“Menikahlah denganku, Kang!”
“Apa untungnya untukku?”
“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Aa Riki
Langkah Naura terhenti saat dia mendengar suara tawa kecil dari mulut suaminya.
Dia yang tadinya hendak keluar menoleh ke arah Sagara yang kini sedang menatapnya.
"Kamu amnesia atau gimana?" tanya Sagara. Dia mendekati Naura, membetulkan kerudung wanita di depannya tanpa rasa bersalah. "Kamu yang bilang kalau kita bisa menikah dengan jaminan 'kegadisanmu'." Dia tersenyum menyeringai. "Apa kamu takut? Atau ... Mungkinkah kamu berbohong? Kamu berusaha menghindari saya karena kamu sudah tidak memiliki apapun?"
"Apa maksud kamu?"
"Mantan calon suamimu." Sagara menjeda kalimatnya. "Dia menghamili sahabatmu. Hubungan kalian sudah sangat lama, kamu yakin dia tidak pernah menyentuhmu?"
Api di kepala Naura semakin membara, kedua tangannya mengepal sangat kuat. Bukan hanya sikapnya yang buruk, tapi mulutnya juga benar-benar busuk.
"Kenapa? Tidak bisa menangkal?"
"Kurang ajar!"
Tangan Naura sudah terangkat, dia akan menonjok Sagara tapi Sagara sudah lebih dulu menangkap pergelangan tangannya dan entah bagaimana dia bertindak sampai kini kedua tangan Naura terlipat di depan tubuhnya sendiri, ditahan Sagara yang memeluknya dari belakang.
"Tiffany biar menjadi urusan saya," bisiknya lagi. "Sedangkan kamu, kamu memiliki hutang yang harus kamu bayar, Naura."
Hutang? Bibir Naura tertarik ke atas dan ....
Buk!
Kaki perempuan itu menginjak keras kaki suaminya sampai Sagara melepaskan pelukan. Dengan wajah songong, Naura berkacak pinggang menatap tajam sang suami.
"Cih." Ia tertawa sarkas. "Hutang kamu bilang?" Kini giliran Naura yang mendekat, menarik kemeja Sagara tanpa rasa takut sama sekali. "Mahar kamu berikan dalam bentuk tanah. Selama aku tidak menggunakannya, aku rasa aku tidak memiliki hutang apapun terhadapmu, lintah darat!" Ia kemudian melepaskan Sagara. "Dan, kamu tenang aja. Pernikahan kita masih bisa dibatalkan kapanpun!"
Blam!
Pintu kamar dibanting dengan sangat keras. Sagara yang awalnya terlihat cool meringis kesakitan. Tapi setelah itu dia tersenyum kecil.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Naura akan memiliki nyali sebesar ini. Dia tahu perempuan itu random, bocah ingusan itu memang selalu berkata seenaknya. Tapi dia pikir itu hanya kecerdasan dari ucapannya saja, Sagara sama sekali tidak tahu kalau nyalinya juga sangat mengagumkan.
"Dasar bocah." Kepalanya menggeleng, dia melepaskan semua kancing kemeja yang dia kenakan dan masuk ke kamar mandi.
Setibanya di sana, Sagara menatap pantulan wajahnya di cermin, tamparan itu masih membekas dan .... Dia menatap bibirnya bahkan jempolnya mengusap bibir ranum itu pelan.
Hari ini dia sudah mencium dua wanita sekaligus. Rasanya?
Entahlah ... Dia rasa ada yang salah. Dia tidak merasakan apapun ketika bersentuhan dengan Tiffany, tapi Naura? Dia juga melirik ke arah dada sebelah kiri.
Mungkin ini hanya perasannya saja, mungkin ini hanya karena Naura adalah orang baru. Iya, dia hanya penasaran. Dia yakin lambat laun rasa penasarannya akan hilang.
... ...
Saat hari semakin larut, Naura semakin tidak bisa berpikir jernih. Sekuat apapun dia mencari jawaban, semuanya mengerucut pada satu hal.
Sagara melakukan itu karena dia masih sangat mencintai Tiffany, sedangkan Tiffany melakukan itu karena dia sangat mencintai Sagara, perempuan itu cemburu.
"Mereka emang saling mencintai, Ra," kata Wulan. Dua orang itu kini duduk di dekat rumah Satya. Hanya itu tempat yang agak sepi. "Terus kamu mau gimana?"
Kepala Naura menggeleng, entahlah, sebetulnya, dia menikah dengan Sagara juga karena butuh sih. Dia pikir ini akan mudah, dia benar-benar tidak menyangka kalau Sagara akan melakukan hal menjijikan seperti ini.
"Ra ...." Wulan tersenyum lebar. "Kamu tahu A Riki kan?" Naura hanya menatapnya bingung. "Yang dulu suka sama kamu itu lhoo, dia sekarang udah jadi mantri, katanya sih bakal tugas di Puskesmas yang sama sama kita."
"Terus?" tanya Naura malas.
"Ya ada kesempatan, Belegug. Kamu teh jangan mau kalah atuh sama suami kamu. Kalau dia punya pacar satu, kamu harus sepuluh, Ra."
Naura sampai tertawa. Alamat keder kepala kalau dia memiliki pacar sepuluh.
"Enggak jelas ih. Kasian A Riki atuh, Lan. Jangan ngaco ah."
"Ih aku mah serius, Ra. Kamu mah belum tahu dia yang sekarang gimana, ganteng njir. Kasep pisan, dulu mah iya item, sekarang mah, beuhhhhh ...."
"Enggak tertarik aku," jawab Naura. Dia pun beranjak dari duduknya. "Aku enggak mau manfaatin orang buat kesenengan aku aja. Berdosa."
"Lah." Wulan memicingkan matanya. "Kamu udah ada niat punya pacar aja udah dosa mereunn."
"Ya tapi beda lah," sahut Naura.
Dia baru akan kembali ke rumah suaminya saat tak sengaja melihat Laras yang berdiri mematung, menatap Satya yang sedang mengobrol dengan Nanda yang kala itu juga sedang menonton pagelaran wayang golek kesukaan Abah.
"Anjir si Bang Sat ya." Wulan terperangah. "Aya ku gelo. Bener 11 12 sama Kang Sagara euyy. Dia ngapain deketin Nanda, Ra?"
Namun, fokus Naura bukan pada Nanda dan Satya, melainkan Laras yang menatap kosong dua orang itu sambil mengusap perutnya.
"Ra, kamu enggak kasian kan sama dia? Jangan, Ra. Jangan ... Dia jahat sama kamu."
"Anak itu enggak salah apa-apa, Lan."
"Apa?" kaget Wulan. Maksudnya, Naura hanya memperhatikan perut Laras, bukan orangnya?
Kapan sih Sagara berterus terang n terbuka ma Naura..kayak main petak umpet mulu ga kelar²
truus Nau jgn mrh dulu tu saga lgi jujur tu ma gundik nya lok dia GK cinta fany