Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keposesifan para kakak
Setelah senja mulai turun dan lampu-lampu kota mulai menyala, Alethea bersama Arsen, Felix, dan Bryan melangkah keluar dari Mall. Mereka tidak langsung pulang, melainkan naik ke mobil hitam mewah milik Arsen, jalan-jalan dan mencoba berbagai makanan , foto-foto dan membeli bando kelinci , setelah itu puas mereka baru menuju—Mansion Alegria.
Sepanjang perjalanan, Alethea menggenggam erat tas selempangnya. Di dalamnya, tersembunyi dua alat kecil yang nyaris tak terdeteksi—sebuah penyadap suara dan CCTV mini. Dirinya menyembunyikannya diam-diam, tanpa diketahui Arsen maupun sepupunya yang lain. Alat itu adalah bagian dari rasa curiga yang lama dipendamnya. Ada sesuatu di mansion itu yang selama ini tak pernah terjawab.
Begitu mobil melewati gerbang besar berukir lambang keluarga mereka, aura dingin langsung menyambut. Tak lama, mobil berhenti di halaman luas yang diterangi cahaya lampu gantung antik.
Ketika mereka melangkah masuk ke dalam mansion, suara pintu utama yang berat menggemakan kedatangan mereka. Namun, bukan hanya suara pintu yang menyambut. Tiga sosok berdiri di ujung lorong marmer putih: Ares, Aryan, dan Arvel—tiga kakak kandung Alethea.
Ketiganya berdiri tegak, dengan pandangan tajam tertuju pada Alethea dan rombongan kecilnya. Tidak ada senyum. Tidak ada sapaan hangat.
Ares membuka suara terlebih dahulu, dingin dan langsung menusuk.
“Dari mana saja kalian?” tanyanya tanpa basa-basi .
Aryan menyilangkan tangan, menatap Arsen dengan sorot mata penuh perhitungan. “Lucu ya. Kami saja belum sempat mengajak thea jalan-jalan. Tapi kalian sudah duluan.”
Arvel melirik Felix , Arsen dan Bryan sejenak, kemudian tatapannya kembali ke Alethea. “Apa kalian pikir kalian lebih dekat dengannya dari pada kami?”
Alethea diam, sedikit terkejut dengan nada suara kakak-kakaknya yang biasanya tenang kini terdengar tajam. Ia belum sempat menjawab ketika Ares kembali bicara, kali ini nadanya lebih rendah namun lebih tegas.
“Adik kami bukan mainan. Jangan asal ajak dia ke mana-mana tanpa izin.” tegas Ares namun memancarkan aura dingin nya .
Arsen mengangkat alis, hendak membalas, namun Alethea cepat-cepat menengahi.
“Kami hanya pergi sebentar, kak. Nggak ada yang macam-macam kok . Tadi ceritanya aku lagi di traktir sama kak Arsen , jadi nya aku pergi sama kak Arsen dan kak Felix dan bertemu Bryan di mall.” ucap alethea menjelaskan.
Aryan mendekat satu langkah. “Tapi kami kakakmu, Thea. Kau bahkan belum menghabiskan waktu sama kami, tapi mereka sudah bawa kau ke luar kota.”
“Bukan luar kota,” Bryan menyela pelan, mencoba meredakan ketegangan. “Cuma ke mall.”
Namun Ares menoleh padanya, tajam. “Dan siapa yang bicara padamu?”
Situasi semakin memanas. Aura posesif ketiga kakak Alethea mencuat seperti bara yang disulut. Arvel berjalan mendekat, berdiri di samping adiknya, seolah membentuk tembok antara Alethea dan sepupunya.
“Kalian boleh dekat, tapi jangan pernah lupa,” gumamnya pelan namun mengancam. “thea milik keluarganya. Kami, lebih tepatnya.”
Felix menahan diri untuk tidak membalas. Ia melirik Alethea yang tampak mulai gelisah.
Dalam diam, Alethea menunduk, lalu menyentuh tasnya.
"kak kami hanya jalan-jalan sebentar kak , lagian kalian kan sibuk sama urusan kalian masing-masing, masa aku harus dirumah sendirian di temani dengan kebosanan sih ?" . Ucap alethea sedikit kesal dengan kakak nya yang posesif.
Suasana di ruang tamu Mansion Alegria menegang, tapi tidak lama. Ketegangan itu perlahan-lahan bergeser jadi... aneh.
“Adik kami bukan untuk diajak jalan sembarangan,” ulang Ares, suaranya seperti dosen killer yang menemukan muridnya bolos.
Arsen—yang biasanya kalem dan sedikit terlalu percaya diri—menyilangkan tangan dan membalas dengan gaya sok santai, “Lho, masa adik sendiri nggak boleh diajak refreshing?”
Aryan mengerutkan dahi. “Adik sendiri?”
Arsen mengangguk mantap, lalu menepuk kepala Alethea yang langsung meringis sambil merapikan poni. “Iya dong. thea itu juga adik gue. Sepupu kan… setengah adik.” Ia menyeringai. “Jadi aku punya setengah hak dong, ya nggak?”
Arvel memicingkan mata, “Setengah hak apanya? Hak jalan-jalan? Ini bukan toko serba lima ribuan, bro.” ucap arvel kesal .
Felix dan Bryan menahan tawa sambil saling melirik. Tapi Arsen belum selesai. Ia maju satu langkah dan menatap tiga kakak itu dengan dramatis, seperti karakter anime yang siap duel.
“Aku sudah gantiin kalian hari ini. Dia ketawa, makan es krim, foto-foto. Kita bahkan beli bando kelinci buat dia!” ujarnya bangga.
Alethea spontan menutup mulut, “Kak Arsen!” bisiknya penuh malu. Tapi sudah terlambat—para kakaknya langsung menoleh padanya bersamaan.
“Bando… kelinci?” ulang Ares, wajahnya perlahan menggelap.
Aryan seperti sedang memvisualisasikan Alethea pakai telinga kelinci dan langsung menghela napas panjang. “Astaga…”
“Kau pasti suruh dia cosplay, ya?” ucap arvel menatap Arsen curiga
“Eh, bukan cosplay!” sanggah Arsen cepat. “Itu cuma bando lucu, buat foto-foto! Biar dia senang!”
Ares menatap Arlethea, nadanya setengah putus asa. “Kita bahkan belum sempat ngajak dia makan ramen favorit kita…”
“Tadi kami sempat ke kedai takoyaki,” timpal Arsen, makin santai.
Aryan langsung duduk di sofa, memegang kepala sendiri. “Dia bahkan belum coba takoyaki versi kita…”
Arvel ikut duduk, “Oke, mulai besok, jadwal jalan bareng Thea kita atur.” ucap arvel dengan wajah nya yang serius .
“Setuju,” kata Ares cepat.
“Senin: nonton bareng. Selasa: taman. Rabu: masak bareng,” Aryan mulai menghitung dengan jari.
Arsen ikut angkat tangan, “Gue klaim Jumat ya. Fun Friday bareng Arsen, heh!”
Ares mendelik. “Enak aja. Kau bukan kakaknya!”
Arsen menunjuk diri sendiri dramatis, “Tapi aku sepupu spesial!”
Alethea akhirnya tak tahan dan tertawa keras. “Kalian ini kayak rebutan mainan.”
“Tentu saja,” jawab Arvel cepat. “Tapi mainannya hidup. Dan bisa ngambek.”
“Dan ingat dengan aktivitas kalian kak , mana mungkin kakak bisa tiap hari ngajak aku main hm ? Trus bagaimana dengan semua kesibukan kalian ? Kak Ares mengurus perusahaan, kak Aryan kuliah , dan hanya kak arvel yang libur sekolah panjang , itu juga kakak pasti butuh waktu bareng temen-temen kakak kan ???” gumam Alethea pelan, senyum licik melintas sesaat.
Mereka semua diam.
Lalu—hampir serempak—menoleh ke tas Alethea yang kini tergeletak di meja.
“.nah betul itu , jadi selama kami ada disini mending Thea kita yang jagain , kalian tenang aja kita pasti buat thea tersenyum selalu , ya kan Thea ??" Ucap Felix tersenyum lebar .
“Wah, gawat. Kakak-kakak posesif lawan adik penuh strategi,” Bryan akhirnya angkat bicara sambil geleng-geleng.
Felix hanya menepuk pundaknya. “Selamat datang di keluarga Alegria. Drama harian dijamin.”
" Thea tapi kami kan pengen ngajak kamu jalan-jalan juga nggak cuma orang luar saja yang bisa ngajak kamu jalan " . Ucap aryan sedikit menyindir .
" hei ingat orang luar ini adalah sepupu mu yang paling tampan , yang paling bisa buat princes Alegria ini tersenyum ya ?" ucap Felix narsis .
" mulai lagi deh" ucap alethea dengan mata malas ,
"dari pada kalian rebutan pengen ngajak jalan Thea , mending Thea sama aku , biar nggak jadi rebutan ya kan Thea?" ucap Bryan menyela .
"nggak boleh" . Ucap mereka semua serempak .
"haish kalian semua ini kenapa sih ?? Udah pada gede tapi masih ribut aja kerjaan nya , aku mau ke atas aja ah , kalian puas-puasin deh ribut bye maksimal " . Ucap Thea langsung menuju kamar nya , tanpa menghiraukan mereka semua ,
Setelah pertunjukan rebut adik nasional itu berakhir, Alethea menarik napas panjang dan mengangkat tasnya, berniat kabur ke kamar sebelum ada yang mulai adu argumen tentang siapa yang boleh mengajak nya jalan , Langkahnya cepat menaiki tangga marmer putih, menyusuri lorong panjang menuju lantai atas.
Tapi di tengah anak tangga, sosok anggun dengan gaun satin dan rambut disanggul rapi berdiri menatapnya—Tante Evelyn.
Wanita itu menyipitkan mata sambil menyesap teh dari cangkir porselennya. “Alethea sayang, kenapa wajahmu kusut begitu? Seperti kertas ulangan matematika yang baru dikembalikan.”
Alethea menahan tawa, tapi cepat-cepat memasang wajah kesal lagi. “Aku lagi kesel, Tante…”
Tante Evelyn menaikkan alis. “Kenapa? Bukan karena es krimmu jatuh, kan?”
Alethea menggeleng sambil naik satu anak tangga lagi. “Para kakakku… dan kakak sepupuku… mereka rebutan aku, Tante.”
Tante Evelyn menurunkan cangkirnya. “Rebutan?” ulangnya, seperti baru mendengar plot sinetron baru.
“Kayak anak kecil. Mereka nggak suka aku jalan sama kak Arsen,kak Felix, dan Bryan. Katanya harusnya aku jalan sama mereka dulu. Padahal aku udah gede! Aku bisa pilih mau jalan sama siapa!”
Tante Evelyn menahan senyum, lalu berdeham. “Sayang, kau memang sudah besar. Tapi buat mereka… kau masih bocah kecil yang dulu suka nyelip di kolong meja makan sambil makan permen karet diam-diam.”
Alethea cemberut. “Itu hanya masa kecil Tante ku sayang …”
" hahaha iya iya sekarang Thea Tante sudah dewasa dan cantik pasti nya hahaa" ucap Tante Evelyn sembari tertawa .
Alethea memutar bola matanya. “Intinya mereka posesif banget.kak Arsen bahkan ikut-ikutan klaim aku adik nya sendiri !”
Tante Evelyn tertawa kecil. “Wah, sepertinya kompetisi tahun ini seru sekali.”
“Ini bukan lomba, Tante…”
“Tentu bukan. Tapi jelas ada pemenangnya nanti,” katanya sambil tersenyum misterius.
Alethea memiringkan kepala. “Pemenang?”
Tante Evelyn mendekat, membelai lembut rambut Alethea. “Pemenang yang paling bisa buatmu nyaman. Yang paling tahu kapan harus melindungi... dan kapan harus melepasmu berjalan sendiri.”
Alethea terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. “Itu jawabannya Tante Evelyn banget.”
“Elegan dan penuh makna?” tanya tante itu sambil berkedip satu mata.
“Dan membingungkan,” jawab Alethea, lalu melanjutkan langkah ke lantai atas. “Aku mau ke kamar dulu tan , sebelum ada yang datang lagi dan memperebutkan aku bye Tante mmuuaachh ” . Ucap alethea lalu mencium pipi Tante nya itu .
Tante Evelyn memandangi Alethea yang menjauh, lalu tersenyum pelan.
“Ah, keluarga Alegria. Bahkan cinta kasih bisa jadi pertandingan.”
gak salah Thor, harus nya klo kelas 10 itu sekitar usia 15 th ..
semangat nulisnya Thor 🥰
semangat nulisnya Thor 🥰🥰
penasaran dgn alur nya Thor..
semangat nulisnya ya 🥰🥰🥰