Alana terpaksa menikah dengan seorang CEO dingin bernama Adam Pratama atas permintaan saudara kembarnya, yang kabur satu hari sebelum pesta pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, Adam menunjukkan rasa pedulinya pada Alana dan mulai melupakan mantan kekasihnya.
Akankah muncul benih-benih cinta diantara mereka berdua? Apalagi mengingat kalau ini adalah pernikahan yang terpaksa semata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
"Apa Anda melihat nona Alana?" Boy menghampiri Clara yang baru saja keluar dari halaman kampus menuju ke tempat parkir.
Clara menoleh lalu cepat-cepat mengambil langkah cepat untuk menghindari Boy, karena Clara tahu selain Boy pasti ada Adam di sekitar sini.
Dan benar saja dugaan Clara, ia melihat Adam keluar dari mobil dan saat ini sedang berjalan menghampirinya.
"Sial! Jangan bilang om tampan itu ingin mewawancarai aku soal Alana. Aku harus buru-buru kabur dari sini," ucap Clara dalam hati.
Namun, belum sempat Clara melakukan itu, dia sudah dihadang lebih dulu oleh beberapa bodyguard Adam yang sudah berdiri dihadapannya.
"K—kalian mau apa?!"
"Jangan coba-coba kabur, Nona. Atau kami tidak akan segan-segan untuk menggunakan kekerasan," ucap salah satu dari mereka bersiap untuk menyeret tangan Clara.
"Awas saja kalau kalian berani menyentuhku!" Clara menunjuk mereka, lalu berbalik dan hendak kabur dari sana.
"Berhenti, Clara. Aku hanya ingin menanyakan keberadaan Alana. Dimana dia?" tanya Adam, menatap datar Clara.
Lihat saja tatapan dingin Adam saat ini, benar-benar berbeda dari awal mereka bertemu dulu.
"A-aku benar-benar tidak tahu kemana Alana pergi, Om."
"Bohong! Jelas-jelas kamu adalah sahabat dan teman akrab Alana. Bagaimana bisa kamu tidak tahu dimana keberadaan istriku yang nakal itu?"
Murka, itulah yang terjadi pada Adam. Tentu saja Adam tidak percaya karena beberapa jam lalu salah satu anak buahnya melihat Alana bersama dengan Clara.
Hanya saja, mereka kehilangan jejak Alana yang saat ini entah berada dimana.
"Masih tidak mau menjawab?" tanya Adam lagi merogoh ponselnya dan menunjukkan nama Kenan.
Melihat itu, Clara masih tetap bersikukuh dengan pendiriannya kalau ia sama sekali tidak mau memberitahu keberadaan Alana.
"Baiklah kalau masih tidak mau mengaku," ucap Adam memasukkan kembali ponsel itu setelah menghubungi Kenan. "Boy!"
"Ya, Tuan."
"Tahan dia. Jangan sampai dia kabur dan tunggu sampai Kenan datang. Lalu perintahkan pada Marvin untuk menutup semua penerbangan hari ini," titah Adam bergegas menuju ke mobil untuk mencari keberadaan Alana.
"Hah?" Boy diam melongo mendengar perintah dari Adam. Bisa-bisanya pria itu menyuruhnya untuk membatalkan semua penerbangan secara tiba-tiba.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada tuan Adam. Apa dia pikir bandara itu milik nenek moyangnya?" gumamnya kesal mengumpat Adam yang selalu bersikap seenaknya saja sendiri.
*****
Di sisi lain, Alana saat ini sedang duduk di sebuah taman yang berada di pinggir kota.
Memang benar, awalnya Alana berniat untuk meninggalkan Adam dan pergi ke luar negeri. Namun, ia membatalkan niatnya dan memilih untuk menenangkan diri di sini.
"Huh!" Alana menghela nafas kasar. Mengingat kembali semua ucapan Sherly semalam. "Kak Adam bukan pria seperti itu kan?"
Alana beranjak dari duduknya lalu mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke tengah danau.
Rasanya sangat lega, meski jauh dari dalam lubuk hatinya mungkin saja masih terasa kecewa.
"Alana, apa yang kamu lakukan sendirian?" tanya seorang pria yang tak lain adalah dokter Raka.
Alana menghapus air matanya. Lalu menoleh ke samping di mana dokter Raka sudah berada di sebelahnya.
"Apa yang sedang Dokter lakukan?" Alana balik bertanya lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Enggan menatap dokter tampan itu.
"Aku mengajak salah satu pasienku kemari." dokter Raka menunjuk seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda berada tidak jauh dari mereka.
"Oh."
"Hanya oh?"
"Lalu aku harus menjawab apa?" Alana malas sekali berada di dekat dokter Raka, ia memilih menjaga jarak taku kalau Adam...
"Tidak, Al. Pria itu mana mungkin ada disini. Dia bahkan tidak akan pernah mencari mu. Atau mungkin dia sedang bersama dengan Sherly." Alana bergumam dalam hati. Air matanya kembali menetes merasakan sesak di dadanya.
"Hei, kenapa kamu malah menangis? Apa aku berbuat salah?" dokter Raka menyentuh kedua pipi Alana dan menghapus butiran bening yang keluar dari mata Alana.
"Aku baik-baik saja," ucap Alana segera menepis tangan dokter Raka.
Tapi, dengan lancangnya pria itu malah menarik Alana ke dalam pelukannya. "Katakan, jika kamu sedang ada masalah. Aku akan dengan senang hati—"
"Lepaskan istriku, sialan!" teriak Adam dengan emosi saat melihat Alana di peluk oleh pria lain.
"Kak Adam?" Alana mendorong dokter Raka dan menjaga jarak darinya. "Sejak kapan Kakak ada di sana?"
Adam tak menjawab ucapan Alana. Tatapannya terus tertuju pada dokter Raka. "Sejak pebinor ini tahu aku datang dan malah memelukmu!" sentak Adam membuat kedua bola mata Alana membulat sempurna.
"A-apa, pebinor?" pekik Alana.
Pebinor nggak tuh🤣
Aku up lagi nih niatnya satu bab doang, maaf klo tokoh Alana labil ya.. maklum masih belum dewasa...