Pernikahan Tanpa Hati

"Tuan, apakah kita hanya membiarkan ini?" bisik Marco, ragu melihat Lolly terus menampar Neliza.

Chris menatap Neliza dengan dingin. "Neliza yang menimbulkan masalah… biarkan Lolly yang menghukumnya."

"Chris! Tolong aku!" Neliza menjerit, tubuhnya terguncang. "Dia akan membunuh anak kita! Tolong jauhkan dia!"

Lolly mendekat lagi, wajahnya tak menunjukkan sedikit pun belas kasihan.

"Takut? Kalau tidak mau menanggung akibatnya, jangan pernah mencari masalah. Aku tidak peduli apa hubunganmu dengan Chris. Tapi jangan sekali pun mencoba menyentuh hidupku."

PLAK!

Tamparan keras itu mendarat tepat di pipi Neliza. Suaranya bergema di seluruh kamar.

Tamparan terakhir itu membuat Neliza terjatuh ke lantai. Tubuhnya menekuk, dan darah menetes dari sudut bibirnya.

"Kalau kau tidak puas," ujar Lolly dingin, "silakan tuntut aku."

Tanpa menoleh lagi, Lolly berbalik dan melangkah keluar kamar, melewati Chris seolah ia bukan siapa-siapa.

Chris terkejut dan segera mengejar langkah istrinya.

"Lolly!" panggil Chris, suaranya panik, penuh kecemasan.

Namun Lolly tidak menghiraukannya.

"Kenapa? Kau ingin menyalahkanku?" tanya Lolly tajam tanpa menoleh.

"Ikut aku temui dokter," ujar Chris, berusaha mendekat.

"Yang butuh dokter adalah dia," balas Lolly datar.

"Aku ingin memastikan kau baik-baik saja," ucap Chris, suaranya melembut namun tetap terdengar menahan emosi.

Lolly berhenti melangkah, lalu berbalik menatapnya.

"Bukankah kau di luar negeri? Kenapa ada di sini? Dan kalau sudah pulang, kenapa tidak menghubungiku? Kita bisa langsung mengakhiri semuanya."

"Kenapa kau tidak sabar ingin bercerai dariku? Apakah itu sangat penting bagimu?" tanya Chris, menahan gejolak di dadanya.

"Tentu saja!" jawab Lolly tegas.

Chris menghela napas. "Apakah ada kesalahpahaman di antara kita?"

Lolly tertawa pahit. "Seorang pria memang selalu pandai mengelak dari rasa bersalah. Walau kita menikah hanya karena perjanjian, bukan berarti kau bisa bertindak seolah aku tidak ada."

Ia lalu mendekat satu langkah, menatap mata Chris.

"Sebaiknya awasi kekasihmu. Pastikan dia tidak menyentuhku lagi."

"Dia bukan kekasihku!" balas Chris dengan tegas, tanpa ragu.

Sebelum Lolly sempat merespons, suara seorang wanita memotong ketegangan itu.

"Chris!"

Chris dan Lolly menoleh bersamaan.

Wang Li berdiri di koridor rumah sakit. Wajahnya kesal saat melihat ke arah Lolly.

"Ma... untuk apa di sini?" tanya Chris dengan wajah tak senang.

"Kalau Mama tidak datang, apa kau ingin menyembunyikan semuanya dari Mama?" balas Wang Li dengan nada tajam.

"Apa yang aku sembunyikan?" Chris balik bertanya, jelas tidak nyaman.

"Aku masih ada urusan, aku pergi dulu," pamit Lolly sambil berbalik.

"Lolly!" seru Chris refleks, namun Wang Li menahan lengannya.

"Chris, jawab Mama. Kalian kapan akan bercerai?" tanya Wang Li tanpa basa basi

"Jangan ikut campur urusan kami. Dan kenapa Mama ada di sini?" tanya Chris semakin ketus.

"Mama datang untuk menemuimu," balas Wang Li.

"Bagaimana bisa tahu aku di sini? Dan kalau hanya ingin membahas masalahku dengan istriku, lebih baik Mama diam saja!" Chris melangkah pergi meninggalkan ibunya, diikuti Marco.

Wang Li mendengus kesal.

"Dasar anak durhaka. Sejak bersama wanita itu, dia selalu menantang keluarga sendiri," gumamnya sebelum melangkah masuk ke kamar Neliza.

Begitu membuka pintu, Wang Li langsung terkejut melihat Neliza menangis dengan wajah bengkak. Ia segera menghampiri.

"Neliza? Kau memang Neliza, kan? Siapa yang menamparmu?" tanya Wang Li cemas.

"Bibi Wang Li?" Neliza menatapnya sambil terisak.

"Siapa yang melakukannya? Biar bibi membalas untukmu," ujar Wang Li penuh amarah.

"Bibi... sudahlah. Ini salahku juga, jadi dia marah karena aku… hamil anak Chris. Aku hanya bisa pasrah. Ini memang salahku," ujar Neliza sambil mengusap air matanya, memainkan perannya dengan sempurna.

"Apakah Lolly yang menamparmu? Dia bukan siapa-siapa. Tidak pantas menamparmu! Kau calon menantu keluarga kami, ibu dari cucu kami. Chris akan segera menceraikan dia dan menikahimu," tegas Wang Li.

"Bibi… tapi Chris tidak membelaku. Dia tidak mempertahankanku saat Lolly menamparku," ratap Neliza, tangisnya makin menjadi.

"Kalau Chris tidak membelamu, jangan lupa, kau masih punya bibi," jawab Wang Li lembut.

"Bibi…" Neliza menangis lebih keras.

"Jangan panggil bibi lagi. Kau dan Chris sudah punya anak. Panggil aku Mama," ujar Wang Li sambil memeluknya.

"Ma…" Neliza menjerit kecil, memeluk wanita tua itu seolah benar-benar membutuhkan perlindungan.

"Tenang saja. Chris akan segera memutuskan wanita itu. Menantuku hanya satu ... kau," ucap Wang Li dengan penuh keyakinan.

Keesokan harinya — Cafe.

Wang Li sudah menunggu ketika Lolly datang. Keduanya duduk berhadapan, dan suasana langsung terasa tegang.

Dengan sikap angkuh, Wang Li mengeluarkan selembar cek dan meletakkannya di depan menantunya itu.

“Kau tahu keluarga kami tidak pernah menyambutmu dengan baik. Terlebih setelah berita kakakmu ditahan karena korupsi. Masalah itu mempermalukan keluarga kami. Chris juga menjadi bahan gosip di dunia bisnis karena memiliki kakak ipar yang menjadi tersangka. Ambil cek ini dan ceraikan Chris!” kata Wang Li dingin.

Lolly tersenyum tipis.

“Nyonya Zhao, apa Anda merasa aku tidak bisa hidup tanpa putra Anda? Kalau begitu Anda salah besar. Aku justru sangat berharap bisa bercerai dengannya. Tapi dia yang menolak datang ke kantor sipil untuk tanda tangan. Kalau bisa, tolong nasehati dia agar datang dan jangan menunda terus. Dia hanya membuang waktuku.”

“Atas dasar apa Chris menolak?” tanya Wang Li tak terima. “Putraku tampan dan kaya. Banyak wanita kalangan atas ingin menjadi istrinya. Sedangkan kau? Tidak ada apa-apanya dibanding mereka.”

“Kalau memang banyak wanita yang menyukainya,” jawab Lolly sambil berdiri, “lebih baik nikahkan saja putra Anda dengan mereka. Tanpa putra Anda, hidupku jauh lebih nyaman.”

Wang Li mengepal tangannya.

“Lolly Zhang! Jangan sombong. Keluargamu itu… tidak ada satu pun yang baik! Dan apakah kau tahu? Neliza mengandung anak Chris. Ini buktinya.” Ia menyodorkan hasil USG.

Lolly menatap gambar itu sejenak, menahan emosinya agar tidak meledak.

“Selamat untuk Anda,” katanya akhirnya dengan suara tegas. “Kalau begitu, segera hubungi putra Anda. Suruh dia datang dan selesaikan urusan kami. Sampaikan padanya, kalau besok dia tidak datang, aku akan mengajukan ke pengadilan atas tuntutan suamiku selingkuh sehingga wanita itu hamil anaknya!"

Atas ancaman Lolly, Wang Li membulatkan mata besarnya.