangan kasus Cinta. Bahwa semua terduga pelaku sudah ditetapkan menjadi tersangka.

“Wah, cepat ya!” ucap Hasan dan Cinta nyaris bersamaan.

Kemudian setelah kabar baik tersebut, Cinta yang memang tipikal pemikir keras, mempertanyakan asal-usul Hasan. Namun, Hasan yang telanjur ingin menjalani kehidupan mandiri bersama Cinta, lagi-lagi kembali berbohong. Hasan sengaja mengklarifikasi pengakuan sebelumnya yang sempat mengaku memiliki orang tua.

“Sejak kecil aku sudah yatim piatu. Aku ikut bibiku. Jadi, beneran enggak enak kalau aku mengabarinya, sementara keadaanku, ... keadaan kita begini,” ucap Hasan memasang wajah sedih.

Hasan berusaha agar Cinta percaya, bahwa dalam hubungan sekaligus pernikahan mereka hanya ada mereka berdua. Mereka tidak memiliki keluarga, apalagi orang tua yang bisa dijadikan panutan sekaligus mereka andalkan.

Diam-diam, Hasan memperhatikan perubahan ekspresi Cinta, melalui lirikannya. “Satu bulan saja, biar kita hidup mandiri. Setelah itu, aku janji, aku akan membawamu menemui orang tuaku,” batinnya. “Apalagi harusnya, satu bulan sudah cukup membuat bekas luka-luka kita tidak begitu kentara.

“Terus, ... apa rencana kamu buat ke depannya? Paling tidak kita harus punya tempat tinggal. Kita juga harus punya identitas agar kejadian dihakimi seperti kemarin, enggak kita alami lagi,” ucap Cinta yang juga langsung berdalih akan turut bekerja. Cinta menyampaikannya dengan tegas tak lama setelah Hasan berdalih akan langsung bekerja jika sudah keluar dari rumah sakit.

“Untuk urusan tempat tinggal, kita bisa meminta bantuan polisi buat balikin uangku yang dicuri, kan? Soalnya andai iya, uangku masih cukup buat sewa kontrakan bahkan makan,” ucap Hasan.

“Owh ...?” refleks Cinta yang jadi berpikir keras, ternyata Hasan memiliki banyak uang. “Oh iya ... kemarin saja, biaya pengobatanku harusnya mahal, kan?” pikirnya jadi curiga. Kenapa seorang Hasan yang mengaku hanya berprofesi sebagai sopir, bisa membiayai biaya pengobatannya di rumah sakit dan harusnya tidak murah?

Namun, Hasan yang yakin Cinta mulai mencurigainya, sengaja berkata, “Kebetulan, uang itu sisa tabungan hasil kerjaku selama ini. Kemarin kan biaya buat pengobatan kamu ... ya pokoknya itu sisanya!”

“Oh ...,” refleks Cinta yang kemudian mengangguk pasrah. “Masuk akal sih kalau itu uang tabungannya selama ini. Ibaratnya kan, dia ini yatim piatu. Dan sepertinya, dia tipikal yang bisa nyimpen uang,” batin Cinta yang kemudian memilih tidur.

“Kok rasanya jadi enggak enak gini, ya?” batin Hasan yang jadi merasa bersalah atas kebohongan yang terus ia lakukan. Apalagi ketika ia melihat ekspresi Cinta yang jadi terlihat sangat sedih.

“Ayo tidur. Nikmati yang sudah ada karena belum tentu, besok masih ada bantal atau setidaknya tempat tidur layak. Semuanya beneran baru dimulai, tapi aku enggak perlu takut. Cukup kerja dan cari uang sebanyak mungkin, aku pasti bisa hidup. Semoga, Hasan juga bisa diandalkan. Semoga, Hasan bukan pria bajingan yang maunya cuma senang-senang. Dan Semoga, Hasan tetap jadi pria tanggung jawab seperti awal kami mengenal!” batin Cinta yang perlahan meringkuk membelakangi Hasan.

Mereka masih bertahan di ranjang rawat masing-masing. Namun, Cinta terlalu malu membiarkan orang lain apalagi Hasan, melihatnya dalam keadaan seperti sekarang. Luka dan jejak penghakiman yang Cinta dapatkan, membuat Cinta kehilangan kecantikannya. Penampilannya yang sekarang membuat Cinta merasa sangat tidak percaya diri.

“Yang aku herankan, jika orang tuaku masih ada. Atau setidaknya pasangan, maupun keluargaku memang ada, kenapa mereka tidak mencari aku? Lapor polisi pun, polisi sama sekali tidak mempermasalahkan aku. Dengan kata lain, memang belum ada laporan kehilangan untuk aku,” batin Cinta lagi, dan menjadi sangat sedih. Cinta sampai berlinang air mata, tapi kali ini, ia tak sampai bersuara.

Sudah amnesia total, dan sampai sekarang juga belum ada kabar pasti dari pihak kepolisian. Karena memang, Hasan dan Cinta sudah melaporkan mengenai kecelakaan yang mereka alami dan sampai membuat Cinta amnesia.

1
azka myson28
bian lebih cocok jadi anaknya paojan pinter modus dan suka jahil😀😀cucunya para mafia g ada yang lempeng😂😂
Sabaku No Gaara
seruuu
Yenisia Afila
kecelakaan terus..
Andri
kok aneh hasan
Andri
masih bingung aq
Andri
kok aneh gak amnrsia tapi lupa keina
Andri
halah ** kecrlakaan neh
Andri
nadim baru ngerti di sini lek cinta istri nya sam mafia
Yuliana Tunru
Luar biasa
tuti raniati
👍
Mis Mimih
jadi nangis terus baca,y, yg sabar ya cinta
Tarsiah Asih
prasan amesia mulu kapan rmpungnya musibah mulu
Sarti Patimuan
Sudah baca ceritanya
Qory Wulandari
mbak novel tentang anak nya Hasan ya besar bakal ada gk mbak aku penasaran hehe
Fani Indriyani
wah novel athan yg baru dah nongol toh
Citra Dewi Nawang Wulan
wah siap baca ini kak ros. sudah sampai cerita si athan
Restoe Alive
Luar biasa
Hilmiya Kasinji
bagus pake banget
Sarti Patimuan
Ini kembaran Khalisa jodohnya janda ya . Seperti bapaknya jodohnya janda . Ditunggu kisahnya
Yanti
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!