NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepakat

Jantung Anna dag dig dug serr.

Pria ini serius atau bercanda? Aura nya sih serius. Calon suami? Bulu kuduk Anna meremang.

Salah satu sudut bibir William naik. Tersenyum smirk.

Lelaki itu melepas nafas, lalu menyisir rambutnya dengan jari. Seperti frustasi.

Anna terpaku, menatap makanan di depannya. Rasa laparnya menguap, ia sudah tidak selera lagi. Ia lalu menatap William yang kali ini berdiri bersandar ke tembok.

Kelopak mata William bergetar sebelum ia berucap,”Jangan pura-pura tidak tahu, Anna Wijaya!”

“Anna Pratiwi Wijaya!” Anna membenarkan.

Bibir William menipis, membentuk garis. Geram. “Ya! Anna Pratiwi Wijaya! Jangan marah atau bertanya padaku. Aku hanya menjalankan perintah kakek tua itu!”

Anna termenung menatap William. Ada pemahaman sekaligus rasa kecewa di salah satu sudut hatinya. Kali ini bulu mata Anna yang bergetar menerima tatapan William yang sedang menganalisis ekspresinya.

Anna membuang muka. Yang dikatakan William memang benar. Semua ini pasti telah diatur oleh Adi Wijaya. “Kenapa dia tidak bicara langsung padaku? Kenapa dia mengatur hadiah itu untukku? Apa hak nya-?”

William juga mengalihkan pandangan ke samping, agar mereka tak lagi bertatap mata dan saling menyelami isi hai.

“Waktumu untuk berpikir hampir habis, Anna!” ucap William kemudian.

Anna menunduk. Paham maksud pria itu. Waktu satu bulan yang diberikan oleh Adi Wijaya untuk memilih memang hampir habis. Dia hanya punya dua pilihan. Diumumkan menjadi cucu Adi Wijaya dengan segala konsekuensi yang harus dijalani, atau menjadi kekasih William. “Ya. T-tapi…” Anna masih denial.

“Aku yakin, kamu mengerti bahwa pengaturan ini terlihat lebih alami dibanding jika tiba-tiba kita mengumumkan hubungan.” William sendiri merasakan desiran aneh saat mengucapkan hal ini.

Saat Adi Wijaya memberikan tawaran kepadanya, William lebih banyak mempertimbangkan keuntungan dibanding dengan perasaan nya sendiri.

Di negara ini, lelaki di atas tiga puluh tahun sepertinya dianggap sudah menjadi bujang lapuk. Perjodohan, pertanyaan dan sindiran tentang pasangan, sering diucapkan di acara-acara perjamuan tak resmi dengan rekan bisnis dan koleganya.

Apalagi saat ini, ayahnya-Wirautama- seperti hendak mempertemukan William kembali dengan wanita yang sangat ia benci. Zayyana.

Akhirnya. Hubungan dengan Anna adalah solusi. Terkait itu hanya sebatas hubungan bisnis atau hanya kamuflase agar Wijaya Group tidak jatuh ke tangan yang tidak tepat, toh William tidak akan rugi sama sekali. Ini akan menjadi keuntungan kedua belah pihak.

Anna menarik nafas, sambil menutup mata. Yang dikatakan William memang benar. Sebagai puteri Harya Kusuma Wijaya, Anna sudah sering memikirkan agar ayahnya tenang di alam sana. Salah satunya tentu dengan mengabdi kepada kakeknya.

Meski sang kakek pernah melepas ikatan keluarga mereka. Ia masih ingat, dulu ayahnya mengajarkan bahwa tidak ada ayah yang tidak sayang kepada anaknya. Ikatan keluarga tidak akan pernah putus. Dulu Anna kecil tidak paham maksud ayahnya, namun sekarang ia mulai merangkai ingatan-ingatan dimana ayahnya terlihat menonton televisi dengan antusias saat ada berita tentang produk baru inovasi Wijaya Group.

“Yah. Bapak benar!” ucap Anna kemudian.

“Ya. Kita sudah sama-sama dewasa, Anna.” William menghitung kembali umur mereka yang sebenarnya terpaut hampir sepuluh tahun. Walaupun ia masih menganggap Anna sebagai bocah, tetap saja gadis umur dua puluh dua tahun itu adalah wanita yang sudah dewasa.

Tok.Tok.

Pembicaraan keduanya terhenti saat Putra- asisten William muncul dari balik pintu. “Ma-Maaf, saya tunggu di luar,” ucap Putra yang melihat ekspresi dua orang di depan nya seperti dalam pembicaraan yang serius. Ia mundur dan kembali menutup pintu.

“Masuklah!” seru William beranjak ke arah sofa. “Kamu! makanlah!” perintah William kepada Anna yang belum jadi menyentuh makanan nya.

Patuh, Anna mulai menyuap makan malam yang tadi diantarkan oleh petugas. Kalio daging dengan kacang merah ditambah sayur sop tahu wortel dan baby corn.

“Ini pakaian dan makan malam anda, Pak Direktur!” Putra meletakkan dua tentengan di atas meja.

William mengangguk. “Kamu sudah makan, Put?”

Putra yang masih berdiri, mengangguk. “Sudah, Pak,” jawabnya. “Apakah masih ada yang perlu saya carikan?”

William menggeleng. “Tidak. Kalau kamu ada urusan, pergilah!”

“Baik, Pak. Di dalam paper bag itu ada tablet Bapak. Saya permisi dulu!” ucap Putra. “Saya permisi ya, Mbak Anna! Semoga lekas sembuh.”

Anna yang mulutnya sedang berisi, mengangguk lalu menelan makanan dengan cepat. “Makasih!”

Putra menutup pintu diiringi oleh William yang berkaki panjang mengantar Putra. Pria itu mengunci pintu. “Saya mau mandi!” William berbalik dan  memberitahu Anna yang tampak memelototi dirinya.

“Kenapa harus dikunci? Kalau ada yang datang gimana?” kalau Tony datang Gimana? sambung Anna dalam hati.

“Sampaikan pada teman mu itu. Tidak usah datang ke sini!” perintah William. “Atau perlu saya yang melarangnya datang atau membuatnya tidak bisa datang?!” suara pria itu terdengar tegas.

Anna bergidik mendengar pilihan terakhir dari William. Membuat Tony tidak bisa datang itu bisa diartikan negatif kan?

Anna pun menggeleng. “Tidak usah! Biar saya yang kasih tahu.” Anna segera menyambar ponsel nya. Lalu mulai mengetik saat William masuk ke kamar mandi.

[Ton!] ketik Anna.

[Ya] balas Tony beberapa detik kemudian.

[Ga usah ke sini, ya!] Anna

[?] Tony

[Gue udah ga papa kok!]

{emot angguk-angguk} Tony

[Sebenernya gue juga belum bisa ke situ] Tony

[Kami mau merayakan kemenangan divisi perencanaan dan pengembangan] Tony

[Kayaknya ampe tengah malem!] Tony

[Oh. Ya. Selamat kalo gitu! Lo akhirnya menang ya?] Anna

[ho-oh] Tony

[kami menang banyak hari ini] Tony

[Syukurlah] Anna

“Hei! Besok pagi, suruh teman mu itu ke sini!” William menjulurkan kepala dari dalam kamar mandi.

Anna bengong.

“Saya ada urusan pekerjaan besok pagi. Tidak bisa menemani. Biar nanti saya beri izin ke Kepala Divisi nya!”

Blam! William menutup pintu.

Anna berdecak. Lalu mengetik.

[Kalo besok pagi, bisa kesini Ton?] Anna

[Oke! Besok gue cuti sehari deh, buat elo!] Tony

[Oke!] {emot terimakasih dengan love-love} Anna

Anna meletakkan ponsel, melirik ke arah pintu kamar mandi yang tertutup lalu melanjutkan makan malam nya.

***

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!