🌹Lanjutan Aku Bukan Wanita Penggoda🌹
Awas baper dan ketawa sendiri! 😁
Ayesha Putri Prayoga, seorang gadis bertubuh gemuk itu menyaksikan langsung kekasih yang sangat ia cintai tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri.
Sakit hati Ayesha membuatnya menepi hingga bertemu dengan Kevin Putra Adhitama, pria dingin kaku dan bermulut pedas.
Dan, takdir membawa mereka menjadi sepasang suami istri karena dijodohkan.
Sikap Kevin yang menyebalkan selama pernikahan membuat banyak perubahan dalam diri Ayesha termasuk tubuh gemuknya, hingga semakin hari Kevin pun semakin terpesona dengan kepribadian sang istri.
Namun di saat benih cinta itu muncul, Ayesha kembali dekat dengan mantan kekasihnya yang muncul sebagai partner kerjanya di kantor.
"Ayesha, aku masih mencintaimu dan ingin memilikimu kembali," gumam Tian, mantan kekasih Ayesha dulu yang membuatnya sakit hati.
Mampukah Kevin mempertahankan pernikahannya? Siapa cinta yang Ayesha pilih? Suami atau cinta pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak menarik
Ayesha masih berdiri mematung, melihat kedua insan di depan matanya sedang berteriak melepaskan akhir dari kegiatan yang membawa mereka terbang ke langit ke tujuh.
Setelah pelepasan itu selesai beberapa detik, Jessi menolehkan kepalanya ke samping dan seketika ia mendorong tubuh Tian ke samping, membuat pria itu pun tersentak dan melihat ke arah Ayesha.
Dada Ayesha bergerak naik turun. Ingin rasanya ia menjambak rambut Jessi, tapi tak bisa. Ingin rasanya ia menampar pipi Tian, tapi itu juga tak bisa. Ia hanya bisa berdiri menyaksikan kepedihan di depan matanya.
“Ay, aku minta maaf.” Jessi langsung mengambil selimut dan menutupi tubuhnya, lalu bangkit dari tempat tidur itu untuk menghampiri Ayesha yang masih berdiri mematung.
Tian pun melakukan hal yang sama, ia segera bangkit dari tempat tidur itu dan memakai boxernya. Arah mata Ayesha yang terus mengeluarkan air mata itu tertuju pada Tian. Ia ingin mendengar permohonan maaf dari mulut pria itu. tapi kenyataannya Tian tidak meminta maaf, malah menarik lengan Ayesha untuk keluar dari kamar itu.
“Siapa suruh kamu ke sini? Huh?” tanya Tian.
“Kamu jahat, Yan.”
“Ya, aku memang jahat. Aku seperti ini juga karena kamu.”
“Aku?” tanya Ayesha tak mengerti.
“Aku laki-laki dewasa, Ay. Dan, kita tinggal di negara bebas. Semua pria seusia aku sudah melakukan ini, tapi kamu tidak pernah mau melakukannya untukku. Sedangkan Jessi, mau melakukannya untuuk. Jadi, aku tidak bisa menolaknya,” jawab Tian tanpa rasa bersalah.
Tangis Ayesha semakin pecah. Ya, ia menyadari bahwa ia memang selalu menolak jika Tian mengajaknya berhubungan intim. Ini semua karena janjinya pada sang ibu. Rea selalu mewanti-wanti putrinya, agar bisa menjaga diri walau tinggal di negara yang bebas. Rea selalu mengajarkan putrinya untuk tetap memegang budayanya. Virgin adalah kebanggaan seorang wanita yang belum menikah dan pria yang akan menjadi suaminya pun akan bangga ketika mendapati istrinya yang bisa menjaga kesuciannya.
“Baiklah, aku akan menyerahkannya padamu,” ucap Ayesha dengan bibir bergetar.
Namun, seketika Jessi melongo mendengar perkataan Ayesha. Ia tak menyangka Ayesha akan senekat ini, karena ia tahu prinsip sahabatnya.
Tian tertawa. “Sebegitu cintanya kamu ke aku?”
Ayesha mengangguk. “Aku mencintaimu, Yan. Sangat.”
Tian kembali tertawa. Ia melihat Ayesha yang mengusap air matanya hingga kaca mata yang ia gunakan bergeser.
“Kamu memang baik, Ay. Aku akui kamu adalah gadis yang baik. Tapi sepertinya kita tidak cocok.”
“Aku akan lakukan apa pun buat kamu. Tapi aku mohon, jangan putus in aku!”
Tian melihat ke arah Jessi yang cemberut. Lalu, ia melihat lagi ke arah Ayesha yang menunduk. Sepersekian detik, hatinya terenyuh. Entah mengapa gadis ini tidak marah, justru ia menunduk seolah ia yang bersalah. Padahal apa pun alasannya Tian sudah berkhianat tepat di depan mata kekasihnya.
“Aku tidak bisa meninggalkan Jessi,” ucap Tian, membuat Jessi tersenyum menang.
Ayesha menengadahkan kepalanya dan menatap Tian juga Jessi bergantian. “Baiklah, jjika kamu mau. Aku akan berbaginya untukmu.”
Tian mengeryitkan dahi dan tersenyum. Ternyata benar, seorang Ayesha cinta mati dengannya. Bahkan, walau sudah diduakan pun, Ayesha memilih untuk tetap bertahan demi dirinya.
“Baiklah, kalau begitu. Kamu jangan menangis!” Tian menghapus air mata Ayesha dan memeluknya sambil menatap ke arah Jessi yang cemberut.
Alih-alih ingin menjadi pacar satu-satunya Tian, ternyata ia tetap menjadi yang kedua.
Setelah semua reda, akhirnya Tian mengantarkan Ayesha hingga lobby. Ia pun bertemu dengan Vinza.
“Ay, kamu kenapa? Abis nangis?” tanya Vinza yang melihat hidung dan mata sang adik memerah.
Ayesha menggeleng. “Ngga, Bang.”
“Kamu apain adik aku? Huh?” tanya Vinza pada Tian yang langsung menarik kerah baju pria itu.
“Bang, Jangan! Tian ngga ngapa-ngapain Ayesha kok.” Gadis itu masih saja melindungi kekasihnya yang brengs*k.
“Ayesha tadi terpeleset, jadi dia nangis, bang. Tapi saya sudah menenangkannya,” jawab Tian membuat Vinza melepaskan kepalan tangannay di leher itu.
Ayesha mengangguk, menyetujui perkataan Tian. Walau hatinya sakit, ia tetap bertahan. Ia ingin tahu sejauh mana Tian mencintinya, ketika ia sudah merasa lelah, pasti ia pun akan pergi.
“Oke. Ayo pulang!” Vinza membalikkan tubuhnya dan mengajak sang adik untuk mengikutinya.
“Hati hati, Sayang,” ucap Tian yang kemudian mengecup kening Ayesha sebagai pencitraan di depan Vinza, sebelum gadis itu pergi.
Hati Tian pun sedikit iba, ketika melihat kekasihnya pergi. Ayesha memang wanita yang baik. Mungkin, wanita lain akan memaki atau menamparnya ketika melihat kekasihnya sedang bercinta dengan wanita lain, tapi Ayesha tidak.
Tian menarik nafasnya kasar. “Maafkan aku, Ayesha.”
Sesampainya di rumah. Ayesha langsung memasuki kamar dan membantingkan diri di atas tempat tidurnya. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam ruangan itu. Ia tak tahu mengapa ia malah mengambil keputusan bodoh itu. Ia tak sanggup, jika dirinya tak lagi bisa menatap mata Tian, mata yang membuatnya nyaman. Ia tak bisa menolak jika sudah berhadapan dengan kedua bola mata itu. Ia tak sanggup berpisah dengan Tian, pria pertama yang ia cintai.
“Hiks ... Hiks ... Hiks ...” Ayesha masih menangis.
Dan, tak lama kemudian ia pun bangkit dari tempat tidur itu. Ia berdiri di depan cermin, memperhatikan lekuk tubuhnya dengan bergerak menyamping ke kanan dan kiri.
“Apa aku tidak cocok denganmu, Yan? Apa aku sebegitu tidak menariknya untukmu?” tanya Ayesha pada dirinya sendiri sambil memandang bentuk tubuhnya yang memang tidak menarik sama sekali.
itu sih namanya bukan cinta tapi nafsu, cinta itu melindungi bukan merusak.