Dia dipandang rendah oleh keluarga istrinya, bahkan dia selalu mendapatkan hinaan, hanya karena dia seorang pria miskin.
Hanya Bastian dan Raisa yang tahu bahwa pernikahan mereka hanya sementara, itu semua agar Raisa mendapatkan warisan dari keluarganya. Dan Bastian rela menjadi suami sementara Raisa, untuk menebus hutang pada Raisa.
Namun, bagaimana kalau ternyata takdir membuatnya berubah? Sebenarnya Bastian berasal dari keluarga kaya raya, dia adalah sang pewaris dari perusahaan nomor satu di Indonesia. Sudah tiga tahun dia diusir oleh kakeknya karena sering menghamburkan uang.
Bastian akhirnya tau bagaimana susahnya mencari uang, ketika dia mendapatkan warisan dari sang kakek, dia bisa menjadi pemimpin perusahaan yang begitu mengagumkan, walaupun dia harus menyembunyikan identitasnya dari keluarga istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Setelah mendengar kabar dari Zicko mengenai bagaimana kondisi Sang kakek yang sedang sakit, Bastian pun segera pergi ke Mansion William, sebuah tempat tinggal bak istana yang megah, tempat tinggalnya dulu.
Sebuah bus berhenti tepat di depan gerbang Mansion William, Bastian bergegas turun dari bus tersebut, para security mempersilakan Bastian untuk masuk dengan membuka pintu gerbang, Bastian pun berlari melewati halaman yang begitu luas agar bisa tiba di Mansion.
"Kakek!"
"Kakek!"
Bastian terengah-engah memanggil sang kakek tercinta, walaupun dulu kakeknya telah mengusirnya, tapi dia sangat menyayangi Tuan Athar.
Bastian melihat kakeknya yang sedang duduk di ruang tamu, terlihat kakeknya sedang tertawa renyah menonton tom and jerry di televisi.
"Hahaha..."
Bastian menghela nafas, apa kakeknya mencoba untuk membohonginya? Sementara Zicko hanya menundukkan kepala, karena dia mengirim pesan pada Bastian atas perintah dari Tuan Athar.
"Apa kakek sedang membohongi aku? Aku sampai terburu-buru pergi kesini karena mengkhawatirkan kakek." Bastian terlihat kesal karena merasa dibohongi oleh kakeknya.
"Siapa yang membohongi kamu? Kakek memang beneran sakit, makanya kakek pakai baju hangat." Tuan Athar tidak terima dikira telah membohongi Bastian.
Kemudian dia memaksakan diri agar bisa batuk, "Uhukk... uhukkk..."
Bastian tau kakeknya sedang pura-pura batuk, dia menoleh ke arah Zicko, lalu bertanya, "Kakek sakit apa?"
Zicko menjawab dengan jujur, "Tuan Athar sedang sakit flu dan batuk, Tuan."
"Flu dan batuk?" Bastian mengulangi perkataan Zicko.
Tuan Athar mendengus kesal melihat reaksi Bastian ketika mengetahui ternyata Tuan Athar hanya sakit flu dan batuk, "Terus kamu maunya kakek sakit apa heuh? Kamu mau kakek sakit keras biar cepat mati, begitu?"
Tuan Athar membawa sapu lidi untuk menghajar Bastian.
Bastian segera berlari, "Eh ampun, Kek. Gak lah masa aku mengharapkan kakek cepat mati."
Kakek dan cucu itu malah berlarian mengelilingi kursi sofa, kadang tingkah mereka memang terlihat konyol, membuat Zicko hanya menggelengkan kepala.
Setelah keduanya merasa lelah, keduanya pun duduk di kursi sofa kembali.
"Sudah ah jangan lari lagi, pinggang kakek encok nanti." Tuan Athar mengatakannya dengan terengah-engah.
Bastian memijat bahu kakeknya, "Biar aku pijitin."
Keduanya pun terkekeh.
Zicko hanya menggelengkan kepala lagi, dia tersenyum tipis melihat kekonyolan kakek dan cucu tersebut.
"Edgar!"
"Kenapa, Kek?"
"Sudah lama kita tak bertemu, Zicko bilang kamu sekarang menjadi pedagang buah-buahan di pasar." Sebenarnya Tuan Athar tidak tega melihatnya, tapi dia rasa seorang pria memang harus bekerja keras.
"Iya, Kek. Walaupun uangnya tak seberapa, tapi aku senang bisa mengenal orang-orang pasar, mereka begitu baik dan ramah padaku."
"Pasar tempat kamu berjualan itu bukankah milik Montana?"
"Iya, benar. Memangnya kenapa, Kek?"
Bastian tidak paham kenapa Tuan Athar tiba-tiba membahas soal Montana Group.
"Ah tidak apa-apa, hanya saja perusahaan itu terus saja mengemis pada kakek untuk mengajak bekerjasama dengan William Group."
Bastian berhenti sejenak ketika mendengar perkataan kakeknya, lalu memijat kembali bahu kakeknya. Bastian menjadi penasaran apa kakeknya menerima tawaran kerja sama dari Montana Group. "Apa kakek menerima kerja sama mereka?"
"Tidak, bahkan tawaran kerja sama dari perusahaan yang levelnya lebih tinggi dari Montana pun sudah kakek tolak."
William Group adalah perusahaan nomor satu di Indonesia, dan di dunia termasuk dalam jajaran ke 10 besar, tidak mungkin tertarik pada tawaran sekelas Montana Group, yang padahal Montana Group juga kini menempati jajaran ke 30 besar di Indonesia, termasuk salah satu perusahaan yang menjanjikan.
...****************...
Bastian hanya bisa menghela nafas ketika mendengar kakeknya telah menolak tawaran kerja sama dari perusahaan milik mertuanya itu. Sebenarnya ada rasa kasihan juga di hati Bastian pada mertuanya, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia tidak memiliki kekuasaan pada perusahaan milik kakeknya itu.
Tuan Athar memang tidak mengetahui kalau Bastian adalah menantunya Louis Montana, jika dia tau mungkin saja dia akan marah besar, karena Bastian sudah dijodohkan dengan seorang gadis bernama Berliana. Mereka sudah dijodohkan sedari kecil, maka dari itu Bastian menyuruh Zicko untuk tutup mulut ketika Zicko disuruh Tuan Athar untuk mencari tahu bagaimana kehidupan Bastian.
Berliana sekarang masih kuliah di Australia. Bastian tau Berliana sangat mencintainya dari dulu, walaupun Bastian tidak bisa membalas perasaan itu, malahan sekarang sepertinya dia telah menaruh hati kepada Raisa, walaupun dia tau pernikahan mereka hanya sementara, dan Raisa sudah memiliki seorang kekasih.
"Berliana sebentar lagi akan lulus kuliah, setelah lulus kuliah dia akan pulang ke Indonesia. Kita bisa membahas rencana pernikahan kalian nanti." ucap Tuan Athar.
Bastian tidak mungkin menolaknya sekarang, karena dia tau kakeknya bisa bersikap kejam pada orang, jika ada yang tidak dia kehendaki. Mungkin saja dia akan menghancurkan Montana Group jika kakeknya tau kalau Bastian diam-diam telah menikah dengan Raisa.
Apalagi Bastian tahu kelak dia dan Raisa akan bercerai, sehingga dia rasa kakeknya tidak boleh mengetahui tentang pernikahan mereka.
"Hmm... iya, Kek." jawab Bastian.
Bastian dan Zicko saling melirik, karena Zicko tahu mereka sedang menyimpan rahasia besar di belakang Tuan Athar, Bastian awalnya terpaksa menerima tawaran dari Raisa karena dia tidak memiliki uang untuk membayar uang sewa ruko yang dia sewa di pasar, dia begitu sangat miskin.
Walaupun sekarang Bastian merasakan getaran aneh setiap kali berada di dekat Raisa, sepertinya dia telah jatuh hati pada Raisa, walaupun sudah berusaha beberapa kali untuk menyangkalnya, karena Raisa dan Bastian telah membuat perjanjian untuk tidak saling jatuh cinta.
"Kakek ingin kamu menjadi penerus perusahaan, Edgar. William Group adalah milikmu, kamu adalah pewarisnya." Tuan Athar tiba-tiba menyinggung tentang Bastian yang harus menjadi penerus perusahaan William Group.
Dulu Bastian pernah mengharapkan posisi itu, tapi setelah menikah dengan Raisa, dia merasakan kenyamanan setiap kali bersama Raisa, walaupun Raisa selalu bersikap acuh dan angkuh, tapi Bastian sangat bahagia bisa hidup bersama Raisa.
Bastian takut rahasianya terbongkar jika ternyata dia telah memiliki seorang istri, karena itu dia belum siap untuk menjadi seorang pewaris di William Group.
"Aku belum siap, Kek." Bastian telah selesai memijat bahu kakeknya, dia berkata dengan nada sungguh-sungguh.
"Lho kenapa, Edgar?" Tuan Athar tak paham kenapa Bastian ragu untuk memimpin perusahaan.
"Saat ini aku belum kepikiran kesana, masih betah berjualan buah-buahan di pasar, Kek."
Tuan Athar memandangi wajah cucunya yang tampan itu, ternyata Bastian telah berubah sekarang, dia bisa hidup mandiri dan pekerja keras, dan juga bisa hidup sederhana, membuat Tuan Athar kagum pada sang cucunya tercinta.
Seorang security tiba-tiba datang ke rumah tamu, dia ingin melaporkan sesuatu pada Tuan Athar. "Maaf Tuan, ada seorang Manager dari Montana ingin bertemu dengan anda."
Bastian mengerutkan keningnya, tentu saja dia tahu bahwa orang yang ingin bertemu dengan kakeknya adalah Raisa, istrinya.