Nikah Paksa Dengan CEO Kejam
"Sungguh kejam kalian menjualku pada pria asing hanya untuk membayar hutang yang tak pernah aku lakukan," seru wanita muda berparas ayu yang memiliki kulit putih dan rambut panjang bergelombang sambil menangis dan meronta agar anak buah dari pria yang membeli dirinya melepaskannya. Diandra tentu tidak terima dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada pria asing yang tak ia kenal sama sekali.
"Anggap saja sebagai kau membalas budi padaku karena aku sudah membesarkan mu setelah Ayahmu yang tak berguna itu meninggal. Kamu harus berterima kasih karena aku masih mau membesarkan mu setelah kepergian Ayahmu, jika orang lain mungkin kamu sudah dibuangnya ke pinggir jalan. Sudahlah, jadilah istri yang baik, anak tiriku," sinis wanita paruh baya yang menjadi Ibu tiri dari Diandra.
"Apakah perpisahan mengharukan kalian sudah selesai?" Pria berwajah tampan yang terlihat sangat sempurna menatap tajam pada kedua Ibu dan Anak yang berdiri tak jauh darinya.
"Mah, sudahlah, kita tinggalkan saja dia, peduli amat dengan rengekannya yang menusuk telinga itu, yang terpenting uang sudah kita dapatkan untuk menebus rumah dan membayar hutang judiku. Kita bisa hidup mewah dengan sisa uang ini setelahnya," ajak anak laki-laki yang tak lain adalah Kakak tiri dari Diandra.
"Brengseek kalian!" Diandra kini tidak punya tenaga lagi untuk meronta. Dia benar-benar pasrah saat tubuhnya ditarik paksa untuk segera masuk ke dalam mobil. Isak tangis di dalam mobil juga tidak bisa dia tahan. Diandra hanya bisa duduk meringkuk menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong dan cucuran air mata yang tidak bisa dia hentikan.
"Berhentilah menangis, atau aku akan membunuhmu!" ancam pria bernama Erlangga Saputra. Seorang CEO muda yang terkenal dan ternama karena sering mendapatkan banyak penghargaan.
"Itu akan lebih baik, Tuan! Aku memang ingin mati saat ini," jawab Diandra tanpa menoleh pada pria yang duduk disebelahnya.
Usia yang baru menginjak sembilan belas tahun dan hidup bagai seorang budak, membuat Diandra benar-benar ingin mati menyusul kedua orang tuanya. Sejak umur sembilan tahun, dia harus menerima perlakuan buruk dari Ibu juga Kakak tirinya. Bahkan sang kakak tiri hampir berbuat cabull.
Erlan sangat marah mendengar jawaban Diandra. Bahkan wajahnya yang merah padam terlihat jelas. Secepat kilat tangannya menarik rambut Diandra hingga dia mengaduh kesakitan. "Argh! Sa-sakit," rintihan Diandra tidak dihiraukan sama sekali. Sudah sangat biasa hal itu terjadi setiap hari saat semua hal yang berjalan tidak sesuai dengan sang ibu tiri.
"Saya sudah mengeluarkan uang satu juta dollar dan dengan entengnya kamu bicara ingin mati? Saya sudah membebaskan mu dari ibu tirimu itu, tapi sama sekali kamu nggak punya rasa terima kasih? Diam dan menurut lah wanita jalangg." Erlan melepaskan tangannya dengan kasar hingga kepala Diandra hampir menabrak kursi di depannya.
"Ck," Diandra berdecak."Tapi sepertinya saya hanya akan mendapatkan penderita baru," kata Diandra kemudian sorot matanya kini menatap tajam sosok laki-laki di sisinya yang duduk dengan sangat santai.
"Saya tidak akan memberikan penderitaan jika kamu menurut, jadi menurut lah!" Setelah itu tidak ada ucapan sepatah katapun di dalam mobil.
...***...
Diandra membuka matanya saat merasakan mobil yang dia naiki berhenti. Rasa kantuk langsung hilang ketika matanya melihat sebuah mansion yang begitu megah bak istana. "Benar-benar orang kaya yang bodoh," gumam Diandra kemudian pintu mobil pun terbuka.
Erlan meraih tangan Diandra dan menggenggamnya. Bukan dengan kelembutan dan romantis, melainkan menariknya dengan langkah cepat agar segera masuk ke dalam mansion. "Kalian tahu pekerjaan kalian?" tanya Erlan pada beberapa orang di depannya.
"Iya, Tuan," jawab mereka serempak.
"Bagus. Laksana secepatnya karena waktunya sebentar lagi." Erlan mendorong tubuh Diandra dan ditangkap oleh lima orang wanita dengan seragam pakaian layaknya mua.
"Tolong kerjasamanya, Nyonya," ucap salah satu dari lima wanita tersebut.
"Dia bukan Nyonya kalian. Panggil saja Diandra," bentak Erlan dengan mata yang memerah dan tangan yang mengepal. Erlan pun berlalu. Diandra hanya diam dan pasrah saat kelima orang tersebut membersihkan tubuhnya juga memberikan makeup lalu memakainya gaun pengantin serba putih. Sebuah mahkota di atas kepalanya juga sangatlah berkilau layaknya berlian terkena pantulan cahaya matahari.
"Apa aku akan menikah dengan laki-laki psiko itu?" tanya Diandra saat melihat pantulan wajah cantiknya di cermin.
"Iya, Diandra. Acaranya akan dimulai sebentar lagi," jawab salah satu dari lima wanita yang berhasil kerja cepat melakukan perintah Erlan.
"Kenapa begitu lama? Kalian mau saya bunuh?" teriak Erlan kemudian.
"Su-sudah se-selesai, Tuan." Erlan langsung melirik seorang gadis dengan gaun pengantin yang berdiri tidak jauh darinya. Setelah itu Erlan menarik kembali tangan Diandra dan memintanya untuk masuk ke dalam mobil.
Benar saja, Diandra dibawa ke sebuah gedung pernikahan dengan konsep yang begitu megah. "Saat kamu keluar dari mobil ini, tersenyumlah karena kamu akan menjadi istri seorang CEO terbaik di kota ini." Erlan turun dari mobil dan para wartawan langsung berkerumun menghampirinya. Tentu saja tidak semudah itu karena pengawalan sangatlah ketat.
Wajah tampan dan berwibawa itu menjadi sorotan publik karena dikabarkan akan menikah dengan artis papan atas yang sedang naik daun. Namun saat Erlan membuka pintu mobil dan menggandeng Diandra, semua mata begitu terkejut melihat mempelai wanita adalah orang yang berbeda.
Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari banyak mulut karena tidak ada yang kenal bahkan tahu siapa mempelai wanita itu. Sesuai perkataan Erlan, Diandra hanya menunjukkan senyum bahagianya seolah-olah dia akan menikah dengan kekasihnya.
"Calon cucu menantuku sangatlah cantik." Kini seorang Nenek dengan rambut yang hampir memutih semua itu memeluk Diandra. Pelukan hangat itu membuat Diandra menitikkan air matanya, tetapi dengan cepat menghapus air mata itu.
Bukan hanya seorang Nenek yang memberikan pelukan hangat, tetapi ada beberapa orang yang tidak Diandra tahu siapa mereka semua. "Sudahlah, kalian hanya akan memperlambat acara pernikahanku," ucap Erlan masih dengan wajah dinginnya.
"Dasar nggak punya hati. Memang apa salahnya memeluk menantu di keluarga ini? Bilang aja kalau kamu udah nggak sabar untuk malam pertama, iyakan?" Goda sang Nenek membuat Erlan memutar malas bola matanya.
"Betul kata Nenekmu, Er. Mami sangat senang kamu nggak nikah dengan wanita dari majalah dewasa itu," sahut Mami Hasna.
"Bisa nggak hari ini nggak usah bahas hal lain selain pernikahanku?" kata Erlan masih dengan wajah datar.
"Ya … ya … cepatlah menikah dan cepat berikan kami penerus keluarga ini," sinis sang Nenek.
Diandra sendiri hanya bisa tersenyum merasakan hangatnya keluarga barunya. Mereka semua terlihat akan begitu menyayanginya walaupun sebenarnya dia sendiri penasaran dengan sosok wanita yang disebutkan oleh ibu mertuanya tadi.
........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Rania Rafaella
Hai Kakak Cantik.... Aku di sini... Senang bisa membaca karyamu. Novel yang bagus. 👍👍😍😍
2024-05-07
1
Rania Rafaella
Hai Kakak Cantik.... Aku di sini. Senang bisa membaca karyamu. Novel yang bagus. 👍👍😍😍
2024-05-07
0
Katherina Ajawaila
semoga Diandra akan jadi. cucu mantu kesayangan ya thour. 🤭
2024-04-15
1