Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian Daven
...NOTE : MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!...
...JANGAN DITIRU!!!...
.
.
.
"Asyh.."
Asyh menoleh menegakkan kepalanya untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Kak Dav?" Asyh bergumam kesal.
Asyh memutuskan untuk pergi menghindari Daven namun dengan cepat Daven mencegah Asyh untuk pergi dan mencekal tangan Asyh.
"Lepas Kak, kita sudah selesai." Asyh berusaha memberontak dan meminta lepas.
"Asyh, please dengarkan kakak. Kakak bisa jelaskan semuanya." Daven berusaha menarik Asyh ke dalam pelukannya namun Asyh berhasil menolak.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan Kak. Semuanya sudah jelas kemarin." Asyh masih berusaha melepaskan tangannya yang di cekal oleh Daven.
"Please, ikut aku. Jika ingin selesai aku tidak akan memaksa kamu bertahan, tapi tolong dengarkan penjelasanku." Daven memohon dengan sangat seolah ia sangat mencintai Asyh.
Asyh pasrah dan akhirnya mau ikut bersama Daven.
Daven membawa Asyh keluar dari area kampus menuju ke sebuah taman di dekat sana.
"Ayo duduk." Daven menuntun Asyh untuk duduk di sampingnya.
Asyh menurut namun ia menjaga jarak.
"As, aku tahu aku yang salah. Aku yang berkhianat. Tapi mau kan kamu maafin aku." Daven memasang tampang memelas.
Asyh menatap dalam mata pria yang pernah sangat ia cintai itu. Jelas sekali Asyh bisa melihat kebohongan terpampang nyata di sana dan sepasang mata itu kini hanya diselimuti oleh kabut gairah.
"Aku udah maafin kakak. Dan semua tentang kita udah selesai." Asyh melepaskan tangannya yang tadi digenggam oleh Daven.
Mereka sama sekali tidak sadar ada dua pasang mata yang tengah mengamati setiap gerak gerik mereka dari dalam mobil.
"As, boleh kan kakak meminta sesuatu sebelum kita benar-benar berpisah?" Daven memasang tampang semanis mungkin namun yang ada di mata Asyh adalah tampang seorang pria yang haus akan belaian wanita.
"Apa?" Asyh bertanya ragu.
Daven tersenyum lebar.
Tanpa menjawab Daven semakin mendekati Asyh dan satu tangannya meraih tengkuk Asyh berniat ingin mencium bibir Asyh dan merayu Asyh untuk melakukan sesuatu yang lebih setelah ini mungkin.
TETT TETT
Suara klakson mobil membuat niat cabul Daven terhenti.
Asyh yang mendapat kesempatan pun segera berlari dari taman itu dan kembali ke dalam kampus.
"Sial! Lihat saja Asyh. Cepat atau lambat aku akan mendapatkan apa yang aku mau dari dirimu. Dan aku akan membuat kamu tunduk dan menjadi budak ku!" Daven dengan amarah meninggalkan tempat itu.
"Kau target ku berikutnya bocah cabul! Berani-beraninya kau ingin menyentuh gadisku!" Seorang pria dari dua pria yang sedari tadi memantau setiap pergerakan mereka bergumam geram.
Mereka memutuskan untuk mengikuti mobil Daven.
Daven mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan menuju ke suatu gubuk tua yang jauh dari perkotaan.
"Kau tunggu di sini saja Xello untuk menjaga keadaan sekitar! Kali ini biar aku melakukan semuanya sendiri!" Pria yang duduk di belakang mobil memberi perintah kepada orang kepercayaannya yang bernama Xello.
"Baik Tuan!" Pria bernama Xello itu menjawab.
Tuannya langsung turun dari mobil. Ia mengenakan jubah berbahan plastiknya yang selalu ia gunakan sewaktu mengeksekusi para korbannya. Tidak lupa juga sarung tangan kulitnya dan juga topeng untuk menutupi wajahnya.
Setelah selesai dengan semua persiapannya dan senjatanya, ia pun masuk ke dalam gubuk tua tempat Daven berada tadi.
"Dia hanya sendiri?" Pria berpenampilan menyeramkan ini bergumam saat mendapati Daven hanya sendiri dan sedang terkapar juga meracau tidak jelas.
Sepertinya Daven sedang dalam pengaruh obat-obatan terlarang.
"Lihatlah, bukankah keberuntungan selalu berpihak padaku?" Si pria berjubah itu kembali bergumam dan mendekati Daven.
"Si siapa kamu?" Daven terperanjat ketakutan.
"Panggil saja aku Mr. As." Pria berjubah itu menjawab dengan suara mencekam.
"Aku tidak punya urusan denganmu! Pergi!" Daven berteriak lantang.
Meski dalam keadaan setengah sadar, Daven tahu nyawanya sedang dalam bahaya.
"Kau mungkin tidak punya urusan denganku. Tapi kau sudah berani mencoba menyentuh gadisku dan mencoba merampas apa yang menjadi hakku. Bibir gadis itu, tubuh gadis itu, bahkan nyawanya adalah milikku." Mr. As geram dan mencekik kuat leher Daven.
"Le..pas..kan a..ku a..ku su..dah ti..dak pu..nya ur..usan de..ngan..nya.." Daven berusaha melepaskan cekikan tangan Mr. As namun ia terlalu lemah.
"Cih..kenapa gadis indah itu bisa mejalin hubungan dengan pria brengsek seperti dirimu?" Mr. As berdecih geram.
Daven tidak mampu lagi bersuara dan wajahnya sudah membiru karena cekikan tangan Mr. As yang semakin kuat.
Daven hanya mampu memukul tangan Mr. As dengan sisa tenaga dan nyawanya.
Tidak lama menunggu, Mr. As yakin Daven sudah meregang nyawa di tangannya.
"Dasar lemah. Hanya begini saja kemampuanmu bertahan tapi sok-sokan mau memiliki gadisku. Cuih.." Mr. As meludahi jasad Daven.
Mr. As mengeluarkan sebilah pisau kecil dari sakunya.
SRETTT
Mr. As memotong bibir Daven.
JLEBB
Mr. As menusuk pisaunya pada kedua mata Daven bergantian dan menarik kedua bola mata Daven keluar dari tempatnya.
"Bibirmu karena sudah berani ingin mencium gadisku. Kedua matamu karena sudah berani menatap nyalang kepada gadisku." Mr. As menyimpan dua organ tubuh Daven yang sudah ia mutilasi tadi ke dalam dua buah kantong plastik yang sudah diberi cairan khusus.
Setelah itu, Mr. As menorehkan huruf A di lengan kiri Daven menggunakan ujung pisaunya yang runcing.
Setelah mengemaskan semua peralatannya, Mr. As beranjak dari gubuk tua itu meninggalkan jasad Daven begitu saja.
Mr. As melepaskan jubah dan sarung tangannya lalu menyimpannya ke dalam bagasi mobilnya.
Organ tubuh Daven tadi ia simpan ke dalam satu box khusus.
Setelahnya ia masuk ke dalam mobil.
"Xello, antarkan aku kembali ke kastil. Dan setelah itu kau jemput gadisku untuk menemui ku." Mr. As memberi perintah kepada Xello.
"Baik Tuan." Xello menyanggupi.
Xello pun segera melajukan mobilnya kembali ke kastil Mr. As.
Setelah selesai mengantarkan Mr. As, Xello segera kembali ke kampus untuk menjemput Asyh di asrama.
"Nona Asyh, ikutlah denganku." Xello yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamar Asyh langsung memberi perintah.
"Kau..kau siapa?" Asyh kaget melihat Xello berdiri di depan pintu kamarnya.
"Aku Xello. Aku hanya menjalankan perintah." Xello menjawab datar.
Asyh menangkap kedua bola mata Xello yang berwarna coklat.
"Astaga, apa mereka akan meminta nyawaku malam ini?" Asyh bergumam panik.
"Nona, mohon kerjasama nya jika tidak ingin aku membawa Nona secara paksa." Xello kembali bersuara.
Asyh mau tidak mau hanya bisa menurut. Ia berjalan di depan Xello.
Asyh melihat keadaan sekitar berharap ada yang tiba-tiba muncul untuk membantunya, namun sayangnya Xello yang lebih pintar dan licik sudah mengatur segalanya.
Asyh dituntun hingga masuk ke dalam mobil dan setelahnya, Xello melajukam mobilnya untuk kembali ke kastil Mr. As.
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel