Aisyah dan Andromeda adalah seorang mahasiswi dan dosennya yang merupakan korban salah sasaran yang meminum syrup yang sudah diberi obat perangsang. Mereka akhirnya melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama.
Akibat kejadian itu, Aisyah hamil anak dari laki-laki dingin dan cuek. Untuk menjaga nama baik semua orang, keduanya pun menikah dan hidup bersama di satu atap.
"Sejak awal aku tidak pernah mencintaimu," kata Andromeda dengan tegas.
"Ya, aku tahu kamu sangat mencintai sepupumu itu. Namun, cintamu bertepuk sebelah tangan. Apalagi dia wanita yang merupakan istri orang. Sampai kapanpun cintamu tidak akan terbalas," ucap Aisyah dengan sinis.
Akankah kedua orang itu saling membuka hati untuk menyembuhkan luka di hati mereka?
Atau mereka memilih untuk berpisah setelah bayi itu lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Aisyah Hamil
Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih like, komentar, bunga, kopi, vote, dan ⭐⭐⭐⭐⭐. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.
***
Bab 4
Aisyah merasakan tubuhnya demam dan lemas. Apalagi di luar sedang turun hujan membuatnya semakin merapatkan selimut yang dia pakai. Sejak semalam wanita itu merasa tidak enak badan. Banyaknya tugas kuliah dan mengajar para santri membuat kelelahan karena kurang istirahat.
"Aisyah, kuliah nggak hari ini?" tanya ummi di balik pintu.
Aisyah bisa mendengar suara ibunya, tetapi dia tidak bisa membalas panggilannya. Apalagi harus berjalan ke arah pintu, tubuhnya terasa sangat lemas.
Pintu kembali di ketuk beberapa kali oleh Ummi Mirna. Kali ini Aisyah berusaha untuk bangun meski dengan sekuat tenaga. Wanita itu berjalan sambil merayap memegangi dinding tembok.
"Hari ini tidak ke kampus?" tanya ummi begitu melihat Aisyah membukakan pintu.
"Sepertinya aku tidak akan ke kampus, Mi. Sepertinya Aisyah tidak enak badan," jawab adiknya Zahra.
Ummi Mirna menyentuh pipi dan kening putrinya, memang terasa panas dan wajahnya juga agak pucat. Lalu, wanita tua paruh baya itu pun menuntun Aisyah kembali ke tempat tidurnya.
"Ummi buatkan bubur dulu, nanti kamu minum obat, ya," ucap Ummi Mirna sambil membelai lembut kepala putrinya.
***
Aisyah merasakan ada tangan yang menyentuh pipi dan keningnya. Perlahan dia membuka mata dan terlihat ada kakak perempuannya yang terlihat menatap dirinya dengan cemas.
"Kak Zahra," panggil Aisyah lirih.
"Kamu sakit apa? Sudah minum obat?" tanya Zahra dengan lembut dan Aisyah menggelengkan kepala.
Tadi wanita itu tidak jadi meminum obat, karena air di dalam gelas tumpah. Niatnya mau ambil air minum ke dapur, tatapi badannya terasa sangat lemas dan ingin tidur. Jadinya, dia memilih berbaring terlebih dahulu. Siapa tahu dengan begitu tubuhnya akan lebih bertenaga setelah bangun.
"Minum dulu obatnya, ya! Biar kamu cepat sembuh," titah Zahra sambil membangunkan tubuh adiknya.
Ketika Aisyah baru meminum air, dia merasakan mual. Langsung saja dia berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah.
Zahra mengikuti adiknya, lalu memijat tengkuk dan mengurut punggungnya.
"Penyakit maag kamu kambuh?" tanya Zahra sambil terus memijat tengkuk Aisyah dengan lembut sampai tidak ada lagi yang keluar.
"Mungkin, Kak," jawab Aisyah setelah membersihkan mulutnya.
Zahra yang menyentuh denyut nadi Aisyah dan melihat fisik sang adik, terbesit dalam pikirannya akan sesuatu yang mustahil bagi dirinya. Namun, saat dia membaringkan tubuh adiknya dan memeriksa kondisinya, mantan dokter anak itu merasakan adanya tanda-tanda wanita hamil pada Aisyah.
'Mana mungkin Aisyah dan Ustadz Syakir melakukan hal yang dilarang oleh agama.' (Zahra)
Aisyah memerhatikan kakaknya yang beberapa kali memegang dengut nadi dan perutnya. Bahkan sampai menggunakan stetoskop untuk memeriksa perutnya.
'Astaghfirullahal'adzim. Ya Allah, aku mohon jangan sampai aku hamil.' (Aisyah)
Bola mata perempuan itu membulat saat dia tersadar kalau sudah terlambat datang bulan. Tiba-tiba saja ketakutan dan kecemas menguasai dirinya.
"Aisyah, apa kamu—" ucapan Zahra terputus karena Aisyah kembali merasakan mual, lalu berlari ke arah kamar mandi dan kembali muntah-muntah dan tidak ada makanan yang dikeluarkan oleh perutnya.
"Kakak harap apa yang terlintas dalam pikiran aku dan kamu itu adalah suatu kebenaran," lanjut Zahra menatap curiga dan penuh selidik kepada adiknya.
Aisyah hanya menggelengkan kepala dan tidak ada sepatah kata pun yang dia ucapkan. Hanya air mata yang mengatakan semua hal yang sedang dirasakan olehnya saat ini.
"Katakan Aisyah!" teriak Zahra dengan tatapan mata yang menyala-nyala.
Aisyah menangis histeris sampai pingsan, untung Zahra masih bisa menahan tubuh adiknya. Dia pun membawa sang adik ke atas ranjangnya.
***
Kini Aisyah sedang duduk di ruang keluarga bersama semua keluarganya. Kedua orang tua, kakak dan kakak ipar, serta tantenya.
"Katakan siapa laki-laki yang sudah menanamkan benihnya kepada kamu?" tanya Abah Ahmad dengan suara yang menggelegar dan penuh amarah.
Laki-laki paruh baya itu sangat murka saat dokter mengatakan Aisyah sedang hamil saat ini. Padahal putri keduanya itu belum menikah.
"Katakan Aisyah, siapa laki-laki itu?" pinta Zahra sambil mengusap punggung ibunya yang tadi sempat pingsan.
Aisyah melihat ke arah ayah dan ibunya bergantian. Dia menatap sendu dan penuh luka.
"Pak Andromeda," jawab Aisyah dan membuat Zahra serta Fatir membelalakkan kedua matanya.
"Andromeda?"
Zahra dan Fatih sangat terkejut saat mendengar pengakuan Aisyah. Keduanya saling beradu tatap terlihat jelas pancaran tidak menyangka dalam netra mereka.
Aisyah hanya diam menunduk dan menahan Isak tangisnya. Dia merasa sangat berdosa, apalagi saat melihat raut wajah dan pancaran mata Abah yang terluka sekaligus marah.
"Pertemukan abah dengan lelaki itu!" pinta Abah Ahmad.
Mendengar ucapan ayahnya, Aisyah langsung mendongakkan kepala. Ummi yang duduk di samping pun ikut mengangguk.
"Baik, Abah. Aku akan menghubungi Pak Andromeda dan meminta izin untuk menemui dirinya," balas Aisyah dengan suaranya yang mencicit.
***
Rumah mewah yang luas itu selalu terlihat sepi karena tuan rumah jarang ada di rumah. Penghuninya paling seorang pelayan wanita dan suaminya yang sering menjaga pos jaga di depan. Mobil sport berwarna silver masuk ke pekarangan rumah itu.
"Mang Jalil, apa papa dan mama sudah pulang?" tanya Andromeda kepada laki-laki paruh baya yang sudah bekerja di rumahnya selama 2 dekade.
"Belum, Den," jawab Mang Jalil.
Baru saja Andromeda keluar dari mobilnya. Terdengar suara bunyi klakson mobil. Pemuda itu melihat ada sebuah mobil yang tidak asing bagi dirinya.
"Fatih, ada apa datang ke sini?" gumam Andromeda sambil berdiri menunggu tamunya.
Terlihat wajah Fatih yang dingin dan menatapnya dengan penuh amarah. Wajah datar dan tatapan teduh yang sering menghiasi wajah pewaris keluarga Hakim itu, hilang tanpa bekas.
"Fatih, tumben datang ke sini, ada apa?" tanya Andromeda dengan datar.
Tanpa Andromeda duga, ternyata Fatih menarik kerah bajunya sampai dia terdorong. Laki-laki ini sangat terkejut mendapat perlakuan dari orang yang biasanya tenang, adem, ayem, dan sopan di mana pun dirinya berada.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada Aisyah, adik ipar aku?" bentak Fatih dan itu membuat bola mata Andromeda melebar.
"Apa maksud kamu? Aku sungguh tidak mengerti. Kenapa kamu tiba-tiba saja berbuat sesuatu yang tidak pantas dilakukan oleh seorang tamu kepada tuan rumah," balas Andromeda tidak terima dirinya di perlakukan seperti itu oleh Fatih.
"Dasar laki-laki brengsek! Jadi, kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan kepada Aisyah saat di villa?" Fatih mendesis dan mata yang melotot.
'Jangan katakan kalau kejadian malam itu sudah diketahui oleh keluarga Aisyah.' (Andromeda)
***
Apa yang akan dilakukan oleh keluarga Aisyah terhadap Andromeda? Tunggu kelanjutannya, ya!
bagus² semua karya author ,,suka 🥰