NovelToon NovelToon
Satu Satunya Yang Tak Terpilih

Satu Satunya Yang Tak Terpilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: nazeiknow

Oiko Mahakara bukan siapa-siapa.
Di sekolah, dia hanya bayangan yang selalu diinjak.
Tertawa orang lain adalah derita baginya.
Tapi ketika cahaya menelan dunia lamanya, semuanya berubah.

Dipanggil ke dunia lain bersama murid-murid lainnya, takdir mereka tampak seperti cerita klasik: menjadi pahlawan, menyelamatkan dunia.

Namun, tidak semua yang datang disambut.
Dan tidak semua kekuatan... bersinar terang.

Ketika harapan direnggut dan dunia membuangnya, dari kehampaan… sesuatu terbangun.

Kegelapan tidak meminta izin. Ia hanya mengambil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazeiknow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17: Naga yang Terbangun

Langkah kaki menyusuri semak-semak dan ranting kering...

Oiko di depan, Mikami dan Rinya mengikut di belakang.

Jejak demi jejak mereka tinggalkan, menjauh dari danau,

menuju... titik awal yang tak pasti.

Oiko menunduk.

Pikirannya dipenuhi keraguan.

"Gimana cara pulang lebih cepat...? Tapi... aku pulang ke mana...? Aku bahkan nggak punya tempat tinggal..."

Langkahnya terus berlanjut dalam lamunan.

Di belakang, Rinya dan Mikami memperhatikan dengan khawatir.

“Dia kenapa sih...?” bisik Mikami pelan.

Rinya hanya mengangkat bahu.

Tiba-tiba—

Mereka berdua berhenti.

Namun Oiko masih terus berjalan...

Dukkk!

“Aduh!”

Oiko mengangkat kepalanya—dan tubuhnya langsung kaku.

Di hadapannya...

Seekor naga besar berkulit hitam pekat dengan sisik keperakan, sedang tertidur di tengah jalur hutan.

Tubuhnya membentang lebar, hampir menyatu dengan bayangan pepohonan.

Mata sang naga masih terpejam. Tapi...

Tiba-tiba...

Glek... Glek...

Kepalanya mulai bergerak.

Sisiknya menggesek tanah berbunyi pelan.

Kedua matanya yang keemasan terbuka perlahan...

Tatapan maut itu langsung mengarah pada Oiko.

Mikami dan Rinya yang masih berdiri kaku di belakang, tak mampu bersuara.

Suasana hutan mendadak senyap.

Oiko menelan ludah.

“...Naga?”

Naga itu mengangkat kepalanya sepenuhnya, lalu menghembuskan napas pelan,

hembusan udara panas menyapu dedaunan...

Masih di tengah hutan yang tenang namun tegang.

Oiko dan sang naga saling menatap tajam.

Mata emas milik naga menyala lembut namun menusuk.

Mikami dan Rinya masih mematung di belakang, tak berani bergerak.

Oiko mengangkat alis, sedikit menantang.

"Kamu naga?" katanya dengan nada datar namun lancang.

Naga itu perlahan membuka mulut.

Namun suara yang keluar…

bukan auman menggelegar,

melainkan suara manusia—dalam, tenang, dan angkuh.

“Kenapa kau ada di sini? Seharusnya kau jauh di tempat asalmu.”

Oiko menatapnya bingung.

"Kau naga... masih sempet nanya ya?" katanya heran.

Mikami dan Rinya hanya bisa terdiam,

angin mulai berhembus, membuat daun-daun bergetar pelan,

seolah ikut menyaksikan ketegangan ini.

Naga itu menggeram pelan.

“Manusia… Aku bisa disebut naga, ya. Tapi aku bukan sembarang naga.”

“Aku telah naik ke level yang berbeda sejak lama...

Oiko menyipitkan mata.

"Beda-nya apa?"

Tiba-tiba—

Naga itu berdiri, tubuh besarnya bergerak.

Dalam hitungan detik...

PUFFF!!

Asap tebal menyelimuti tubuh naga.

Wujudnya perlahan lenyap di balik kabut hitam pekat.

Lalu... sesuatu jatuh ke tanah.

Bayangan kecil, lalu perlahan melangkah mendekat.

Saat asap mulai hilang...

Terlihat sosok wanita muda, cantik, misterius, dengan mata emas menyala.

Rambutnya panjang, seperti malam hari.

Langkahnya anggun namun aura sihir terasa kuat dari tubuhnya.

Oiko terbelalak.

"Kau... ngalahin naganya!?"

Perempuan itu mendengus, lalu menyilangkan tangan.

“Aku naganya, bego.”

Oiko tersentak.

“E-eh!? Maaf...!”

“Kok bisa berubah jadi cewek… manusia?”

Perempuan itu menatap Oiko dengan tatapan sombong.

“Karena aku bukan naga biasa.”

“Aku adalah... Sarethra, Naga Arkais Berwujud Ganda.”

Mikami dan Rinya masih terdiam.

Mulut mereka terbuka sedikit, wajah tak percaya.

Di depan mereka, naga besar telah berubah menjadi wanita cantik...

dan kini berdiri tenang bersama Oiko.

Oiko menatap wanita itu serius.

"Serethra... Nama yang aneh.”

Wanita naga itu terkejut.

“Aku... aku juga nggak tahu. Itu nama yang kupakai selama ini…”

Oiko menyeringai.

“Ya udah, sekarang aku kasih nama baru buat kamu.”

Serethra terdiam.

Wajahnya mulai memerah malu.

“Mulai sekarang... nama kamu Sizu.”

Mikami dan Rinya terkejut.

Mereka masih diam mematung, tapi dalam hati Mikami berpikir:

"Dia asal banget ngasih nama orang... tapi itu NAGA loh!"

Sementara Rinya:

"Seriusan dia ngasih nama ke naga...?"

Sizu menunduk pelan, lalu mengangguk pelan.

“...Aku terima. Terima kasih...”

Oiko tersenyum kecil.

Lalu bertanya:

“Sizu, kamu bisa berubah lagi jadi naga?”

Sizu mengangguk.

Tiba-tiba...

DUUMP!!

Aura kuat mengalir keluar dari tubuhnya.

Angin berhembus deras.

Cahaya sihir melingkar di sekitarnya.

WUUUSHH!!

Dalam sekejap, tubuh mungil Sizu berubah menjadi naga besar berkilau,

dengan sisik bersinar seperti kristal perak,

dan mata emas terang menatap penuh wibawa.

Oiko melongo kagum.

“Kamu bisa... terbang?”

Sizu menjawab dengan nada bangga:

“Tentu saja bisa.”

Lalu… Sizu mengepakkan sayapnya!

FWWOOOMMM!!

Angin kencang mengguncang pepohonan hutan.

Daun beterbangan.

Tanah bergetar pelan.

Sizu terbang tinggi di atas pepohonan.

Oiko berteriak dari bawah:

“Oke turun dulu! Jangan tinggi-tinggi!”

Sizu mulai menurunkan ketinggian.

Sayapnya perlahan mengepak perlahan dan turun.

Pohon-pohon bergoyang tertiup angin dari sayap raksasanya.

Setelah mendarat, Oiko melangkah maju dan memperkenalkan diri:

“Nama ku Oiko.”

(lalu menunjuk ke belakang)

“Itu Mikami, dan yang itu Rinya.”

Mikami dan Rinya masih diam...

seolah otak mereka masih loading karena melihat NAGA BESAR dapat nama dari Oiko.

Oiko menatap Sizu yang masih dalam wujud naga.

Dengan polos dia bertanya:

“Kamu bisa berubah lagi jadi perempuan cantik yang tadi?”

Sizu mendongak sedikit, wajah naga besar itu tampak... memerah?!

Lalu, dengan anggun, asap mulai menyelimuti tubuhnya.

FWUUUUUUSH...

Dari balik asap tebal, sosok perempuan cantik dengan rambut perak panjang dan mata emas kembali muncul.

Sizu melangkah pelan ke arah Oiko, wajahnya malu-malu.

“A-apa... aku boleh...”

Oiko menatap bingung.

“Boleh apa?”

Sizu menunduk sedikit, lalu mengangkat pandangannya, pipinya masih merah:

“...boleh jadi teman kalian?”

Mikami dan Rinya membelalak di belakang Oiko.

Wajah mereka penuh keterkejutan.

Seolah pikiran mereka berkata bersamaan:

"NAGA minta jadi TEMAN?!"

Oiko tersenyum hangat.

Ia menjulurkan tangan ke depan tanpa ragu.

Sizu pun, agak ragu-ragu, menjulurkan tangannya juga... dan mereka berjabat tangan.

“Boleh kok,” kata Oiko.

Mikami dalam hati langsung curiga:

“Jangan-jangan dia ini jago manipulasi juga..."

Sizu tersipu.

Lalu dengan suara pelan dan lirih:

“Kalian... mau ke mana?”

Oiko menoleh ke belakang, melihat Mikami dan Rinya yang masih mematung seperti patung hutan.

Lalu menatap Sizu lagi.

“Kita... mau pulang.”

“Pulang ke mana?” tanya Sizu penasaran.

Oiko menggaruk kepala.

Sempat bingung, lalu menjawab seadanya:

“Ke... desa elf aja.”

Sizu terdiam sebentar.

Lalu matanya berbinar:

“Itu jauh... tapi aku... aku ingin ikut.”

Oiko mengangguk pelan.

“Boleh.”

Tanpa menunggu lebih lama, Oiko mulai berjalan duluan, menyusuri jalan di tengah hutan.

Angin berhembus pelan, dedaunan bergetar.

Siluet cahaya mentari pagi mulai menembus celah pohon.

Sizu menoleh ke Mikami dan Rinya yang masih terpaku.

"Dia meninggalkan kami...?!"

Tapi akhirnya, Mikami dan Rinya mulai bergerak.

Dengan langkah pelan tapi mantap, mereka menyusul Oiko dari belakang.

Di antara pohon dan hembusan angin,

rombongan kecil ini mulai melangkah menuju petualangan baru…

Mereka berjalan perlahan, meninggalkan jejak di tanah lembap hutan.

Setiap langkah menyisakan bekas kecil, pertanda bahwa ada petualangan baru yang sedang berlangsung.

Oiko berjalan di depan, matanya menatap ke depan tapi pikirannya sibuk.

Lalu, ia menoleh ke Sizu di sampingnya.

“Sizu... apa Lembah Kematian ini masih jauh dari desa elf?”

Sizu hanya mengangguk pelan.

Tak banyak bicara, tapi anggukan itu cukup menjawab segalanya — masih jauh.

Di belakang mereka, Mikami dan Rinya yang awalnya tertinggal langsung mempercepat langkah.

Keduanya lari kecil ke samping Oiko, seperti anak kecil yang takut ketinggalan di tempat asing.

“Takut ah kalo di belakang,” ujar Mikami pelan.

Rinya, mungil dengan telinga dan rambut bulu putihnya, terlihat gelisah.

Ia memegang kepala dan kupingnya, wajahnya memerah seperti tomat.

Pikirannya berkecamuk:

“Kalau Oiko yang di samping... yaudah deh, aku rela...”

Dia menggigit bibir bawahnya malu sendiri.

Oiko sempat menoleh, memperhatikan mereka sekilas... dan tersenyum.

Senyum ringan namun penuh makna.

Di depan mereka, pepohonan tinggi menjulang.

Cahaya matahari yang menembus dedaunan menciptakan pola indah di tanah.

Mereka terus berjalan menyusuri hutan.

Langkah demi langkah, keheningan sesekali diisi suara burung atau desiran angin.

Dan di wajah Oiko, ada senyuman kecil.

Sebuah tanda bahwa meski ia tak tahu pasti ke mana hidup membawanya,

tapi bersama mereka...

ia tak keberatan menjalani semuanya.

1
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Frontier
HarusameName
bukan hasil AI 'kan, ini?
HarusameName: Narasinya bagus, loh! Nice work.
nazeiknow: kalau ga libur up chapter nya per hari "Minggu"
total 4 replies
nazeiknow
JANGAN LUPA LIKE TEMAN BIAR SAYA LEBIH SEMANGAT MENULIS CERITA INI KALAU BISA LOVE LOVE DI PENCET 😉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!