"menikah lah dengan putra ku, Kayla!", tuan Arya memohon kepada Kayla yang seorang anak pembantu sekaligus perawatnya. Kayla yang dari kecil diajarkan patuh oleh ibunya pun tidak bisa mengatakan tidak, apalagi Kayla yg sudah lama memperhatikan putra tuannya tentu saja ia senang. akan kah pernikahan Kayla dan putra majikan nya bahagia?
Buat yang suka romantis mending baca ini, konfliknya ringan.
Mengurus Surat Nikah
"Tuan, ada apa? apa anda butuh sesuatu?", tanya Kayla yang melihat tuan Arya sedang menggeser geser layar ponsel nya.
"Ini aku sedang melihat lihat cincin, lihatlah mana yang kamu suka?", tuan Arya menunjukkan beberapa gambar cincin dari ponselnya.
"karena Reino tidak mau membelinya, jadi aku yang akan membelinya untuk kalian. Tidak papa kan?", tanya tuan Arya menambahkan.
"Tentu saja tidak masalah tuan, saya tau tuan Reino pasti sangat sibuk. kalau begitu Saya jadi bingung, semuanya terlihat bagus", ucap Kayla.
"Bagaimana kalau kita ke tokonya langsung saja!", ajak tuan Arya.
"Jangan... nanti anda kelelahan, anda harus banyak istirahat tuan!", Kayla menolak ajakan tuan Arya.
"Kalau begitu pilihlah beberapa, nanti biar dibawakan kesini untuk kamu coba!"
"Baiklah kalau begitu, yang ini...ini... dan ini", Kayla menunjuk beberapa cincin sebagai opsi.
"Sekarang aku akan menelpon seller nya dulu agar cincinnya nanti sore bisa dibawa kesini, Kay.. tolong antar aku ke kamar! aku ingin sambil istirahat", pinta tuan Arya yang ingin segera merebahkan tubuhnya.
"Iya tuan", jawab Kayla mendorong kursi roda tuan Arya menuju ke kamarnya.
Di gedung kantor, Zein sedang berada di ruangan Reino untuk mengurus berkas pernikahan.
"Gila!!! bisa bisanya Lo mau nikah nggak ngasih tau gue dulu, berasa dikhianatin tau nggak sih Lo", Zein mengomeli Reino.
"Buat apa bro, nggak penting juga. Lagian sekarang Lo kan udah tau dari bokap gue, nggak usah ngomel ngomel gitu Napa!", jawab Reino sambil menandatangani beberapa dokumen.
"Nggak penting gimana maksud Lo, ini tuh pernikahan sekali seumur hidup, masa lu bilang nggak penting", Zein semakin geram.
"Udahlah Zein, gue cuma mau nyenengin bokap aja, jadi Lo nggak perlu berisik! Urusi aja surat suratnya, ngapain nyeramahin gue segala", kata Reino.
"Ren, gue seneng Lo mau nikah. Tapi kalo Lo kayak gini gue jadi kasian Ama Kayla, gue harap meski Lo terpaksa tapi tolong perlakuin dia dengan baik!", Zein menyarankan.
"Lo terlalu peduli sama orang! jangan kayak gitu Zen, nanti orang bakal semena mena sama Lo! lagian ngapain Lo peduli banget sama tu bocah?", tanya Reino
"Itu karena... dia udah gue anggep adek gue sendiri, soalnya Kayla kan temennya adek gue jadi wajar gue peduli", jawab Zein sedikit berbohong.
asal kamu tau ren, aku bukan hanya sekedar peduli dengan Kayla tapi karena Kayla adalah gadis yang aku cintai. Jadi aku ingin dia bahagia bersama orang yang dia cintai yaitu kamu, meskipun kamu tidak mencintainya tapi aku ingin kamu memperlakukan dia dengan baik nantinya, gumam Zein dalam hati kecilnya.
Triiiiiing... suara telepon dimeja Reino berdering, Reino segera mengangkatnya.
"Ya, kamu siapkan! saya segera turun", Reino berbicara dengan menejernya di telepon.
"Ini kartu aksesnya, ntar Lo ambil di laci kamar gue. Semua surat surat nya gue taro sana", kata Reino sambil menyerahkan selembar kartu akses apartemennya.
"KTP mana? nggak mungkin di laci juga kan!", tanya Zein.
"Oh ya, ada di dompet gue, bentar", Reino merogoh saku celananya untuk mengeluarkan dompetnya lalu ia menyerahkan KTP nya pada Zein.
"Gue mau turun sekarang, ada meeting", ucap Reino.
"Ya udah barengan", Zein berjalan dibelakang Reino keluar dari ruangan.
Reino pergi untuk meeting sedangkan Zein pergi menuju apartemen Reino.
Hanya butuh waktu 15 menit saja, Zein telah sampai di apartemen yang Reino tinggali, ia langsung menuju unit apartment Reino untuk mengambil data pribadi Reino. Zein kemudian bolak balik ke sana kemari untuk memenuhi syarat syarat yang dibutuhkan seperti foto copy, pas foto, minta tanda tangan pihak pihak yang bersangkutan hingga akhirnya menjelang sore semua persyaratan sudah lengkap tinggal menyerahkan ke kantor KUA saja. Sebenarnya Zein bisa saja menyuruh orang, namun karena permintaan dari Reino agar tidak ada yang tau tentang pernikahannya, jadi Zein sendirilah yang mengurus prosesnya.
"Hah selesai juga, seharusnya bisa langsung kubawa ke KUA hari ini tapi berhubung sekarang sudah jam 4 pasti nanti kalau sampai di sana KUA nya udah tutup. Besok aja lah, hari ini capek banget. Badanku rasanya lengket semua, lebih baik aku pulang aja," gerutu Zein merasa kelelahan.
Dengan cepat Zein melajukan mobilnya agar segera sampai di rumah. Ia segera merebahkan tubuhnya di atas sofa setelah masuk ke dalam rumah. Mita yang baru saja pulang dari kampus melihat kakak nya yang tertidur di sofa menghampirinya.
"Pulang kerja bukannya ganti baju dulu malah langsung pules kayak bayi!", gerutu Mita. Tiba tiba Mata Mita tertuju pada sebuah map yang tergeletak di atas meja, ia membuka map itu untuk melihat isinya. Betapa kagetnya ketika ia melihat isinya adalah surat surat permohonan nikah miliki Kayla dengan Reino.
"Astaga... Kayla mau nikah, kenapa dia nggak ngasih tau aku. Apalagi ini kan bosnya kakak, gilak sih ini. kok bisa?? aku harus nanya langsung sama Kayla", gumam Mita yang kemudian meletakkan kembali map itu di atas meja. Ia langsung menuju ke kamarnya, meletakkan tasnya lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Kayla. Tapi sayang nya Kayla malah mematikan teleponnya dan hanya mengirim pesan via WhatsApp.
✉️ Kayla: sorry mit, ini aku lagi nemenin tuan Arya yang kedatangan tamu, nanti aku telpon balik ya!
Mita membaca pesan dari Kayla lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Huh... padahal aku tuh penasaran banget", ucap Mita sambil meletakkan ponselnya di atas meja lalu pergi untuk mandi.
Di ruang tengah, Zein yang baru saja membuka matanya segera melihat kearah jam tangan yang ia pakai.
"Aku sampai ketiduran, padahal tadinya cuma mau rebahan bentar", kata Zein berdiri dari duduknya, tangannya meraih map dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja lalu bergegas untuk membersihkan dirinya. Hingga waktu makan malam tiba, Zein telah berada di meja makan bersama Mita. Mita ingin segera menanyakan pada Zein perihal surat surat yang ia lihat tadi. Sambil mengunyah makanan Mita bertanya kepada Zein, "Kak... tadi aku nggak sengaja liat map di atas meja sewaktu kakak tidur, terus aku penasaran jadinya aku buka map itu. Aku kaget banget liat isinya, kenapa Kayla nggak ngasih tau aku kalo dia mau nikah sama bos kakak? kakak juga dari kemarin kenapa diem aja nggak ngasih tau? kalau kayak gini aku ngerasa diabaikan tau nggak sih!", tanya Mita dengan nada yang sedikit kesal.
....