"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap tak bisa di tebak
Sofia menatap tak percaya. Mungkin Axel berani membawa dirinya ke kantor, pastinya dia tidak akan berani mengakui bahwa mereka sudah menikah.
"Jangan bengong, Sofia. Kamu mau ikut aku atau tidak?" tanya Axel menghentikan kendaraannya.
"Aku nggak ikut deh, aku mau pulang ke rumah kontrakan saja," jawab Sofia menolak ajakan Axel.
"Rumah kontrakan kamu dimana?" tanya Axel.
"Nggak terlalu jauh dari sini. Lagian udah lama juga aku nggak pulang, ada beberapa barang yang ingin aku ambil."
"Nanti saja aku anterin. Sekarang ikut aku dulu ke kantor."
"Bapak serius mau bawa aku ke kantor? Apa yang ingin bapak katakan pada mereka? Bukankah bapak malu jika mereka tahu kita sudah menikah?" tanya Sofia sekali lagi. Ia masih tidak percaya dengan kesungguhan Axel.
Axel menatap dalam. "Sofia, boleh aku tanya sesuatu?"
"Bapak mau tanya apa?"
"Apakah kamu serius dengan pernikahan kita ini?" tanya Axel menatap serius.
"K-kenapa bapak tanya seperti itu?" Sofia mendadak gugup dan tak berani membalas tatapan Axel.
"Aku ingin tahu tanggapanmu." Axel masih menatap Sofia begitu lekat.
"Aku, aku tidak tahu," jawab Sofia lirih.
"Kenapa kamu tidak tahu? kamu juga tidak ingin serius menjalani rumah tangga denganku 'kan?"
"Bukankah bapak sendiri yang menolak kehadiranku? Aku menyadari bahwa kita memang tidak sepadan. Aku tidak berani menaruh harapan dengan pada pernikahan ini," urai Sofia membuat Axel merasa entah.
"Sof, jika aku berubah pikiran. Apakah kamu mau memulainya dengan serius?"
Sofia memberanikan diri menatap wajah Axel. "Tidak semudah itu untuk aku percaya."
"Apa yang membuatmu ragu?" tanya Axel ingin tahu.
"Karena selama ini bapak tidak menyukai aku. Bapak sangat menolak kehadiranku, jadi mana mungkin aku percaya begitu saja dengan ucapan bapak. Bahkan bapak hanya menikahiku secara siri."
"Tapi aku punya alasan kenapa kita menikah siri. Aku hanya tidak ingin kamu...."
"Sudahlah, aku tidak mau bahas hal itu sekarang. Dan aku juga tidak yakin apa yang bapak katakan dalam keadaan sadar," potong Sofia membuat Axel memicingkan matanya.
Axel membuang nafas kasar. "Yasudah, kalau begitu nanti kita bahas lagi. Sekarang kamu ikut aku ke kantor." Axel menyudahi percakapan mereka.
"Aku tidak mau ikut bapak ke kantor. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. apalagi saat mereka melihat kita datang bersamaan," tolak Sofia.
"CK, kenapa singkat sekali pemikiran kamu. Kamu itu kan mantan pegawai di sana. Kamu kan bisa alasan mau ketemu rekan kerja kamu. Apa susahnya beralasan. Atau kamu ingin aku mengakui pada mereka bahwa kita sudah menikah secara siri, begitu?"
Sofia menghela nafas dalam. "Bapak kenapa tidak membiarkan aku pulang ke kontrakan? Nanti aku bosan nungguin bapak lama di sana. Nggak mungkin temu kangen seharian di sana. Mereka kan juga ada aktivitas," ujar Sofia masih tak habis pikir.
"Aku tuh nggak bisa bila kamu nggak ikut. Aku bisa mual lagi," jawab Axel beralasan. Ia hanya takut saja bila Sofia di bawa Seno ke kantor Capil.
"Ayolah, kamu tega biarin aku mabuk lagi? Aku nggak bisa fokus kerja bila mual dan muntah. Mana tugasku sangat banyak hari ini." Axel masih meyakinkan Sofia.
"Ya baiklah. jangan salahkan aku jika diantara mereka ada yang curiga dengan kedekatan kita."
"Iya nggak masalah. Jika sudah tiba waktunya, maka aku akan mengatakan dengan jujur. Oya, nanti kamu masuk ke ruangan aku minta di temani sama kak Mira ya. Kamu bisa istirahat di sana," ucap Axel.
"Nanti kalau kak Mira tanya gimana? Pasti kak Mira curiga," intrupsi Sofia.
"Nggak pa-pa, kamu jujur saja mengenai hubungan kita. Tapi minta kak Mira menyimpan rahasia ini."
Sofia tak bisa berkata lagi. Ia tidak tahu sebenarnya bagaimana maunya penyidik satu ini. Kenapa sulit sekali di tebak sikap dan perangainya. Ia terpaksa mengikuti Axel ke kantor polisi tersebut.
Bersambung....
maaf koreksi dikit ya jangan tersinggung, masih ada typo dan kurang kata di beberapa kalimat dari awal bab sampai baca selesai 🤭✌️