JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18
" Buang aja Pak kalau gak suka. Jangan suka menindas bawahan dengan jam kerja yang tak manusiawi , " Jenna sudah meraih mangkok yang ada di hadapan laki-laki itu. ia hendak berjalan menuju wastafel, namun lengannya ditarik kecil oleh pria itu.
Ia akan membuangnya , mau dibungkus kembali pun ia sudah tidak mood lagi. Niatnya es buah itu untk mbak Isna nanti. Berhubung ada yang merengek minta dibelikan jadi ia kasihkan saja, tapi malah tidak diterima dengan baik membuatnya kesal.
" Jangan suka membuang makanan, sudah sekaya apa kamu sampai gampang sekali bagimu membuang makanan hah? " Sembari mulutnya mengoceh, kedua tangannya merebut kembali mangkok itu.
Ia berjalan menuju ruangannya, sebelum pergi ia memberi titah pada Jenna untuk naik keruangan nya.
" Saya tunggu kamu diatas. " ucap pria itu sebelum menghilang dibalik pintu.
" Jen sumpah kok jadi ngeselin banget sih bos kamu itu? " ucap Desi dengan ekspresi kesal.
Jenna menggeleng pelan, " Bukan Bos saya itu mbak, " sahut Jenna.
Desi menghela napas kesal, ia kemudian membereskan mangkok yang dipakainya tadi. " Makasih ya es buahnya, endul banget, " mengacungkan kedua jempolnya sebagai apresiasi es buah yang dibeli Jenna.
" Iya mbak, nanti saya ajak kulineran waktu libur biar mbak nggak makan di restoran mahal terus, " Desi tersenyum canggung, begini ya rasanya punya teman beda cara menjalani hidup. hampir 80% mereka berbeda dari berbagai sudut pandang.
" Boleh banget, Jen. " sahut Desi.
" Kamu masih ada urusan ya sama Pak bos? " tanya Desi diberi anggukan oleh Jenna.
" aku boleh nguping nggak? " Desi tertawa melihat ekspresi Jenna yang merasa waspada.
" Iya nggak, Jen. Saya mau pulang aja udah capek. " ucap Desi, " Lagian kalian ini kayak nggak ada hari esok saja, malam-malam begini berduaan dikantor. Awas yang ketiga setan, " bisik Desi diakhir kalimat. Menatap seluruh ruangan yang terlihat nampak sepi walaupun cahaya lampu menyorot dengan terang.
🐣🐣🐣
Jenna sudah duduk disofa , berhadapan langsung dengan pemilik ruangan yang masih sibuk menikmati es buah yang dibelinya tadi.
Dalam hati, Jenna, merutuki pria itu karena sempat menolak es nya itu.
" Lama banget Pak, saya mau pulang ini. Anak gadis gak boleh pulang malam. " ucap Jenna, ia menatap kesal pria itu.
Kafindra yang merasa ditunggu, mengangkat kepalanya melirik sebentar Jenna setelah itu kembali menikmati es buahnya yang tinggal beberapa suap, benar-benar habis sampai titik penghabisan. Es batu nyang masih tersisa itu pun ia kunyah hingga menimbulkan bunyi ngilu.
" Pak.... " Jenna sudah menunggu hampir lima belas menit. kalau memang tidak ada yang penting dirinya juga ogah datang ketempat ini.
Flasback dua jam yang lalu.
Jenna sudah membersihkan tubuhnya, sudah memakai pakaian rumahan karena memilih berdiam diri di kontrakan. Hingga sering telepon dari mbak Desi membuatnya mengangkat panggilan itu.
Wanita itu mengeluh, karena Pak Bos nya malah tertidur di ruangan. Sedangkan hari sudah mulai malam. Karena tak tega dirinya menyusul, walaupun rasanya ia enggan bertemu pria itu. Tapi ia juga penasaran kenapa Kafindra meneleponnya sampai berkali-kali siang tadi.
Sebelum berangkat ia memasak bubur untuk pria itu, entah kenapa ia merasa tak tega melihatnya muntah pagi tadi . Dan saat dalam perjalanan ia tak sengaja lewat didepan gerobak penjual es buah , dicuaca sore tadi yang lumayan panas sepertinya enak jika minum es buah kan.
Flashback off
Pria itu tampak tersenyum disuapin terakhir, meletakkan sendok kedalam mangkok yang sudah kosong lalu menyingkirkannya di pinggir meja agar tak menggangu pemandangannya.
Matanya beralih menatap wanita cantik dengan wajah sederhana tanpa make up, berbanding terbalik dengan wanita yang bersamanya malam itu.
Perasaan ragu mulai meracuni otaknya untuk tidak menanyakannya langsung, perlukah ia mencari tau sendiri? Tapi wanita itu sudah terlanjur ia tarik masuk kedalam ruangannya.
" Jawab dengan jujur pertanyaan saya, " ucap Kafindra.
Jenna hanya diam menunggu pria itu melanjutkan ucapannya, " Apa benar kamu wanita yang bersama saya malam itu, Jen? " Ada keputusasaan dalam nada bicara pria itu. Jenna menyadarinya, tapi ia masih memilih bungkam.
" Malam itu aku dihubungi oleh kekasihku , dia sudah menunggu ku di sebuah kamar hotel dimana pesta itu digelar. Salah satu pebisnis merayakan ulang tahunnya disana. Awalnya aku menolak untuk datang saat Desi, memberiku undangannya " Jenna masih diam, dirinya hanya menyahut beberapa hal yang memang ia sudah tau dalam hati.
" Tapi, kekasihku memaksaku untuk ikut hadir karena dia mengenal pria itu. Lalu ku setujui untuk datang, hingga dimana aku datang ke kamar hotel itu tapi yang kulihat bukan tubuh kekasihku. "
Jenna mulai merasakan panas dingin ditubuhnya, detak jantung nya memburu seiring kejadian malam itu mulai bermunculan dikepalanya bak kepingan puzzle yang mulai tersusun.
" Justru wanita asing yang kupikir adalah wanita kiriman dari musuhku, Jenna . Aku yang sudah dipengaruhi obat perang*ang tidak bisa lagi menahan gairah ku Jenna. Yang ada di otakku hanyalah bagaimana caranya aku bisa mendapat kepuasaan itu. " Kafindra menghela napas berat, kepalanya tertunduk betapa bajing*an nya dia sudah mengkhianati kekasihnya, Briella.
Jenna juga hanya diam saja, tak berniat membela diri ataupun meminta pertanggung jawaban yang seharusnya memang ia dapatkan.
" Aku sangat menyesali kejadian itu . Aku merasa malu jika bertemu dengan kekasihku, Jenna. Aku sudah menyakiti kepercayaannya karena berani mengkhianati hubungan ini dengan wanita lain. " lanjut Kafindra, nadanya terdengar lemah dan pasrah.
Jangan tanya keadaan Jenna. wanita itu mati-matian berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. Apa yang dapat ia harapkan dari laki-laki didepannya ini? Untuk sekedar minta maaf saja mulut itu tak berniat mengatakannya.
Membahas luka wanita lain dihadapannya, disaat Jenna juga jauh lebih hancur . Jenna tersenyum miris, sehina inikah hidupnya? .
" Kalau begitu jangan pernah mengingatnya lagi, anggap kau hanya bermimpi malam itu Pak. " Jenna bangkit dari duduknya, membuat Kafindra yang tengah terpaku menatap lantai kini mendongak keatas.
" Sedari awal saya tidak meminta bapak bertanggung jawab, saya juga tidak menuntut ataupun mengancam tentang malam itu. Tapi Ibu bapak sendiri yang datang mengataiku wanita murahan! aaah.... aku baru ingat , bukannya pagi itu Pak Kafindra juga mengatakan hal yang sama? " Jenna mengangguk akan pernyataan nya sendiri . Satu tetesan air mata tak dapat ia cegah, luruh begitu derasnya disusul tetasan selanjutnya.
Jenna menengadahkan pandangannya keatas, berusaha menghalau air matanya agar masuk kembali. Bibirnya terkunci rapat menahan isakan tangis yang memilukan jika didengar.
Kafindra ikut berdiri, menatap wanita dihadapannya dengan pandangan datar. Ia ikut merasakan kesedihan wanita itu, tapi apa yang perlu dikhawatirkan dari sisi Jenna? Nothing.
Sedangkan dirinya mempunyai Briella, wanita yang sudah bersamanya dengan waktu yang tak sebentar. Hanya satu langkah lagi ia akan bisa memiliki wanita itu sepenuhnya, mengikatnya dengan janji suci. Tapi mimpi itu seketika menakutkan saat dirinya dihantui rasa bersalah.
🦋🦋🦋🦋
😩😩😩 ikut sakit hati nggak guys? Aku aja yang nulis pengen banget nampol si kutu kupret itu 🖐🙃