(Sequel of Cinta Gavesha)
Chandra Arlando hampir lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Karena rasa sakit akibat pengkhianatan dari sang kekasih, nampaknya begitu sulit untuk disembuhkan. Semenjak saat itu Chandra memilih untuk menutup hatinya pada wanita siapapun. Hingga suatu saat ia mengenal Gavesha, namun sayang gadis itu mencintai Sagara sahabatnya.
Chandra merasa frustasi, cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Sampai ia berpikir kalau Tuhan tidak mengizinkannya untuk jatuh cinta. Sampai pada akhirnya, Chandra dipertemukan dengan Gricella. Gadis angkuh dan sombong yang nyatanya akan menjadi rekan bisnisnya.
Seiringnya waktu, benih-benih cinta dalam diri Gricella terhadap Chandra pun tumbuh. Chandra pun tahu bahwa gadis itu mencintainya, namun karena kehadiran cinta dari masa lalu Chandra membuat Gricella terluka. Akankah Chandra meminta maaf pada Gricella dan menerima cinta gadis itu? Ataukah Chandra kembali pada cinta lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Hyungsik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbalik Arah
Hari libur pun tiba, sesuai dengan rencana Chandra dan yang lainnya untuk berkumpul telah terealisasikan. Hari Sabtu siang ini mereka akan bertemu di sebuah mall. Semuanya sudah berkumpul di mall tersebut, hal yang pertama mereka lakukan adalah menonton bioskop.
Setelah hampir dua jam berada di bioskop, kini mereka melanjutkan untuk mampir ke salah satu cafe yang ada di mall tersebut. Mereka masuk ke dalam cafe tersebut bersama-sama. Ada Sagara, Marvin, Langit, Chandra, Vesha dan juga Shena.
Ya, Vesha sengana mengajak Shena karena ia tidak ingin Bryan curiga kalau hanya dirinya saja yang berkumpul dengan Sagara dan ketiga sahabatnya.
Mereka sudah memesan beberapa makanan. Namun tiba-tiba saja Chandra dan Marvin harus menemui sepupu Marvin yang memiliki cafe and resto tempat mereka berkumpul saat kuliah dulu.
"Kami tidak akan lama, aku hanya menyerahkan proposal ini saja. Kalian tunggu disini dulu saja!" pinta Chandra.
"Hmm, baiklah. Cepatlah kembali, karena kamu juga sudah pesan makanan!" jawab Sagara.
Chandra dan Marvin hanya mengangguk. Namun Shena ternyata juga ada sesuatu yang ingin dibeli setelah ia menerima pesan dari sang mama.
"Aduh, Sah! Aku harus ke lantai bawah lagi, Mommy baru saja hubungi aku dia mau titip aksesoris." Shena menunjukkan layar ponselnya agar Vesha dapat melihat pesan dari mamannya.
Vesha menghela nafasnya pelan. "Ya, sudah. Jangan lama-lama!" ucap Vesha.
"Iya,"
Shena pun segera keluar dari cafe tersebut. Tinggalah Sagara, Vesha dan Langit. Mereka terlibat obrolan ringan, hingga akhirnya Langit izin ke toilet.
Dalam kursi itu hanya tinggal Vesha dan Sagara. Terlihat kecanggungan diantara keduanya, namun Sagara dan Vesha saling berusaha untuk tetap saling mencairkan suasana.
Hingga akhirnya seorang wanita datang menghampiri keduanya dan memaki Vesha.
Sementara itu, Chandra dan Marvin sudah bertemu dengan si pemilik Cafe yang akan menjadi klien Chandra.
"Saya sudah tahu tentang anda dari Marvin. Sepertinya anda tidak perlu mengajukan proposal itu pada saya. Karena saya memang sudah berminat untuk bekerjasama dengan anda, Tuan Chandra." ucap orang itu.
Chandra dan Marvin tersenyum lega. Chandra benar-benar sangat bersyukur karena sudah mendapatkan satu klien di Jakarta.
"Entah saya harus mengatakan apa pada anda Tuan Roy. Tapi saya sangat berterima kasih sekali kepada anda, karena mau bekerjasama dengan perusahaan kecil yang baru saya bangun ini," jawab Chandra seraya tersenyum.
Roy pun tersenyum, dan menatap bangga pada sosok Chandra yang masih muda sudah mampu mendirikan perusahaan kecil dan begitu bekerja keras.
"Jadi kapan kita akan mulai tanda tangan untuk kerjasama usaha kita?" tanya Roy.
"Ah, ya. Ini surat kontraknya. Silakan dibaca terlebih dahulu!" Chandra menyerahkan sebuah map tersebut pada Roy.
"Tidak perlu! Aku percaya denganmu. Aku harus tanda tangan disini kan?" tanya Roy.
"Iya, Tuan."
Roy pun langsung membubuhkan tanda tangannya di surat kontrak kerjasama kedua belah pihak.
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Roy!" ucap Roy sambil menyerahkan berkas tersebut.
Chandra pun tersenyum. "Baiklah, kalau begitu panggil saya Chandra saja."
Setelah itu Chandra pun juga membubuhkan tanda tangannya. Ketiganya pun kembali terlibat obrolan kecil, sampai Chandra dan Marvin lupa kalau mereka sedang berkumpul dengan para sahabat.
Tanpa sengaja Marvin melihat Shena yang sedang berjalan, saat itu juga Marvin menepuk keningnya.
"Astaga, aku hampir lupa!" gumamnya pelan.
"Kamu kenapa, Vin?" tanya Roy.
Marvin pun langsung menoleh ke arah Roy dan Chandra.
"Chan, sebaiknya kita kembali ke lantai 3. Mereka pasti sudah menunggu kita," ujar Marvin mengingatkan kembali Chandra.
"Astaghfirullah, iya. Aku hampir lupa, Vin." sahut Chandra.
"Maafkan kami yang harus menyudahi pertemuan kita hari ini, Roy. Aku lupa kalau kami tadi datang bersama teman-teman," ucap Chandra yang merasa tidak enak pada Roy.
"Oh, baiklah. Next kita kumpul bersama," jawab Roy.
Mereka pun saling berjabat tangan. "Senang bisa bekerjasama dengan kamu, Roy." ucap Chandra sebelum ia meninggalkan Roy.
Roy tersenyum sambil menepuk pundak Chandra. "Sama-sama, Bro. Semoga sukses untuk kedepannya," jawab semangat Roy.
Marvin dan Chandra pun segera meninggalkan Roy sendirian. Mereka berjalan sedikit tergesah, dari jarak cukup jauh Shena dapat melihat kedua pria itu berjalan dengan cepat. Wanita itu pun bergegas dan mengejar keduanya.
"Marvin, Chandra!" ucap Shena dengan suara kencang.
Kedua pria itu pun menghentikan langkahnya dan menoleh. Shena pun setengah berlari menghampiri keduanya.
"Kalian sudah selesai?" tanya Shena.
"Sudah," jawab Chandra singkat.
Chandra masih merasa agak canggung jika bertemu dengan Shena. Mengingat gadis itu sangat jutek dan galak. Tidak ada obrolan diantara mereka, namun sesekali Marvin melirik Shena dan mencoba mendekat ke gadis itu.
"Kau dari mana?" tanya Marvin berbasa basi, karena sejak tadi hanya diam saja.
Shena melirik sekilas. "Toko aksesoris," jawab Shena.
Marvin hanya ber oh ria saja, mereka pun sudah tiba di lantai dimana cafe yang ada Sagara, Vesha dan Langit. Namun ketiganya dibuat bingung saat melihat hampir semua pengunjung mengerumuni cafe tersebut.
"Ada apa?" tanya Marvin.
Shena dan Chandra hanya mengangkat kedua bahunya. Akhirnya mereka pun memutuskan masuk ke dalam, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat seorang gadis sedang memaki Vesha. Ketiganya pun tidak sengaja melihat Langit, dan langsung mereka menghampiri pria itu yang baru saja keluar dari toilet.
"Siapa wanita itu?" tanya Marvin.
Langit menggeleng bingung. "Aku pun juga tidak tahu," jawabnya.
Shena yang tidak terima sahabatnya dipermalukan di depan umum pun segera menghampiri wanita itu. Amarah semakin memuncak saat wanita itu merendahkan Vesha.
"Dasar cewek murahan!" teriak wanita itu.
Shena langsung menarik tangan wanita itu yang masih membelakanginya. Tangan Shena sudah hampir menyentuh wajah wanita itu, namun dengan cepat Vesha mencegahnya. Shena menarik tangannya dengan kasar.
"Beruntung kamu karena Vesha melarangku memukul wajahmu itu, jika tidak wajah cantikmu itu bisa hancur di tanganku!" Shena menunjuk wajah wanita itu dengan aura kemarahan.
Wanita itu nampak sedikit gemetar karena takut. Ia melirik ke kanan kirinya, ternyata teman-temannya tidak ada di cafe itu. Chandra memicingkan matanya saat mengetahui siapa wanita itu.
Lalu Chandra maju dan berdiri tepat di sebelah Shena. "Kau," Chandra menunjuk wajah itu dengan telunjuknya.
Shena menoleh ke arah Chandra. "Kamu mengenalnya, Chan?" selidik Shena dengan mimik wajah sinis.
"Tidak. Tapi aku tahu wanita ini sedikit sombong," jawab Chandra dengan tatapan yang tidak lepas dari wanita itu.
Chandra sedikit memajukan tubuhnya, sehingga wanita itu memundurkan langkahnya.
"Apa masalahmu dengan temanku, Nona? Kenapa kamu mencari keributan di tempat umum, tidak bisakah kau bicarakan semuanya dengan baik-baik?" tanya Chandra dengan ekspresi wajah datar dan terkesan dingin.
Wanita itu pun memberanikan diri mendongakkan kepalanya dengan gaya angkuh.
"Oh, jadi wanita murahan ini temanmu?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Gricella.
Chandra langsung menekan kedua pipi Gricella, hingga membuat wanita itu merasa kesakitan. Membuat Shena dan yang lainnya tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Chandra. Bahkan Vesha langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya.
"Jangan sembarang berucap, Nona! Aku tidak suka temanku dihina seperti itu, terlebih oleh wanita sombong seperti anda. Kau tidak mengenalnya dengan baik, jadi tidak perlu menilainya dengan pandanganmu yang buruk itu terhadapnya."
Chandra melepaskan cengkramannya pada pipi Gricella. Namun sepertinya Gricella sangat tidak tahu malu.
"Lalu, pandangan seperti apa yang harus aku nilai untuknya? Sudah tahu dia punya kekasih, kenapa harus jalan dan berduaan bersama pria lain. Bukankah itu sama saja dengan murahan?" Gricella tertawa sinis sambil melipat kedua tangannya.
"Heh, jaga ucapan kamu!" bentak Shena.
Gricella hanya tersenyum sinis menanggapi pembelaan Shena untuk Vesha. Namun dalam sekejap Gricella memasang ekspresi tidak suka saat Chandra mulai memojokkan dirinya.
"Vesha tidak datang dengan pria itu saja," Chandra menunjuk ke arah Sagara.
"Tapi dia datang bersama kami," Chandra menunjuk dirinya dan yang lainnya juga.
"Tapi karena suatu hal, jadi kami keluar sebentar karena masih ada urusan yang lainnya. Kau hanya melihat Vesha berdua dengan Sagara setelah kami pergi. Tapi tidak melihatnya bersama kami," tambah Chandra.
Chandra melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya masih begitu dingin pada Gricella.
"Aku tahu kamu pasti tidak akan percaya dengan ucapanku ini. Kau boleh tanyakan hal itu pada salah satu pegawai cafe ini. Silakan kau tanya, atau kau ingin melihat rekaman CCTV cafe ini, heoh?" tantang Chandra.
Tidak lama seorang penanggung jawab cafe itu pun datang dan menjelaskan apa yang dikatakan Chandra itu benar adanya.