NovelToon NovelToon
PICCOLA PERDUTA

PICCOLA PERDUTA

Status: tamat
Genre:Action / Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dunia Lain / Dark Romance / Tamat
Popularitas:188.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️

Series #3 dan Series #4

Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.

Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.

Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.

Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Bertahan Hidup Malam Ini

...•••Selamat Membaca•••...

Sofia bangun lebih dulu dibanding teman-temannya yang lain, mereka tidur saling berdempetan karena rumah itu cukup sempit tetapi hal tersebut justru membuat mereka merasa lebih aman.

Sofia mengambil air wudhu’ dan shalat subuh, dia melihat waktu melalui perkiraan dan kondisi hari. Langit sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda akan pagi. Sofia shalat dua raka’at menggunakan sajadah dan mukenah yang dia rancang dari kain-kain di rumah tersebut.

Matahari mulai naik, mereka semua bangun dan menjemur pakaian kemarin yang sempat mereka cuci semalam. Maula merasa jauh lebih baik, begitu pula dengan Nicholle.

“Aku akan coba cari sesuatu yang bisa kita makan ya, mungkin ada buah-buahan atau apa,” ujar Sofia yang melihat Maula sudah kelaparan, apalagi dia sedang hamil.

“Aku ikut ya, aku juga lapar.” Reba berdiri dan menyusul Sofia.

“Kamu di sini aja Maula, nanti kalau ada apa-apa, kalian teriak aja,” ingat Sofia pada Maula.

Sofia dan Reba menyusuri hutan untuk mendapatkan makanan. Apa pun itu, yang penting baik dan bisa dimakan.

Sedangkan kelompok pertama langsung mendekati pondok saat melihat Maula, Nicholle, Ivory, dan Anna duduk di depan sambil berjemur.

Para wanita saling berpelukan. Mavros langsung mendekati Maula dan memeriksa kondisinya.

“You oke?” Maula mengangguk dengan wajah pucatnya.

“Cloe?” tanya Maula pada Mavros. Rombongan itu hanya menunduk dan Maula mengerti apa yang terjadi.

“Kondisi kita saat ini tidak memungkinkan untuk jalan lagi, ada baiknya kita istirahat di dalam rumah ini dulu hingga besok tiba. Baru kita cari jalan keluar atau pertolongan,” kata Maula pada yang lain.

“Kami setuju, lagian kami juga sangat lelah, dari semalam kami tidak tidur sama sekali,” sahut Lika.

“Kalian istirahat saja di dalam, nyaman dan ada selimut juga.” Mereka semua masuk dan tidur dengan posisi yang menurut mereka nyaman.

Mavros menggenggam tangan Maula yang dingin.

“Benar kamu baik-baik saja?” tanya Mavros meyakinkan.

“Iya Mavros, aku baik-baik saja. Sana tidur, nanti kalau Sofia dan Reba datang, kami akan bangunkan lagi.” Mavros tersenyum dan melenggang masuk, Nicholle melihat dengan tatapan cemburu, perhatian Mavros pada Maula barusan membuat dia tidak senang.

Anna menyenggol lengan Nicholle, agar gadis itu bisa mengendalikan tatapannya pada Maula lalu berbisik di telinga Nicholle. “Ini bukan saatnya kau merasa cemburu, Nic.”

Nicholle menghela napas dan memutar malas bola matanya.

Maula sama sekali tidak peduli dengan hal itu, yang dia pikirkan saat ini adalah keluar dari hutan tersebut.

Pulang dan menemui suaminya, dia seakan kapok pergi tanpa izin.

“Aku rindu, Ray. Aku lelah di sini, aku ingin bermanja padamu.”

Maula menghapus air matanya lalu berjalan-jalan, menikmati cahaya matahari pagi yang menghangatkan tubuhnya.

Anna lagi-lagi menatap intens Maula, seakan memiliki hal yang ingin dia ungkapkan tapi dia sendiri merasa ragu.

...***...

Langkah Sofia dan Reba menyusur tanah hutan yang lembab, menyibak rimbun pakis dan akar menjalar. Pisau tunggal di tangan Sofia sangat tajam tapi mulai berkarat, pisau itu dia dapat dari dapur kayu di dalam pondok. Hutan sunyi, hanya suara burung dan desir dedaunan yang terdengar. Lalu suara gemericik dan mereka saling pandang.

“Sungai, Sof. Ada sungai,” seru Reba dengan bahagia.

Mereka bergegas ke sana. Air jernih mengalir deras, membelah batu dan akar. Reba jongkok di tepi, menajamkan pandang hingga ikan kecil melintas cepat. Sofia turun pelan ke air, tubuhnya diam, matanya tajam. Sekali tebas — cipratan — satu ikan terpental ke batu.

Reba tertawa kecil dan melakukan hal yang sama, mereka berdua menangkap ikan yang cukup banyak di sungai itu.

Sangat banyak, mungkin karena hutan tersebut jarang dilalui atau dikunjungi, jadi populasi ikan tidak berkurang. Mereka memasukkan ikan yang sudah ditangkap ke dalam kantong plastik yang mereka bawa dari rumah.

Lalu lanjut jalan dengan mata yang terus mencari sesuatu. Di sela semak, Sofia menemukan pohon rendah dengan buah merah-kuning menggantung. Reba memotong satu, mencium aromanya, lalu menggigit pelan. “Manis. Tidak pahit. Sepertinya. Aman.” Reba mengatakan rasanya pada Sofia.

Reba memutar buah itu di tangannya, dengan sedikit ragu. “Keliatannya enak, tapi… bisa dimakan tidak ya?”

Sofia mengangguk pelan. “Murbei liar. Aku pernah lihat waktu ikut ayahku ke gunung. Kalau warnanya udah hitam begini, tandanya matang dan aman.”

“Kita bawa untuk yang lain, sepertinya cukup hingga makan malam nanti.” Sofia mengangguk.

Sofia mengambil satu, menggigit ujungnya. Jus manis asam langsung meledak di lidah.

“Rasanya segar, seperti permen alami,” ucap Sofia, menyodorkan beberapa ke Reba. “Tidak membuat kenyang, tapi bisa bantu bertahan.”

Reba mencicipi, lalu tersenyum tipis. Di tengah hutan yang tak bersahabat, rasa manis itu terasa seperti kemewahan.

Mereka duduk di bawah pohon, memotong ikan dengan pisau satu-satunya, buah tersusun di pangkuan.

Hutan tetap asing, tapi malam ini mereka punya makanan. Dan pisau masih utuh.

Mereka membersihkan ikan-ikan itu agar nanti bisa langsung di bakar oleh teman-temannya.

Setelah empat puluh menit mereka berjalan, akhirnya sampai di pondok. Berkumpul bersama dan memberikan hasil tangkapan hari ini.

“Banyak, Sof. Ini bisa untuk makan malam juga.” Sofia tersenyum saat Maula begitu bahagia.

“Iya, pokoknya kamu sama dedek bayi tidak kelaparan,” jawab Sofia.

Mereka berenam membakar ikan itu tanpa bumbu apapun. Bisa makan saja sudah syukur.

Maula begitu lahap makan ikan, dan Reba menberikan satu ekor lagi. “Makan yang banyak, kami tidak mau kalau nanti Rayden marah karena tidak bisa menjaga anak dan istrinya,” kekeh Reba yang juga diikuti oleh yang lain, kecuali Anna.

Sofia sedikit aneh dengan tatapan Anna belakangan ini pada Maula. Dia ingin bertanya tapi bukan waktunya dan Maula kembali merasa rindu, ia sedih karena mengingat suaminya.

Sofia menepuk pelan pundak Maula, menguatkan. Padahal dia sendiri juga butuh semangat, karena posisi mereka semua jauh dari kata aman.

Malam mulai turun, cuaca di luar gerimis lalu hujan turun dengan deras. Pondok itu muat untuk mereka jika saling duduk, kalau tiduran untuk lima belas orang sangatlah mustahil.

Mereka makan malam sambil bercanda satu sama lain, saling mengobati hati.

“Kamu mau lagi? Ambil saja punyaku,” tawar Mavros pada Maula, dia melihat daun pisang Maula sudah kosong dari makanan.

“Aku sudah kenyang, jatahku sudah dua ekor malam ini. Habiskanlah.” Maula tersenyum lembut pada Mavros, hal itu membuat Mavros merasa diawang-awang.

Mavros dan Maula saling bicara dengan santai dan hangat, membuat Nicholle semakin cemburu. Di sudut lain ada Dorry dan Lika yang saling suap-suapan, juga ada Miller dan Silly yang juga merupakan pasangan.

Mereka semua saling lempar guyonan dan melupakan kengerian di luar sana, menyimpan tenaga untuk besok mencari jalan keluar dari desa tersebut. Yang penting malam ini mereka masih bertahan untuk hidup.

...•••Bersambung•••...

1
Siti H
suka genre psikopat ya Thor. tapi keren, aku suka cara penulisanmu yang rapih.
Vebi Gusriyeni: Belum tua2 amat lah itu, masih bisa produktif kakaknya nulis ya. Aku juga udah tua, udh 29 tahun kak
Siti H: udah tiga anak akak, dan pastinya udah tuiiir, dah 40 tahun🤧
total 5 replies
Siti Yatmi
cerita tentang kisah cinta marlo dong thor....buat dia bertemu dgn wanitanya....
Vebi Gusriyeni: Aku bakalan pikirin alur yg bagus dulu kak, ntar kalo nemu aku rilis insyaallah 😌
total 1 replies
Siti Yatmi
serem amat ih..ada2 aja..ko nonton org di siksa...binatang di siksa aja aku nangis...apalagi org...
Vebi Gusriyeni: Ada loh yg begitu
total 1 replies
Siti Yatmi
crita yg indah...menguras emosi...bahkan airmata...cinta yg sarat akan makna. .tidak menuntut. ..ini love author. ..thor lanjutkan dong ....saya suka banget sama semua karakter di novel ini..meski sadis..tapi pada tempatnya. ..lanjut lah thor....
Vebi Gusriyeni: Terima kasih banyak kakak ❤
total 1 replies
Rina Meylina
Benar2 selesai kah keluarga ini kak? Aku masih ingin terus baca
Annissa Riani
Kisah yang indah untuk semua tokohnya, mereka punya konflik masing-masing yang cukup kompleks sampai mereka menemukan kebahagiaan masing2
🌹Andara Terina🌹
Saya masih tetap ingin di sini, gimana dong💔
🌺Shella BTS🌺
Saya sih berharap banget ni series ampe 10 😊
Kiaraaaa ❄❄❄
Plis kasih tau cara buat move on dari novel ini, gue masih ingin bersama maximillian❣️
Noer Hidayati
Bakal merindukan novel ini terus, belum bisa move on
Latifa Andriani
Kok gue gak ikhlas ya ini tamat 💔
Cimiwiww
Satu series lagi dong kak
Cimiwiww
Happy ending tapi bikin aku galmove
Abel Kenoca
Berharap masih ada series lanjutan
Gita Gekes
Cinta yang setara itu sangat indah ternyata ya 😘
Loroye Barbara
yg sakit itu waktu alaric gatal2 karena gk sengaja makan kacang padahal tuh anak yg diam-diam mau, eh yang kena amuk malah Beverly, mana dikurung dua hari di gudang abis dipukulin, wajar sih kalau beverly sakit begini, pun udah lama dia pendam
Loroye Barbara
Perhatian Marlo tipis tapi mengesankan
Nara Jelita
Karyamu indah kak, semua series kamu udah kelar aku baca, bodo amat mau abis duit berpa yg penting akunya happy ❤😘
Nara Jelita
Sok sok an Archer, Beverly ngilang dikit dia nyariin/Facepalm/
Moonestella Dusklyn
Archer ini sayang tapi gengsi buat bilang, dia habis nyiksa Beverly malah nangis sendiri dan kalau ketemu buang muka. Kayak gak pernah saling tukar keringat aja kalau lagi mode hyper🤣 Ngucap lo Archer
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!