Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJERAT PRIA KAYA
Alina berdiam di dalam kamar tidurnya, di Mansion Keluarga Ruiz. Ia merasa takut saat Logan mengancamnya tadi, apalagi tatapan pria itu begitu tajam seakan ingin membunuhnya.
"Apa aku harus mengatakannya pada Mommy?" gumam Alina seorang diri. Mulai ada keraguan di dalam hatinya, antara mengatakan semua dan menghancurkan kebahagiaan Mom Flo atau diam dan menerima amarah Logan setiap harinya.
Alina terus memikirkannya, tapi beberapa kali ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Tidak! Kamu tak boleh menghalangi kebahagiaan Mommy, Al. Kamu tahu bagaimana Mommy berjuang seorang diri membesarkanmu. Kamu juga tahu bagaimana Mommy selalu diejek oleh orang-orang. Apa kamu mau Mommy mengalami hal itu lagi?" gumam Alina kembali.
Alina menghela nafasnya pelan. Ia mengambil keputusan untuk tidak memberitahukan ancaman Logan pada Mom Flo, karena menurutnya kebahagiaan Mom Flo adalah yang terpenting saat ini. Tak apa ia diancam, asal Mom Flo bisa bahagia bersama Uncle Darius.
Keesokan harinya, Alina akan berangkat pagi pagi menuju ke Perusahaan periklanan yang menjadi tempatnya bekerja setiap harinya, bahkan ia tetap bekerja saat weekend. Sesekali ia akan mengajukan cuti, hanya untuk menemani Mom Flo pergi berbelanja, atau sekedar piknik berdua di pinggir danau.
Alina kini sudah berada di meja makan untuk menyantap sarapan paginya. Pelayan sudah mempersiapkan semuanya, sesuai arahan dari Florence sebelum ia pergi bersama dengan Darius.
Sesuap, dua suap, masuk ke dalam mulut Alina. Namun saat ia menyendok untuk ketiga kalinya, meja makan itu digebrak dengan sangat kencang hingga membuat Alina kaget dan makanan yang ada di sendoknya tercecer, dan piring yang ia gunakan pun sudah jatuh ke pangkuannya.
Alina yang kaget kemudian menengadahkan wajahnya. Ia melihat sosok Logan di sana dengan wajah yang sangat menyeramkan, membuat Alina langsung menundukkan kepalanya, karena tak berani melihat ke arahnya.
"Benar-benar tak tahu malu! Masih bisa sarapan di sini tanpa tuan rumah. Otakmu itu terbuat dari apa?! Atau jangan-jangan kamu tak memiliki otak sama seperti Mommy-mu itu, jadi tak bisa berpikir?" ujar Logan dengan sinis dan ketus.
Ingin rasanya Alina membalas umpatan serta makian Logan, tapi ia tak ingin membuat Mom Flo semakin dipandang buruk.
Awalnya Alina ingin langsung pergi ke perusahaan tempatnya bekerja, tapi Mom Flo mengirimkannya pesan singkat untuk sarapan terlebih dahulu karena ia telah meminta pada salah seorang pelayan untuk menyiapkan makan pagi bagi Vanilla dan Logan.
Kalau saja ia langsung pergi dan tak menuruti perintah Mom Flo, mungkin ia tak perlu berhadapan dengan Logan. Tampan, gagah, kaya, tapi minim attittude, demikianlah pemikiran Alina.
"Angkat kakimu dari sini! Aku tidak akan pernah sudi sarapan pagi bersama dengan keluarga tak tahu malu!"
Brakkkk
Sekali lagi Alina tersentak kaget karena Logan kembali menggebrak meja, bahkan menarik sebuah taplak meja yang menutupi hampir keseluruhan meja, hingga semua piring yang ada di atasnya berhamburan ke lantai.
Seorang pelayan yang mendengar hal itu langsung melangkah mendekat. Mata pelayan tersebut membulat saat melihat kekacauan yang terjadi di meja makan itu, sementara Logan menatapnya dengan sinis dan tajam.
"Cepat bersihkan dan buatkan aku sarapan. Buang semua piring dan peralatan makan yang digunakan oleh orang lain selain Keluarga Ruiz, menjijikkan!!" teriak Logan.
Sakit hati? tentu saja. Siapa yang tak akan sakit hati ketika dianggap menjijikkan, apalagi peralatan makan yang ia gunakan, langsung akan dibuang. Apakah Tuan Logan yang terhormat tak bisa menghargai nilai sebuah barang? Demikian pikir Alina.
"Segera pergi dari sini, menyebalkan sekali harus melihat wajahmu, membuat selera makanku hilang. Dasar tidak tahu malu!" celetuk Logan tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya.
Alina bangkit dari duduknya lalu kembali naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia harus mengganti pakaiannya kembali karena pakaiannya sudah terkena makanannya yang tumpah. Setelahnya, ia langsung berangkat.
"Ingat! Jangan pernah ada yang melayaninya atau kalian semua akan kupecat," pesan Logan.
"Ta-Tapi, Tuan. Nyonya Flo yang memberikan perintah seperti itu untuk kami," kata salah seorang pelayan.
"Di sini aku yang memberi perintah! Apa kalian semua mau kupecat? Aku bisa melakukannya sekarang, tanpa keputusan Daddy atau siapa pun," kata Logan.
Para pelayan pun terdiam dan akhirnya mulai membereskan semuanya tanpa banyak bicara lagi. Mereka takut kalau sampai dipecat karena akan sulit mencari pekerjaan saat ini.
**
Waktu kembali terlewati dengan cepat, hingga kini telah sampai pada satu bulan sebelum acara pernikahan antara Darius dengan Flo. Nyonya besar, yang tak lain adalah nenek Logan, telah merestui hubungan antara Darius dan Florence, yang dulu sempat ia tentang.
"Vin, apa kamu punya ide? Aku benar-benar tak ingin pernikahan ini terjadi," kata Logan sambil menahan kepala dengan sebelah tangannya.
"Aku juga sedikit bingung mengapa Uncle ingin menikah lagi. Bukankah Uncle terlihat sangat mencintai Aunty?" tanya Vin. Ia adalah salah satu sahabat Logan yang bekerja menjadi asisten pribadi, padahal gedung perusahaan milik keluarga Walker tepat berada di sebelah gedung perusahaan Ruiz.
"Kurasa wanita itu telah menjebak Daddy, kalau tidak tak mungkin begitu cepatnya Daddy berpaling dari Mommy," ujar Logan.
"Bukankah kamu pernah mengatakan bahwa kamu sudah mengancam putrinya? Bahkan kamu juga tak segan-segan menampakkan ketidaksukaanmu padanya? Tapi mengapa ia tetap mau menikah dengan Uncle?" tanya Vin.
"Bukan sekali dua kali aku mengancam putrinya, tapi sepertinya ancamanku tak dipedulikannya. Aku sangat yakin kedua wanita itu ingin menjebak Daddy," kata Logan di hadapan Vin.
"Kalau kamu tak menghasilkan apa-apa dengan mengancamnya, mungkin yang perlu kamu ancam adalah calon istri Uncle," kata Vin.
"Hmm ... sepertinya kamu benar. Aku terlalu memikirkan perasaan Daddy selama ini. Terima kasih, Vin. Aku akan mencobanya."
Dan benar saja, saat Logan pulang dari perusahaan dan mendapati Flo serta Alina tengah bercengkerama di ruang makan, amarahnya kembali meluap. Logan menatap sinis pada keduanya, hingga Flo melihat ke arahnya.
"Kamu sudah pulang, Log," sapa Flo yang langsung berdiri. Seorang pelayan datang membawakan segelas air. Saat sampai di depan Logan, Flo membantu mengambilkan gelas tersebut dan menyerahkannya pada Logan.
Pranggg!!!
Gelas yang tadi terlihat begitu cantik, kini sudah pecah dan berhamburan, berantakan di lantai.
"Ahhh!!" teriak Flo yang sangat kaget dengan apa yang dilakukan oleh Logan.
"Jangan pernah menyentuh apapun yang ditujukan untukku. Aku tak suka! Lebih baik aku melemparkannya ke tong sampah daripada diambilkan oleh wanita tak tahu diri dan tak tahu malu sepertimu!"
Alina mengepalkan tangannya saat mendengar Logan yang menghina Mom Flo. Ingin sekali ia memukul wajah Logan hingga tak berbentuk lagi.
"Apa kamu tak malu memiliki orang tua sepertinya? Yang bisanya hanya menjerat seorang pria kaya. Mungkin ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti itu. Dasar wanita murrahannn!!!" teriak Logan sambil menatap Alina, tanpa peduli dengan sekitarnya.
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻