AKU KEMBALI Jadi ANTAGONIS

Di dalam aula istana Raja, Putra Mahkota duduk di depan Raja dan Ratu Jing.

"Putra Mahkota, apa yang kau katakan itu sungguh-sungguh? Kau ingin menjadikan Nona muda Xia sebagai Permaisurimu," ucap Ratu.

"Benar, Ibunda. Aku sudah menyukainya sejak lama. Jadi aku benar-benar ingin menikah dan menjadikan Permaisuriku,"

"Bukankah beberapa hari yang lalu, kau masih bersama dengan Nona muda Xia kedua?"

"Ibu, dia hanyalah anak dari selir Tuan Xia. Aku tidak tahu jika sifatnya tidak baik, juga tidak mempunyai etika. Dia sudah membohongiku dengan sifat liciknya!"

"Jika kau dibohongi dalam waktu yang lama, bukankah itu menandakan bahwa kau adalah seorang Putra Mahkota yang tidak dapat diandalkan?" Raja menatap Putra Mahkota dengan tajam.

"A.... Ayahanda, ayah sangat tahu jika aku..."

"Cukup! Aku mendengar saat ini Nona muda Xia berada di perbatasan utara. Dan kau pasti mengerti peraturan yang ada di sana,"

"Ayahanda, karena aku mengerti peraturan di sana, jadi aku meminta Ayahanda membuat titah, agar Yi'er segera kembali ke kota Yang,"

"Peraturan Pasukan perang di perbatasan utara dibuat oleh Pangeran ketiga. Dan kau juga sangat tahu, jika siapapun tidak bisa menentangnya. Bahkan titah Raja tidak bisa mempengaruhi peraturan itu!"

Putra Mahkota terdiam. Pangeran ketiga, meski dia adalah anak selir, tetapi di tangannya terdapat lebih dari 10.000 pasukan perang, dan hanya dengan satu kata, dia dapat menghancurkan kerajaan musuh manapun.

Jadi, jika Putra Mahkota bersikeras ingin menentang peraturan yang dibuat oleh Jing Sheng Yun, itu sama saja dia menyerahkan kepalanya untuk dipenggal oleh wakil Jenderal perang kerajaan Jing itu.

Sekarang Putra Mahkota tidak bisa berbuat apa-apa, jika dia ingin menikahi An Yi, dia tentu harus menunggu sampai An Yi kembali. Tetapi itupun jika An Yi mau kembali setelah saudaranya sembuh dan bergabung lagi di perbatasan.

"Jika saja aku tahu akan seperti ini, aku pasti tidak akan termakan ucapan Xia Lu Mei yang penuh dengan kebohongan itu! Sekarang ingin mendapatkan Yi'er saja sangat sulit,"

Meski Putra Mahkota berencana ingin menjadikan An Yi permaisurinya dengan cara apapun, tetapi jika Raja dan Ratu tidak berpihak padanya, akan sangat sulit untuk memaksa pernikahan itu.

...----------------...

Di dalam kediaman keluarga Xuan, tuan muda Xuan yang baru saja selesai mendapatkan pemeriksaan dari seorang tabib, terlihat terlelap.

"Bagaimana keadaan A Tian?" ucap tuan Xuan pertama.

"Saat ini kita harus memulihkan keadaannya terlebih dulu, kemudian saya akan mencoba memulihkan tulang punggung Tuan Muda Xuan yang patah,"

"Baik, terima kasih Tabib,"

Tabib itu mengangguk, kemudian keluar dari kamar Xuan Tian.

Tuan Xuan dan istrinya menatap anak laki-laki mereka.

"Tuan, haruskah kita pergi ke kediaman Menteri Xia untuk berterima kasih, karena An Yi sudah bersedia menggantikan A Tian di perbatasan?" ucap istri tuan Xuan.

"Kita akan ke sana nanti saat An Yi kembali. Karena An Yi baru saja pergi, aku yakin saat ini Menteri Xia pasti sangat tidak menyambut kedatangan kita,"

"Aku sering mendengar kehidupan Adik Ipar di kota Yang, dia selalu ditekan oleh Selir Tuan Xia. Tetapi kita..."

"Itu adalah kesalahannya sendiri, karena tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan!" ucap Nyonya tua Xuan yang berjalan masuk.

"Ibu,"

Nenek An Yi berjalan dan melihat kondisi Xuan Tian.

"Jika saja dia mendengarkanku dan tidak menikah dengan laki-laki dari keluarga Xia itu, hal seperti yang kau dengar pasti tidak akan terjadi padanya," ucap Nyonya tua.

Tuan dan Nyonya Xuan saling menatap, mereka tahu walaupun Nyonya tua sangat marah pada Nyonya Xia, namun di dalam hati Nyonya tua Xuan sangatlah peduli, dan ingin agar Nyonya Xia meminta bantuan darinya untuk mengurus masalahnya dengan Tuan Xia secara langsung.

Saat ini di kediaman Xuan hanya tinggal Tuan Xuan, istri dan anaknya, serta Nyonya tua Xuan. Sementara satu anak lainnya tinggal jauh dari kota mereka.

"Ibu, bagaimanapun semuanya sudah terjadi. Jika Adik tidak menikah dengan laki-laki bermarga Xia itu, mungkin An Yi juga tidak ada di dunia ini," ucap tuan Xuan dengan hati-hati.

Nyonya tua menghela napas pelan, "Ini sudah tahun ke berapa dia tidak pulang? Bahkan saat festival pun tidak mengunjungi kita,"

"Ibu, saat ini An Yi sedang berada di perbatasan. Tanpa seizin Adik Ipar, dia tidak mungkin pergi ke sana. Bukankah itu artinya Adik Ipar masih memikirkan kita di sini?" ucap Nyonya Xuan.

"Ya, bagaimanapun kita masih satu keluarga. Ibu, tolong jangan berpikir yang berlebihan. Aku yakin jika tahun ini Adik pasti akan pulang untuk mengunjungi kita," Tuan Xuan mencoba membujuk Nyonya tua agar tidak lagi marah.

Nyonya tua Xuan hanya diam, sudah lebih dari 10 tahun Nyonya Xia tidak pernah pulang. Meski begitu, keluarga Xuan selalu memberi dukungan pada Tuan Xia, itu semata-mata untuk melindungi Nyonya Xia dan An Yi, agar mereka tidak kelaparan dan ditindas.

Dukungan telah diberikan selama bertahun-tahun, tetapi yang didengar oleh keluarga Xuan adalah hal yang tidak mereka inginkan.

Karena itu, Nyonya tua cukup terpukul dan kecewa pada Tuan Xia yang pernah berjanji akan menjaga Putrinya.

"Haah, sudahlah. Aku sudah tua, apakah dia nanti akan pulang atau tidak, itu terserah padanya. Aku hanya ingin hidup dengan baik di rumah ini," ucap Nyonya tua yang seraya berjalan keluar.

Tuan dan Nyonya Xuan melihat Nyonya tua dengan sedih, sebagai sepasang suami istri yang telah memiliki anak, mereka pasti tahu bagaimana perasaan Nyonya tua saat ini.

Mereka juga sebenarnya tidak menyetujui pernikahan adik mereka dengan Tuan Xia, namun saat itu Nyonya Xia mengancam akan bunuh diri.

Keluarga Xuan juga tidak mengerti apa yang sudah terjadi pada Nyonya Xia, sehingga dia sangat ingin menikah dengan Tuan Xia saat itu.

"Sudahlah, kita biarkan hal ini seperti ini dulu. Jika nanti semuanya sudah membaik, kita pikirkan lagi cara untuk mengundang Adik datang," ucap Tuan Xuan.

"Benar, lebih baik kita keluar dulu agar tidak mengganggu A Tian,"

Tuan Xuan mengangguk, mereka lalu berjalan keluar dari kamar itu.

Setelah pintu tertutup, laki-laki yang terbaring di atas tempat tidur membuka matanya.

"An Yi, aku berharap kau bisa membuat Bibi pulang ke rumah. Jika aku harus tetap berada di sini, aku tidak keberatan. Asalkan kau bisa membuat Bibi kedua pulang untuk melihat Nenek," gumam Xuan Tian pelan.

Xuan Tian sudah lama tidak kembali, itu karena dia merasa sedih ketika melihat Nyonya tua termenung sendiri di kursi yang berada di halaman rumah, dan memilih untuk tinggal di perbatasan lebih lama.

"Tahun ini, meskipun hanya tahun ini saja Bibi pulang. Itu tidak masalah. Dan jika An Yi tidak bisa membuat Bibi datang mengunjungi Nenek, maka aku akan meminta orang mengirimkan surat padanya," ucap Xuan Tian lagi.