NovelToon NovelToon
Damaland Delirium

Damaland Delirium

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Komaerah, yang lebih dikenal sebagai Komariah, gadis introvert yang selalu asyik dengan dunianya sendiri.

Namun, segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Renata, si maniak drakor yang energik dan penuh semangat. Renata dengan cepat mengajak Komaerah ke dunia yang sama sekali berbeda: dunia drakor! Awalnya, Komaerah tidak begitu tertarik.

Tidak bisa dipungkiri, Komaerah mulai ikut 'nyemplung' dalam perdrakoran! Mulai dari maraton nonton drama Korea sampai belajar bahasa Korea dengan serius. Bahkan, Komaerah yang dulu jarang bergaul, kini jadi punya banyak kenalan baru di dunia drakor.

Namun, seperti kehidupan nyata pada umumnya, tak semuanya berjalan mulus. Kadang-kadang Komaerah harus berhadapan dengan pilihan antara tugas sekolah yang menumpuk dan cogan yang bertebaran di sekitarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Plot Twist

Keesokan harinya, Komaerah berjalan menuju sekolah dengan langkah yang cepat, seolah-olah dia punya janji dengan waktu yang sangat penting. Dia melangkah sembari menundukkan kepalanya, seolah-olah sedang berlomba dengan kura-kura yang terlalu santai.

"Yah, akhirnya sampe juga ke kelas," gumam Komaerah dalam hati dengan ekspresi senang, seolah-olah dia baru saja menyelesaikan misi rahasia untuk menyelamatkan dunia dari ancaman kekurangan es krim.

Tiba-tiba, seorang teman muncul di sampingnya, menyelinap dengan kemunculan yang sama tiba-tiba seperti ninja yang terlahir dari bayangan. Dengan suara yang penuh semangat, temannya menyapa, "Komar, pagi bener berangkatnya."

Komaerah, yang tengah larut dalam dunianya sendiri, langsung melompat setinggi langit dan hampir saja membuat langit-langit koridor sekolah bergetar.

"Hwaaa...!" Komaerah berteriak seolah-olah baru saja bertemu dengan alien berkepala dua yang membawa pesan dari planet Mars.

"Hwaaa...!" Teman di sampingnya ikut kaget, terbawa suasana karena reaksi eksplosif dari Komaerah.

Mereka berdua saling memandang, ekspresi heran terpampang jelas di wajah mereka, seolah-olah mereka sedang mencoba memahami misteri besar alam semesta.

"Nangetin aja," ucap Revan sambil mengelus dadanya dengan ekspresi yang seakan-akan mengatakan bahwa dia adalah pria paling macho di sekolah.

Revan, si jenius kelas yang selalu menemukan cara untuk menghibur dirinya sendiri, duduk di tempatnya dengan sikap santai, seolah-olah dia adalah raja di atas takhta dari tumpukan buku-buku.

Komaerah, di sampingnya, merasa seperti tikus yang baru saja bertemu dengan kucing besar yang mengancam. Dia memutar matanya, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.

"Yang ngagetin itu kamu," batin Komaerah dalam hati, sambil berdoa agar Revan tidak memiliki kemampuan membaca pikiran.

Revan, yang selalu punya cara untuk membuat suasana jadi lebih hidup, menatap Komaerah dengan senyuman yang bisa membuat mentimun menjadi cemburu.

"PR mu udah?" tanyanya dengan santainya, sambil melirik ke belakang tempat duduk Komaerah, seolah-olah dia ingin mencuri semua jawaban dari kepalanya.

Komaerah menelan ludah, mencoba untuk menyembunyikan rasa gugupnya. "Udah," jawabnya dengan suara yang agak tercekat, seolah-olah dia sedang berhadapan dengan bos yang tiba-tiba muncul di ruangannya.

"Boleh nyontek enggak?" tanya Revan, senyumnya semakin lebar seperti kuda yang menang lotre.

"Enggak boleh, enggak boleh. Kerjain sendiri sana," tolak Komaerah dalam hati, sambil berusaha mempertahankan harga dirinya.

Komaerah kemudian menyodorkan buku tugasnya dengan ekspresi yang berusaha memancarkan ketegasan, seolah-olah dia adalah pengawal terakhir di benteng terakhir yang menolak untuk menyerah.

Revan, melihat buku tersebut, merasa seperti menemukan harta karun di tengah gurun pasir. "Ini," ucap Komaerah, berharap semua ini segera berakhir.

Revan, yang segera mengambil buku itu dengan cepat seperti burung elang yang menyambar mangsanya, merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat. "Makasih," ucapnya dengan senyuman lebar, seolah-olah dia baru saja menang undian mobil mewah.

Dan dengan lincahnya, Revan segera menyalin jawaban-jawaban dari buku tugas Komaerah secepat kilat, seakan-akan dia adalah mesin fotokopi yang hidup.

Komaerah hanya bisa menatap dengan ekspresi campur aduk, antara kagum dan keheranan, sambil berharap bahwa hari ini tidak akan berakhir dengan cerita memalukan lainnya di sekolah.

Tepat setelah bel kantin berbunyi, memberikan isyarat istirahat bagi para siswa, Komaerah, dengan rencana genialnya untuk berpura-pura tidur di kelas, hampir merasa seperti pahlawan yang akan memenangkan medali emas dalam Olimpiade Penyamaran. Namun, seperti yang sering terjadi dalam cerita-cerita komedi, kebahagiaannya tidak berlangsung lama.

Tanpa aba-aba, seperti sosok misterius yang muncul dari bayangan, Revan melangkah masuk ke kelas dengan senyuman yang mengkilap seperti bintang di langit malam. "Komaerah," ucapnya dengan cengiran yang bisa membuat seluruh permen di dunia terasa pahit.

Komaerah, sedikit terpesona dengan kehadiran Revan yang tiba-tiba, hampir saja lupa dengan rencananya untuk berpura-pura tidur. "Eh, kenapa?" jawabnya dengan cepat, seolah-olah dia baru saja menang undian mobil mewah.

Revan, dengan semangat yang sama seperti petugas wisata yang ingin mengajak turis melihat keindahan alam, langsung mengajak Komaerah ke kantin. "Ke kantin bareng yuk," ajaknya dengan suara yang ceria, seolah-olah dia baru saja menemukan sumber kebahagiaan abadi di sudut kelas.

Orang-orang yang ada di kelas langsung terdiam, seakan-akan mereka sedang menyaksikan adegan drama yang tak terduga. Mata mereka memperhatikan dengan seksama, karena interaksi antara Revan dan Komaerah bukanlah hal yang biasa mereka saksikan setiap hari.

Beberapa siswa mulai bertukar pandangan curiga, seolah-olah mereka adalah detektif yang sedang mencari petunjuk tentang misteri besar yang terjadi di depan mata mereka. Apakah ini awal dari sebuah persahabatan yang tak terduga? Ataukah ada agenda tersembunyi di balik ajakan Revan kepada Komaerah?

"Lain kali aja," tolak Komaerah dengan halus, mencoba melepaskan diri dari genggaman Revan. Bagi Komaerah, keramaian adalah musuh bebuyutan, dan kantin adalah tempat yang selalu ia hindari seperti mencegah diri dari banjir lumpur di tengah gurun Sahara.

Namun, Revan tidak mau menerima penolakan itu begitu saja. Dengan semangat yang sama seperti salesman yang tak kenal kata menyerah, dia terus mencoba membujuk Komaerah.

"Ayolah," ajaknya sembari menarik lengan Komaerah, seolah-olah dia adalah penari tango yang membujuk pasangannya untuk berdansa.

"Komaerah, ayo lah," goda Revan dengan semangat, sambil mencoba menarik lengan Komaerah seperti orang yang sedang berusaha menarik ekor kuda yang enggan masuk ke dalam kandang. Dan pada akhirnya Komaerah ikut juga ke kantin.

Sementara itu, Mila, yang biasanya terkenal dengan histeria yang serba drama, langsung terkejut dengan pemandangan yang tak terduga di hadapannya. "Adegan romantis macam apa ini, sih?!" teriaknya dengan suara yang bisa membangunkan zombie dari kuburannya.

Tidak kalah heboh, Caca juga ikut merapat. "Sejak kapan mereka dekat?!" serunya dengan ekspresi heran, seolah-olah dia adalah reporter gosip terkenal yang baru saja menemukan skandal besar di dunia hiburan.

Kesemua itu membuat suasana di kelas semakin ramai. Siswa-siswi lainnya ikut memperhatikan, bertukar bisikan dengan ekspresi takjub, seolah-olah mereka sedang menyaksikan adegan romantis langsung dari film Hollywood yang sedang mereka nonton di bioskop.

Dalam kehebohan yang melanda kelas, Caca, dengan suaranya yang selalu melebihi batas, langsung menyuarakan kebingungannya. "Sumpah demi apa. Bukannya anak kelas semuanya ngira kalau Komaerah suka sama Zidan ya. Terus yang tadi itu apa?" serunya.

Zidan, yang selalu dikenal dengan sikapnya yang tenang dan diam, kali ini tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

Meskipun dia tidak mengungkapkan secara terbuka, tapi ekspresi di wajahnya mengisyaratkan bahwa dia merasa agak tersinggung dengan situasi yang sedang terjadi di depan matanya.

"Plot twist macam apa ini, sih," gumamnya pelan, sambil menatap kedua temannya dengan ekspresi heran, seolah-olah dia sedang menonton tayangan drama Korea yang tak terduga.

Tidak ketinggalan, Mila, dengan semangatnya yang selalu meledak-ledak, langsung bersorak senang. "Seneng banget dong ya, ada drama di kelas kita," serunya dengan ekspresi yang begitu bersemangat, seolah-olah dia adalah produser dari serial drama populer.

Sementara itu, Vivin, yang selalu mencoba menjaga ketenangan di tengah kekacauan, hanya bisa tersenyum dengan lembut. "Kalian heboh banget sih," ucapnya dengan suara yang tenang, tetapi di balik senyumnya tersembunyi sedikit ketidaknyamanan. Dia berusaha tetap berpikir positif, meskipun dalam hatinya dia merasa agak kesal dengan semua kehebohan ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!