Kebangkitan Istri Yang Dikhianati
Langkah kaki seorang wanita cantik begitu terburu-buru setelah keluar dari dalam lift. Sambil terus mengusap perutnya yang rata, Nadia menguarkan senyum bahagia di wajahnya.
"Mas Dygta pasti senang banget mendengar kabar ini nanti," gumamnya seraya terus melangkah melalui lobi yang cukup panjang untuk menuju ruangan kerja suaminya itu.
Dygta, adalah CEO di perusahaan Rajasa Corporindo milik keluarganya.
Ketika sampai di depan ruangan, Nadia sempat merasa aneh.
Karena meja sekretaris dari suaminya ini kosong tanpa penghuni. Padahal, ini masih jam kerja.
Nadia berusaha tak mempedulikan, dan merangsek masuk ke dalam ruangan kantor suaminya ini.
Ruangan Dygta kosong, tak ada sosok pria tampan yang merupakan suami Nadia di meja kerja.
Lamat-lamat, Nadia mendengar suara pria dan wanita yang mengeluarkan desah panjang di dalam ruangan khusus.
Dimana ruangan itu sengaja Dygta buat untuk tempatnya beristirahat.
Nadia mendekatkan telinganya ke daun pintu, hingga suara-suara laknat yang menandakan bahwa penghuni kamar tersebut tengah melakukan perbuatan terlarang.
Dadanya seketika nyeri dan napasnya sesak. Nadia tau jika itu adalah suara Dygta suaminya.
"Teruslah bergoyang sayang, kau nikmat sekali!" racau Dygta, semakin membuat dada Nadia seakan di pukul benda keras.
Nadia merasa tak tahan lagi. Kemudian ...
Brakk!!
Pintu kamar tersebut di dorong paksa hingga, dua sosok yang sedang bergumul tanpa sehelai benang itu kaget bukan main.
"Sialan kalian berdua!" Kedua mata Nadia memerah tatkala melihat pemandangan tak senonoh di hadapannya.
"N–Nadia!" kaget, Dygta. Pria itu langsung menyingkirkan tubuh sintal yang tengah mendudukinya.
Mereka berdua pun langsung menutupi tubuh asal dengan apa saja kain yang ada.
" Mau apa si bodoh itu kemari?" kesal wanita yang tak lain adalah sekretaris Dygta sendiri.
Kedua manusia yang sedang asik-asiknya bergelut panas itu. Memandang Nadia kesal, karena kegiatan nikmat mereka terganggu.
"Jadi ini, yang KALIAN lakukan di belakangku! Menjijikkan!" hardik Nadia. Wanita cantik ini berusaha menahan tangis dan juga amarahnya, dengan mengeratkan rahangnya seraya mengepalkan kedua tangannya.
Dimana dihadapannya ini, suami serta sekretarisnya sendiri tengah bergumul panas di atas peraduan ruang yang terdapat di kantor.
" Sekarang, kau 'kan sudah tau, jadi menyingkir lah!" usir Dygta, pria berkulit eksotis dengan bentuk badan yang atletis itu, tersenyum miring.
Tanpa merasa bersalah, Dygta merangkul bahu polos Clara, sekretaris yang telah bekerja dengannya selama enam bulan.
"Anjing pun tidak akan pernah menggigit tuannya sendiri! Kau ... dasar wanita penghianat busuk!" Nadia, nyatanya tak dapat lagi menahan emosinya.
Dengan emosi Nadia menghampiri Dygta, kemudian memukuli dada pria itu hingga selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya terbuka.
Clara tak terima dan wanita itu menarik Nadia yang kalap, agar melepaskan Dygta.
"Anda, sebaiknya pulang saja sana! Biarkan aku bersenang-senang dengan suamimu yang hot ini. Anda, silakan bermain dengan alat bantu saja, dia tidak akan menuntut macam-macam padamu." Clara berkata tak tau malu dan tanpa perasaan sama sekali.
"Kau brengsek, Mas! Kau kejam!" teriak Nadia.
Sementara Dygta hanya memasang seringai di wajahnya.
Tak ada rasa bersalah dan empati di dalam hati Dygta ketika sang istri memergokinya secara langsung, bahkan dirinya tengah di tunggangi tadi.
" Kau, sangat kejam sayang." Dygta memuji Clara seraya mengecup bibirnya dari samping.
Pria itu melakukannya dengan sengaja. Sebab melihat wajah sengsara Nadia, nyatanya dapat membuatnya bahagia.
Benar-benar suami laknat seantero galaksi.
"Kau sangat keterlaluan, Mas!" pekik Nadia, seraya mengusap kasar air matanya.
"Pergilah, Nadia! Kau telah menganggu urusanku! Sebaiknya kau pulang dan berkaca!" usir Dygta.
Mendengar itu, Nadia langsung melangkah lunglai meninggalkan kamar panas membara yang meninggalkan sesak di dalam dadanya itu.
"Hei, dia pergi begitu saja!" cibir Clara. "Dia tidak berniat bunuh diri kan?" tambahnya.
"Mana berani dia!" ucap Dygta.
Nadia keluar dari perusahaan itu dan terus berlari hingga tanpa ia sadari, ada sebuah mobil sedan yang melaju kencang.
BRAKK!!
Beberapa waktu kemudian.
Di sebuah rumah sakit.
Pasien wanita dengan wajah pucat itu terlihat mengerjapkan matanya perlahan. Mengkondisikan penglihatannya di ruangan yang terang dan serba putih, berbau khas obat dan desinfektan.
Ketika kedua matanya membuka utuh, omelan sang mertua yang pertama kali terdengar.
"Dasar menantu gak berguna!" Rina wanita paruh baya dengan gincu merah itu terlihat sangat marah.
Kemudian wajah kaku dari Dygta, yang membuat ia menyadari bahwa ada hal menyakitkan yang telah terjadi.
"A-apa yang terjadi?" tanya Nadia dengan wajah pucat dan bibir yang bergetar. Ia mengingat kejadian sebelumnya, dimana dirinya terpental di aspal karena tabrakan tersebut.
Dalam kebingungannya, Nadia kemudian meraba perut.
Kedua matanya membola, menyadari ada sesuatu yang aneh pada dirinya.
"Perutku, kenapa sakit sekali?" tanya Nadia sekali lagi kerena kedua orang di hadapannya hanya memasang wajah kesal dan menatapnya tajam.
"Anakmu mati, dasar wanita bodoh!"
"Menjaga kandungan saja tidak becus!"
"Kau sudah menghilangkan calon keturunan Rajasa!" pekik Rina kencang di depan wajah pucat menantunya.
"Ti–tidak mungkin! Ini tidak mungkin!" Nadia menggeleng kuat sambil meremas rambut dengan kedua tangannya.
Dirinya sudah sangat lama menanti kehamilan ini.
"Kau, memang tidak berguna! Apa susahnya menjaga anak yang masih di dalam perutmu, hah!" hardik Dygta, membuat hati Nadia sekali lagi terasa bagaikan di cabik-cabik.
Nadia, masih mencerna kejadian yang menimpanya, kecelakaan itu terjadi begitu cepat.
Ia menangis kencang meratapi kehilangan calon bayi, yang selama ini di tunggu dan di perjuangkan olehnya, namun ternyata takdir berkata lain.
Di saat dirinya masih sedih dan terpuruk. Beberapa hari kemudian, sebuah surat dari pengadilan agama mendarat di pangkuannya.
"A–apa ini, Mas?" tanya Nadia terbata-bata.
"Pergilah! Kau bukan istriku lagi! Dasar wanita tidak berguna!" hardik Dygta.
"Kenapa kau keterlaluan sekali, Mas! Bayiku tiada karena perbuatanmu!" pekik Nadia. Ia sangat sakit hati kenapa semua kesalahan dilimpahkan padanya.
"Apa katamu! Jangan bicara sembarangan!" sentak Dygta.
"Jika aku tidak melihat perbuatan kotormu dengan sekretaris gatal itu, mungkin saja bayiku masih hidup!" pekik Nadia dengan lelehan air mata.
"Enak saja kau menyalahkanku! Pergilah dan jangan harap ada harta gono-gini sepeserpun! Perempuan Sial!" maki Dygta lagi.
Deg.
Kata-kata terakhir dari mulut pria yang ia cintai itu, sukses menghancurkan hatinya.
Tak ada air mata, tak ada suara. Nadia membisu dengan pikiran kosong.
Nadia, dengan keadaan yang lusuh itu berjalan dengan gontai, keluar dari rumah sakit swasta tempatnya di rawat selama beberapa hari.
Dengan pakaian seadanya ia, menutupi tubuhnya. Atasan kaus dan celana denim dekil.
Bukan ia tak bisa memantaskan dandanannya, hanya saja tinggal baju-baju lusuh inilah yang di berikan oleh suaminya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
lily
Nadia masih bisa ngomong panjang lebar waktu tau adegan panas suami sama selingkuhannya,,, kalo aku nih ya udh lemes tu semua ,mulut gk bisa ngomong aplgi memaki yg ada palingan lemes lesu keluar nenangin diri dulu di luar
2024-11-22
1
Dewi Sonarita
manusia ygsetan lupa untuk sabar menjalani kehidupan dengan ikhlas dalam kehidupan kita sehari-hari saya tidak bisa melihat seseorang laki laki yang TK ada hati.
2024-11-12
2
Aniek Syoufian
suami dan mertua durjana semoga azab dari Tuhan segera dirasakan digta dan perempuan jalang itu
2024-11-19
1