Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Keesokan hari nya, Zeera pergi ke rumah sakit di temani oleh Reza yang kebetulan memang bertugas disana. Tidak hanya Reza, tetapi juga dengan ibu nya yang akan menemani Zeera ketika pulang nanti.
Selesai pemeriksaan, Zeera keluar sambil menggenggam selembar kertas di tangannya yang merupakan surat keterangan pemeriksaan kehamilan nya yang baru berusia enam Minggu. Entah ia harus merasa senang atau sedih dengan kehadiran janin di dalam kandungan nya.
Disatu sisi, ia senang karena bisa mengandung benih dari Devan. Tapi disisi lain, Zeera kondisi rumah tangganya bersama Devan sedang tidak baik-baik saja, walau itu semua karena ulah nya Intan.
Sementara di tempat lain, Aldi bersama yang tidak bisa menemukan keberadaan Zeera dari kemarin, terus mencari wanita itu ke beberapa tempat yang mungkin di kunjungi nya. Sempat Aldi menghubunginya, namun ponsel Zeera selalu tidak aktif.
"Bahaya kalau sampai pak Devan tau, bagaimana aku bisa menjelaskannya?" Gumam Aldi.
"Kamu pergi kemana sih, Ra." Ucap Kanya yang duduk di samping Aldi.
"Kau tau tempat lain yang biasa di kunjungi nya?" tanya Aldi di sela mengemudi nya.
Kanya menggelengkan kepalanya pelan, "hanya tempat-tempat tadi yang pernah dia kunjungi." Sahutnya.
Sesampainya di rumah, Zeera menyalakan ponselnya yang sempat ia non-aktifkan beberapa jam lalu. Sederet pesan dan panggilan tak terjawab muncul dalam layar ponsel Zeera. Tidak ingin membuatnya cemas, Zeera membalas satu persatu pesan tersebut yang tidak lain adalah dari Kanya dan juga Aldi.
Zeera hanya mengatakan bahwa dirinya saat ini baik-baik saja, namun tidak bisa memberitahukan mereka mengenai keberadaan nya. Ia juga mengatakan pada mereka untuk merahasiakan kepergiaan nya dari Devan dan memberitahu Anna tentang hal itu.
"Zeera, ini makan dulu." Ucap Bu Wati membawakan satu piring berisi makanan.
"Makasih Bu, harus nya ibu gak perlu repot mengurusi aku."
"Ibu sama sekali gak repot kok, justru ibu senang bisa membantu kamu, ibu merasa punya anak perempuan." Sahut Bu Wati tersenyum. "Ayo di makan dulu." Sambung nya.
Zeera menganguk, ia mengambil piring tesebut dan langsung menyuap satu sendok makanan ke mulutnya. Walau ia masih merasakan mual, namun ia tetap harus memaksakan untuk makan demi janin yang di kandung nya.
Drrttt... Drrttt ...
Ponsel Zeera berdering, ia memberikan isyarat pada Bu Wati untuk tidak bersuara ketika ia menerima panggilan itu dari suaminya.
["Hallo.."] Sapa Zeera ketika panggilan nya terhubung.
["Sayang, maaf aku baru bisa menghubungi mu, kamu baik-baik aja kan?"]
["Hm, aku baik-baik aja, bagaimana dengan mu?"]
Devan menghela nafasnya, ["disini aku tersiksa karena begitu merindukan mu."]
["Aku juga merindukan mu."] Sahut Zeera yang tanpa sadar buliran bening menetes dari kedua sudut matanya.
["Hei, kenapa menangis? jangan nangis oke? Kita akan segera bertemu."] Ucap Devan yang mendengar suara isakan Zeera.
Tidak berlangsung lama, panggilan telfon pun terputus. Namun air mata Zeera semakin deras kaluar dari mata nya. Bu Wati yang tidak tega melihat itu segera menarik Zeera kedalam pelukannya dan mengusap punggung nya dengan lembut.
Semalam, Zeera sempat menceritakan semuanya pada Bu Wati.
"Sabar ya, Ra. Ibu yakin ada pelangi setelah badai. Kamu pasti bisa melewati semua ini, semoga saja ibu mertua kamu cepat sadar atas apa yang di lakukannya sama kamu."
Zeera mengangguk seraya menyeka air matanya, ia menarik nafas nya dalam-dalam dan mengeluarkan nya perlahan.
"Makan lagi, jangan lupa vitamin nya juga di minum. Nanti ibu suruh Reza belikan susu ibu hamil untuk kamu sekalian dia pulang."
"Gak usah repot Bu, nanti aku beli sendiri aja."
"Gak papa, anggap ibu disini sebagai ibu kamu. Oke?" Sahut Bu Wati merangkul Zeera.
*
Plaaakk!!
"Beraninya kamu menipu ku! Kamu bilang akan memberikan Zeera pada ku, nyatanya apa? Kau malah membuatnya pergi dari kota ini!" Bentak Riko yang berhasil menampar Celine.
"Semua gara-gara wanita tua itu! Harusnya dia hanya memisahkan Zeera dari Devan. Bisa-bisanya dia membuat Zeera menghilang tanpa jejak." Sahut Celine membela diri.
"Pokoknya aku gak mau tau, cari dia sampai ketemu! Kalau tidak, bersiaplah kamu untuk jadi gelandangan!" Ucap Riko dengan tegas.
"Nazeera... Benar-benar kau sudah membuat ku muak! Kalau sampai aku berhasil menemukan mu, aku gak akan segan untuk melenyapkan mu detik itu juga." Gumam Celine dengan penuh penekanan.
Didalam villa keluarga Erlangga, Intan sudah membawa gadis lain yang akan di jodohkan nya dengan Devan disaat dia sudah kembali nanti. Kali ini ia pastikan pilihannya tepat. Tidak seperti Celine yang sudah menipunya bersama dengan ibunya. Padahal sudah cukup lama ia berteman dengan Revi, bisa-bisanya nya ia kena tipu wanita itu.
"Devan kapan pulang Tante?" Tanya wanita itu pada Intan.
"Tante pastikan secepatnya dia akan pulang."
"Tapi bagaimana dengan istrinya? Bukankah di sudah menikah?"
"Enggak, dia belum menikah. Ucapannya waktu itu hanya untuk menipu publik. Sebenarnya Tante juga merasa kasihan pada dia karena sampai saat ini masih saja hidup sendiri. Padahal Tante sudah menginginkan seorang cucu.
"Tante tenang aja, aku pasti akan berikan apa yang Tante mau." Sahut wanita itu dengan penuh antusias.
"Siapa lagi yang sudah kamu bawa ke rumah ini, Intan?" Tanya Mahendra yang baru saja tiba.
"Kenalin pa, dia Ririn, cantik kan?" Sahut Intan.
"Hallo om." Ucap wanita itu dengan ramah serta senyuman yang lebar.
"Sebaiknya kau mundur sekarang sebelum Devan yang mengusir mu." Sahut Mahendra yang bergegas pergi.
"Pa!" Panggil Intan.
Namun di abaikan oleh pria itu yang sudah lelah dengan kelakuan istrinya yang terus menjodohkan Devan dengan berbagai macam gadis. Padahal sudah jelas Devan memiliki istri saat ini.
"Kamu itu gimana sih? Harusnya sapa Ririn dengan baik-baik. Dia itu wanita yang baik untuk jadi istrinya Devan, tidak seperti dia yang asal-usul nya aja gak jelas!"
"Cukup Intan! Awalnya aku memang tidak setuju dengan pernikahan diam-diam Devan dan Zeera, tapi dia wanita baik-baik! Jangan pernah menganggu hubungan mereka lagi!"
Intan mendecih, "kamu gak tau aja seperti apa kelakuan wanita itu disaat Devan gak ada, dia udah main gila dengan pria lain diluar sana! Apa wanita seperti itu yang kamu bilang wanita baik-baik?"
"Terserah! Dari dulu kau memang keras kepala! Jangan salahkan aku jika sewaktu-waktu Devan berbuat sesuatu diluar dugaan mu!" Tegas Mahendra yang kemudian masuk ke ruang kerja nya dengan membanting pintu.
"Hebat sekali kamu, Zeera. Sudah pergi pun kau masih saja menyusahkan ku! Lihat aja, apa yang akan aku lakukan jika kembali melihat mu." Gumam Intan tersenyum miring.
***
TBC. . .