NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:26k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 20. Astaga! Ini Bahaya!

Suara guyuran air pada shower tidak bisa mengaburkan ingatan Arkael tentang bagaimana dirinya tadi malam begitu rapuh berada dalam dekapan Divi. Ah, ia sendiri pun tidak mengerti apa yang terjadi. Bagaimana mungkin ketegangan dan kemarahannya perlahan menguap begitu Divi menariknya, memeluknya dan menepuk punggungnya pelan-pelan?

Ia membiarkan air hangat yang mengalir dari shower mengguyur tubuhnya yang kekar itu, kedua tangannya bertumpu pada dinding, kepalanya merunduk, ia mencoba berpikir logis, tapi sialnya setiap kali ia berdekatan atau bahkan hanya sekadar memikirkan Divi, logikanya mendadak berantakan, bahkan miliknya di bawah sana terkadang terasa tegang.

Gila!

Ia mengultimatum dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh jatuh hati pada Divi, bukan karena denda, uang bukanlah masalah bagi Arkael, tapi Divi bukanlah wanita yang dia inginkan, itu yang selalu dia coba tanamkan dalam ingatannya. Ia tidak mungkin hidup selamanya bersama wanita yang tidak dia inginkan, juga tidak menginginkannya, kan? Karena selamanya itu sangatlah panjang.

Lagi, Arkael mencoba memaksa logikanya bermain, pelukan semalam yang membuatnya merasa nyaman itu karena memang umumnya seseorang akan merasa nyaman dipeluk ketika merasa resah, marah, sedih, gundah bahkan ketika merasa bahagia, kan? Jadi, Arkael meyakin kan dirinya sendiri, bahwa perasaan nyaman tadi hanya perasaan yang umum dirasakan.

Sama halnya ketika ia memeluk Divi saat gadis itu menangis selepas mengaji malam-malam. Pelukan itu hanya untuk sekadar menenangkan.

Tidak perlu terbawa suasana apa lagi membiarkan perasaannya bermain. Tidak boleh!

Arkael menyudahi aktifitas mandi paginya, dia keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe dan handuk kecil untuk mengeringkannya rambutnya, namun langkahnya terhenti saat melihat Divi sedang merapihkan kekacauan yang dibuat Arkael semalam.

Bukan apa yang dilakukan Divi yang membuat Arkael mematung, tapi penampilan Divi dengan rambut panjangnya yang dicepol asal-asalan ke atas dengan beberapa helaian yang lepas dari kelompoknya, leher jenjang yang terekspos nyata, wajah polos tanpa polesan make up sedikit pun, tangannya yang bergerak merapihkan ini dan itu membuat sesuatu di balik kaus yang dikenakan Divi bergerak, dan sialnya Arkael malah merasakan tubuhnya memanas.

"Eh, Bapak udah selesai." kata Divi sepolos wajahnya.

"Udah saya bilang, biar Dar yang beresin nanti." Sahut Arkael, dingin. Atau dia berusaha terdengar dingin.

"Nggak apa-apa, Pak, soalnya tadi kaki saya nggak sengaja nginjek sisir. Sisirnya jadi patah deh, nanti saya..."

Ah, Arkael sudah tidak lagi mendengarkan penjelasan Divi tentang sisir yang patah atau apa pun itu, fokusnya kini beralih pada betis hingga telapak kaki Divi. Dia menelan saliva.

Ini gawat!

"Nanti saja lanjut lagi. Saya lapar!" Arkael bergerak cepat menuju walk in closet, mengatur debar jantung juga napasnya di dalam sana, matanya nanar melihat sesuatu yang menonjol diantara kedua pahanya di balik bathrobe.

"Sial!" Gumam Arkael menahan kesal.

"Kalo gitu saya siapkan sarapan ya Pak."

"Hm!"

"Bapak mau dibuatkan sarapan apa?"

"Seperti biasa saja!"

"Seperti biasa itu yang seperti apa Pak? Kan, setiap pagi saya buat sarapan beda-beda."

Arkael memejamkan matanya, berusaha untuk fokus, karena suara Divi - entah bagaimana mana cara kerjanya - malah terdengar begitu menggoda di dalam gendang telinganya, dan itu sangat mengancam logikanya yang sedari tadi dia coba pertahankan.

"Apa saja terserah! Cepat keluar, saya mau ganti baju!" Titah Arkael dengan kesal.

"Lah, padahal ganti bajunya juga di dalam sana, saya nggak akan ngintip juga." ujar Divi.

"Berisik, cepat keluar!"

Divi hanya bisa menggeleng sambil menghela napas penuh kesabaran.

Sudah kembali ke setelan pabrik rupanya, padahal semalam berbeda banget. Pikir Divi sambil melangkah keluar kamar.

Setelah terdengar pintu tertutup, barulah Arkael terpaksa kembali ke kamar mandi, dia harus melakukan sesuatu!

* * *

Dasar aneh, padahal semalam sampe minta aku untuk tetap di kasur, tepuk-tepuk bahunya, sekarang balik ke setelan pabrik lagi. Huh! Dasar random! Harusnya aku ga usah sampe baper semalem, dia begitu karena dia lagi kesel aja sama mamanya!

"Nyonya....Nyonya!" Setelah beberapa kali Dar memanggilnya, akhirnya panggilan Dar berhasil menarik Divi dari lamunan.

"Eh, iya Bu, ada apa?"

"Itu air di pancinya sudah kepenuhan."

"Oh! Ya ampun!" Divi terkekeh canggung sambil mematikan air keran yang dia tuang untuk mengisi panci.

Dia segera meracik bumbu dan mulai memasak sup untuk sarapan pagi ini, tanpa banyak bicara, namun Dar dapat melihat jelas bahwa Divi menyimpan sejuta pertanyaan dalam kepalanya.

Setelah sarapan siap, Arkael pun keluar dari kamar dengan pakaian formalnya seperti biasa, setelan jas yang sangat dan selalu sempurna melekat pada tubuhnya yang tinggi dan tegap itu.

Divi tersenyum manis kala menyajikan sarapan untuk Arkael, tentu saja semua perasaan dan rasa kekinya harus dia telan bulat-bulat di depan Dar, begitu pun dengan Arkael. Mereka akan selalu terlihat manis, romantis dan membuat iri semua orang yang melihat mereka. Hingga sampai Arkael menyesal pernah memulai kebiasaan yang kerap dia lakukan sebelum pergi bekerja, yaitu mencium kening Divi.

Dar disana, juga ikut mengantar tuannya berangkat.

Semoga tidak tegang! Semoga tidak tegang!

Cup!

"Kabari aku kalau sudah sampai kantor ya." kata Divi lembut dan sungguh manis.

Astaga! Ini bahaya!

Arkael mengangguk, menahan diri sekuat tenaga. Ia melambaikan tangannya ketika mobil beranjak meninggalkan rumah.

"Kenapa Bu?" tanya Divi begitu menyadari Dar yang sedari tadi senyum-senyum melihat Divi dan Arkael.

"Tidak apa-apa, Nyonya, saya hanya bersyukur Tuan memiliki Nyonya sekarang." kata Dar.

"Saya yang bersyukur Arkael memilih saya, Bu." Sahut Divi dengan hatinya yang meringis.

* * *

Bimo tergelak tak henti-hentinya lantaran perjalanan ke kantor kali ini harus berhenti pada sebuah SPBU karena Arkael harus mengeluarkan 'sesuatu' atau tuas diantara kedua pahanya tidak akan turun. Tawanya bahkan semakin keras ketika melihat Arkael kembali dari toilet yang ada di SPBU itu.

"Diam!"

Tapi Bimo benar-benar tidak bisa mengendalikan tawanya.

"Diam atau lo akan gue pecat sekarang juga!"

"Hhhhmmmppppffftttt! Sorry, sorry, Man!"

"Ayo cepat jalan!" Arkael sudah masuk ke dalam mobil dengan wajahnya yang semerah kepiting tumis.

"Jadi-"

"Jangan ngomong apa pun kalo lo cuma mau tanya apa yang terjadi sama gue barusan!"

"Astaga sensi sekali." Bimo menyeringai. "Gue cuma mau tanya, lo mau langsung ke kantor atau mau ke lokasi proyek dulu?"

"Lokasi proyek."

"Oke. Gue juga pikirnya gitu sih, melepaskan libi-do memang paling tepat dengan melakukan pekerjaan fisik dari pada duduk diam di belakang komputer."

"BIMO!"

* * *

Divi yang ditemani Seli kini berada di pusat perbelanjaan yang mewah, bukan karena keinginan Divi, tapi Seli yang menyarankan Divi untuk mengubah gaya berpakaiannya setelah Seli mendengarkan cerita Divi tentang bagaimana Paulina tidak menyukainya.

"Lo udah di kasih black card, masa iya belanjanya di pusat grosir, rugi dong!" kata Seli.

"Tapi di pusat grosir juga banyak yang bagus-bagus, Sel."

"Tapi nggak branded sayang! Lo itu udah jadi bini dari CEO yang namanya yang kaleng-kaleng loh, brand yang nempel di badan lo bisa membawa nama baik suami lo juga." kata Seli sambil mengamit lengat Divi yang sebenarnya risi masuk ke dalam mall besar dan mewah seperti ini. "Apa lagi nanti setelah resepsi, akan banyak media yang menyorot dandanan lo, jadi lo kudu perhatiin make up dan fashion lo."

Divi menghela napas. Ingin sekali dia mengaku saja pada Seli tentang statusnya yang hanya sementara, tapi....

"Kita mulai dari toko baju yang itu! Let's go!"

Seli benar-benar kalap memilihkan baju-baju untuk Divi, bahkan untuk pakaian dalam pun, Seli yang menentukan. Divi sampai malu sendiri saat pakaian-pakaian dalam dengan renda-renda dan bahan-bahan menerawang itu di bawa ke kasir, tapi melihat black card yang diberikan Divi, para petugas di toko tidak ada yang menganggap belanjaan Divi aneh, mereka justru menawarkan pakaian-pakaian yang lebih kekurangan bahan lagi.

Setelah selesai dengan urusan pakaian baik yang dipakai di luar mau pun di dalam, mereka beranjak ke salon. Pokoknya tugas Seli kali ini seperti juru bicara Nyonya muda yang ditemaninya. Seli meminta hair stylis menata rambut Divi agar lebih bervolume dengan potongan yang pas dengan bentuk wajahnya. Setelah itu dia juga menjelaskan kepada MUA untuk memoleskan sapuan make up yang elegan, tidak berlebihan, tapi juga mengeluarkan aura cantik dan manis Divi.

Tidak ada lagi sepatu teplek, sepatu itu bahkan langsung dibuang oleh Seli begitu dia mendapatkan wedges yang cantik untuk kaki Divi. Tidak ada lagi skinni jeans dan blouse sederhana, yang ada kini dres dengan manis juga elegan melekat pada tubuh Divi, dengan potongan krah yang menampilkan leher Divi.

"Ini berlebihan nggak sih?" Divi memandang dirinya yang terlihat berbeda pada cermin di depannya.

"Ah gila! Lo cantik banget! Kenapa nggak dari dulu sih lo dandan kayak gini, Div!" Ujar Seli dengan sangat kegirangan.

"Tapi Arkael..."

"Tuan Muda Arkael Harsa bakalan menggelepar melihat tampilan lo yang baru ini. Dan nenek sihir itu juga nggak akan seenak jidatnya menghina lo lagi."

"Arkael Harsa?" Suara merdu yang berasal dari belakang Divi dan Seli membuat dua wanita yang sedang berdiri di depan cermin itu mendadak memutar tubuh mereka.

Seorang wanita yang wajahnya baru-baru ini sangat tidak asing dan hampir ada si setiap poster iklan berdiri di hadapan mereka.

"Kalian kenal dengan Arkael Harsa?" tanya artis yang namanya sedang naik daun itu.

"Arana?" Divi bersuara.

"Ah, ya, itu aku. Salam kenal." Rana tersenyum ramah. "Jadi kalian kenal Arkael Harsa?"

"Kenal." Seli yang menyahut. "Ini Divi, istrinya Pak Arkael Harsa."

Ekspresi ramah dan senyum pasta gigi itu perlahan hilang, digantikan dengan ekspresi terkesiap tak percaya.

"Istri? Kael sudah menikah?"

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
sukurlah berdamai lgi,moga tak trpisahkan kael dan divi,benar2 ibu durjana,kapan dapat karma tuh mak lampir thor
Boma
waduh ada rahasia apa ya,menegangkan bgt,jangan lama2 thor
Kiky Mungil: heheheh, maaf ya agak lama up nya, lagi banyak kejutan tak terduga nih di dunia nyatanya otor 😅
total 1 replies
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!