Di tinggal berselingkuh beberapa hari sebelum pernikahan oleh calon pengantin prianya, gadis itu tentu saja sedih dan kecewa, tapi Ayahnya datang dengan seorang pria tampan membuatnya menjadi pengantin pengganti, ah! tapi dia sangat bodoh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 : Pria Rendah Selera
Nita terperangah melihat bagaimana wajah tampan luar biasa dari seorang pria yang sedang di peluk lengannya oleh Mimu. Dia juga baru pertama kali melihat pria setampan itu, bentuk tubuhnya yang sangat bagus, tinggi, dadanya bidang dan terlihat kekar. Entah pria nyasar dari mana, tapi Nita benar-benar iri melihat Mimu bisa memeluk lengan kekar milik pria itu. Sial! Padahal jelas-jelas dia adalah bunga desa, tapi kenapa pria yang sangat tampan malah akan menjadi suaminya Mimu? Nita mengepalkan tangannya karena kesal dan cemburu. Selama ini dia sudah banyak membuang waktu berteman dengan Mimu untuk mendekati Osan, selain anak kepala desa, Osan juga memiliki tampang yang lumayan sehingga Nita merasa Osan tentulah lebih cocok untuknya. Tapi siapa sangka kalau masih ada pria luar biasa memiliki kesempurnaan fisik seperti pria yang tengah berada di samping Mimu?
" Kalian sudah selesai dengan urusan kalian kan? Pak kepala desa tidak marah kalau aku minta tolong cepat pulang ke rumah kan? Eh, maksudnya kembali bekerja di balai desa begitu. " Mimu tersenyum dengan bangga membuat Tama semakin kebingungan tak tahu harus bagaimana. Jelas pada akhirnya dia akan di salahkan oleh Ayah Gito, tapi dia juga tidak mau membuka mulut karena takut juga kalau Mimu semakin bertindak aneh nantinya.
Osan melotot kesal sedari tadi, sungguh dia tidak terima dikatai baju rombeng, sudah begitu dia juga merasa kesal karena ternyata ada pria yang tampangnya sangat sempurna, jelas lah kalau sampai pria itu diketahui oleh penduduk desa terutama para gadis, Osan pasti hanyalah debu kalau dibandingkan dengan pria yang katanya calon suami Mimu yang baru.
" Mimu, kau ini semakin tidak tau diri ya? Aku ini adalah kepala desa, aku juga adalah orang yang mengantarmu menjadi juara di perlombaan taekwondo. Selain lupa mengatakan terimakasih, kau juga tidak ingat untuk sopan, bahkan sampai dengan bangganya menunjukan kepada kami pria yang pasti sudah tinggal bersama denganmu kan? Kalian ini kumpul kebo kan? "
Entah mengapa Tama merasa begitu kesal melihat pak kepala desa hingga tanpa sadar membuat mulutnya bersuara di luar kendalinya.
" Kerbau itu ya kau, sedari tadi aku mengendus bau kotoran kerbau setiap kali kau membuka mulut. "
Pak kepala desa dan yang lain terperangah menatap Tama tak percaya. Gila, padahal dia sedang berbicara sembari mengagumi betapa indahnya wajah Tama. Tapi begitu Tama membuka mulut, mereka jadi merasa kesal dan kecewa, ternyata pria tampan memang cenderung kasar dan bengis ketika berbicara.
" Kau sangat tidak sopan sekali ya? Kau tidak tahu aku siapa hah?! Aku ini kepala desa di sini, jadi kau harus menjunjung tinggi adab sopan santun saat berbicara denganku. "
" Kepala desa? Apa jabatan itu begitu hebat ya? " Tama menatap dengan maksud merendahkan, sungguh itu benar-benar di luar keinginanya, secara otomatis dia menjawab tanpa berpikir panjang seolah dia memiliki jabatan yang jauh lebih tinggi dari kepala desa.
Mimu yang sedari tadi hanya bisa melotot kaget mendengar tiap kalimat yang keluar dari mulut Tama akhirnya bereaksi dengan mencubit lengan Tama tentu tidak ingin kalau sampai Tama terlalu berkata macam-macam apalagi sedari tadi yang Tama ucapkan seperti terus merendahkan jabatan kepala desa yang di anggap super hebat di desanya tinggal.
" Begini pak kepala desa, sebenarnya calon suamiku ini berasal dari kota besar, dia tidak tahu banyak tentang kebiasaan desa jadi jangan di anggap serius. Bapak kepala desa dan sekutu, maksudku dan calon besannya pulang dulu? "
" Enak saja, setelah tahu kalian ternyata tinggal bersama sebelum menikah mana bisa aku diam saja? "
Mimi menghela nafasnya, memang kalau berurusan dengan kepada desa tidak akan mudah. Tapi ini juga termasuk salahnya karena membuat orang lain tahu ada Tama di rumahnya kan?
" Siapa bilang Tama tinggal disini? Hari ini dia baru saja datang karena jarak dari kota ke sini kan jauh, tidak mungkin dia datang tepat di hari menikah kan? Jadi dia datang lebih dulu untuk istirahat, iya kan Tama? "
Tama mengangguk setuju saja. Entah harus mengatakan apa, yang pasti dia memang tidak tahu harus bagaimana menghadapi orang lain sekarang. Hanya Ayah Gito dan Mimu yang bisa dia percaya saat ini, untuk yang lain dia benar-benar menolak untuk dekat apalagi sampai berinteraksi lebih jauh.
" Kalau begitu, biarkan dia tinggal di balai saja. Atau kalau tidak, biarkan dia tinggal di- "
" Dirumah kami juga tidak apa-apa kok, Pak kepala desa. " Ujar Nita lalu tersenyum, tentulah dia berharap sekali Tama menginap di rumahnya agar bisa dekat dengan Tama, siapa tahu Tama pada akhirnya akan memilih dia dan meninggalkan Mimu. Bagaimanapun dia percaya sekali kalau Tama itu berasal dari kota, penampilannya jelas menunjukan bahwa Tama adalah orang kota, bukankah orang dari kota biasanya punya banyak uang?, batin Nita kegirangan di dalam hati.
Mimu menaikan sisi bibirnya, wajah polos Nita yang seperti itu sudah bukan sekali dua kali dia lihat, dulu boleh saja dia sangat mempercayai Nita dan menganggap dia adalah gadis yang baik, juga teman yang pengertian, tapi sekarang mana mungkin dia akan percaya dengan wajah bertopeng seperti itu.
" Enak saja menginap di rumah mu. Calon suamiku begitu tampan, tinggi, kekar, masa iya aku akan membiarkan dia menginap di rumah mu? Bahaya sekali, bisa-bisa Tama tersayangku ini kena Patukan ular. "
Nita terlihat kesal, tapi karena ingin mendapat simpatik dari Tama, dia berpura-pura saja menjadi lugu dan baik hati agar kesan baiknya bisa di lihat langsung oleh Tama.
" Maaf ya Mimu? Aku benar-benar ingin membantumu saja kok. Rumahku kan besar, di sana juga ada dua kamar yang tida terpakai, jadi apa salahnya? Aku tahu kau kesal, marah dan cemburu karena Osan malah jatuh cinta denganku. Tapi bisa apa aku yah tidak bisa mengendalikan perasaan cinta? "
Mimu ternganga keheranan, gila! Sebenarnya untuk siapa dia berpura-pura? Apakah untuk membuat kesan baik kepada calon mertuanya? Ataukah untuk Tama?
" Tama, usap kepalaku cepat! "
Tama mengeryit saat Mimu berbisik kepadanya.
" Cepat! "
Tama mengikuti saja apa yang dikatakan Mimu untuk mengusap kepalanya. Mimi tersenyum bahagia ingin menunjukan kepada semua orang bahwa Tama benar-benar menyayangi dan mencintainya.
" Mi Mimu, rambutmu lengket, bau juga. " Ucap Tama berbisik. Sungguh dia ingin menarik tangannya karena merasa tidak nyaman dengan kondisi rambut Mimu yang lengket dan bau.
" Jangan banyak omong! cium kepalaku sekarang! "
" Apa?! "
Tama sebenarnya benar-benar tidak mau melakukanya, tapi entahlah dia seperti tidak memiliki pilihan dan terpaksa mencium kepala Mimu sembari menahan nafas agar tak mengendus bau di kepala Mimu.
Bersambung.
aq kan jdi mau juga 🤣🤣🤣