Sungguh perjalanan yang penuh liku dan misteri! Dari seorang penyendiri dengan masa lalu kelam, Sean menjelma menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dihormati, bahkan kekuatannya mampu mengguncang sebuah kerajaan. Keputusannya untuk "pensiun" dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Sang Pencipta membuka lembaran baru bagi alam semesta.
Kelahiran Ling di tengah hutan belantara, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, seolah menjadi jawaban atas permintaan Sean. Kehidupan damai Ling di hutan, pertemuannya yang tak terduga dengan dunia luar, dan bakatnya yang luar biasa membawanya ke Akademi Peacock, tempat di mana potensi tersembunyinya mulai terungkap.
Pertemuannya dengan Dekan Fu Dai menjadi titik balik penting dalam hidup Ling. Bimbingan khusus dari sang Dekan membuka jalannya untuk memahami dan mengendalikan 'Napas Pembekuan Roh', sebuah kekuatan unik yang misterius. Latihan yang keras dan pengetahuan yang ia dapatkan di akademi perlahan mengikis kebingungannya dan mengasah kemampuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghalang Dimensional skala besar
Tiba-tiba, Lucifer menyeringai licik, meskipun terdesak. "Kalian pikir ini sudah berakhir? Kalian salah besar!" Ia mengangkat tangannya dan menjentikkan jari. Seketika, dari dalam retakan dimensi, muncul dua sosok pangeran neraka baru yang belum mereka lihat sebelumnya. Aura kegelapan mereka begitu pekat hingga membuat cahaya di sekitar mereka meredup.
"Sial! Ada bala bantuan!" geram Lord Lancelot, pedangnya bersinar semakin terang.
"Kita harus bertindak cepat!" seru Lord Xavier, mantra-mantranya semakin cepat dan kuat.
Lord Rafaela mengerahkan seluruh energinya, perisai cahaya sucinya semakin melebar, melindungi semua sekutunya. "Aku akan mencoba menutup retakan itu sekarang! Beri aku waktu!"
Lord Alex dan Lord Luna mengangguk serempak dan semakin meningkatkan serangan mereka, mencoba menahan para pangeran neraka yang semakin banyak. Ling, yang kini berdiri di belakang Lord Rafaela, meskipun masih gemetar, merasakan tanggung jawab yang besar. Ia mungkin bukan pejuang yang kuat, tapi ia tidak akan lari lagi. Ia akan melakukan apapun yang ia bisa, sekecil apapun itu, untuk membantu.
Dengan tekad yang membara di dadanya, Ling memfokuskan energinya sekali lagi. Ia mungkin tidak bisa melenyapkan kegelapan atau menciptakan ilusi yang sempurna, tapi ia memiliki suara yang kuat. Ia menarik napas dalam-dalam dan melepaskan raungan yang lebih terarah kali ini, mencoba mengganggu konsentrasi para pangeran neraka dan memberikan waktu bagi Lord Rafaela untuk menyelesaikan mantranya. Raungannya bergema di medan pertempuran, meskipun tidak sekuat sebelumnya, namun cukup untuk membuat para iblis menoleh dan terkejut sesaat.
Lucifer mendesis marah, matanya tertuju pada Ling. "Bocah sialan! Kau benar-benar menguji kesabaranku!" Namun, perhatiannya terpecah, dan Lord Lancelot memanfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan tebasan pedang yang mengenai sayap iblis itu, membuatnya meraung kesakitan.
Lord Rafaela, melihat kesempatan itu, memfokuskan seluruh cahaya sucinya ke arah retakan dimensi untuk membantu Lord Xavier. Mantra penutupnya mencapai klimaks, dan gelombang energi cahaya yang dahsyat menyebar, menghantam tepi retakan dengan kekuatan yang luar biasa. Retakan itu bergetar hebat, cahaya merah gelapnya malah semakin menguar.
Dan Ling yang telah di kirimkan oleh Lord Xavier keluar dari daerah pertempuran terjadi, segera pergi kembali ke Akademi untuk memberitahukan kabar yang dirinya ketahui.
Para pangeran neraka tersenyum sinis, ketika melihat para Lord manusia itu mencoba mencegah penutupan paksa pintu dimensi mereka. Namun, para Lord Manusia bertahan dengan gigih, didorong oleh harapan dan tekad untuk melindungi dunia mereka.
Dengan retakan dimensi yang menganga di langit, memancarkan cahaya merah gelap yang berdenyut-denyut dan terus memuntahkan pasukan iblis, para Lord Manusia menyadari bahwa menutupnya secara paksa saat ini akan terlalu berbahaya dan mungkin sia-sia.
Mereka harus mengambil tindakan defensif segera untuk mencegah gelombang iblis menerjang dan menyebar. Keputusan cepat diambil: sebuah ide berani muncul, sebuah tindakan yang membutuhkan seluruh kekuatan dan kerjasama mereka; menciptakan penghalang sekala besar.
"Kita harus menahan mereka sebentar!" seru Lord Lancelot, menebaskan pedang hitam kemerahannya dengan liar, memaksa Lucifer dan Asmodeus mundur.
"Mantra pengikat abadi!" Lord Xavier kembali merapal mantra, kali ini dengan fokus yang lebih besar. Rantai-rantai energi biru yang lebih tebal dan bercahaya muncul dari tanah, melilit tubuh tujuh pangeran neraka beserta Beelzebub dan Leviathan yang baru saja datang, mengikat gerakan lincah dan kekuatan dahsyat mereka.
Lord Luna, dengan mata terpejam, mengerahkan seluruh konsentrasinya. Ilusi-ilusi yang ia ciptakan kini menjadi lebih kompleks dan nyata. Ia menciptakan ilusi jurang tak berdasar di depan Mammon, membuatnya ragu dan menghentikan serangannya. Ia juga menciptakan ilusi rantai energi biru yang tampak mengikat Zagan, meskipun iblis itu dengan cepat menyadari ketidak nyataannya, namun cukup untuk memperlambatnya.
"Kita tidak bisa mengalahkan mereka di sini dan sekarang," seru Lord Alex, suaranya bergema penuh tekad. "Kita harus membeli waktu! Kita buat penghalang!"
Lord Xavier mengangguk, wajahnya penuh konsentrasi. "Penghalang Dimensional skala besar!" Ia mulai merapal mantra-mantra kuno dengan kekuatan yang belum pernah ia kerahkan sebelumnya. Energi biru yang cemerlang memancar dari tubuhnya, naik ke langit seperti pilar cahaya.
Lord Luna, dengan mata terpejam, mengerahkan seluruh daya imajinasinya. Ilusi yang ia ciptakan kali ini bukan lagi sekadar pengalih perhatian, melainkan fondasi dari penghalang itu sendiri. Ia membayangkan dinding energi merah muda yang menjulang tinggi tak berujung, memisahkan daratan tempat mereka berdiri dari wilayah di sekitar retakan dimensi.
"Lancelot, Rafaela, energi inti!" perintah Lord Alex, pedang Cahayanya memancarkan aura yang sangat kuat dengan dirinya yang mulai merapal mantra.
Lord Lancelot mengangguk. "Cahaya kekacauan kehampaan, pilar abadi!" Gelombang cahaya merah pekat dengan sedikit garis hitam yang menyilaukan terpancar dari tubuhnya, menyatu dengan energi biru Lord Xavier dan ilusi merah muda Lord Luna, memberikan struktur dan kekuatan yang nyata pada penghalang yang sedang terbentuk.
Lord Rafaela, dengan aura cahaya suci yang memancar lebih terang dari sebelumnya, bertindak sebagai jangkar dan pelindung. "Cahaya suci, ikatan waktu!" Lapisan energi suci yang berkilauan mengalir dari tubuhnya, melapisi seluruh penghalang yang menjulang ke langit, memberikan kekuatan untuk menahan energi gelap para iblis dan yang lebih penting, menstabilkannya dalam jangka waktu yang lebih lama.
Kekuatan gabungan kelima Lord Manusia menciptakan sebuah penghalang energi raksasa yang membentang dari ufuk ke ufuk, menjulang tinggi hingga menembus awan. Penghalang itu berkilauan dengan perpaduan warna hitam kemerahan, biru, merah muda, putih, dan emas, memisahkan dunia manusia dari area di sekitar retakan dimensi yang kini dipenuhi dengan para pangeran neraka dan pasukan iblis yang tak terhitung jumlahnya.
Para pangeran neraka meraung frustrasi saat menyadari bahwa jalan mereka terhenti oleh dinding energi yang maha besar ini. Lucifer menyerang penghalang itu dengan keganasan yang luar biasa, namun penghalang itu bergemuruh dan tetap kokoh.
"Kalian pikir bisa mengurung kami?!" raung Lucifer dengan amarah yang membara.
Lord Lancelot, dengan napas terengah-engah namun tatapan mata penuh tekad, menjawab, "Penghalang ini akan menahan kalian... setidaknya selama satu tahun."
Lord Xavier menambahkan, "Itu akan memberi kita waktu... waktu untuk menyusun rencana dan memulihkan tenaga serta mencari bala bantuan."
Penghalang raksasa itu berdiri sebagai garis pemisah yang jelas antara harapan dan kehancuran, memberikan umat manusia setahun untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman yang tak terhindarkan.
Sementara itu, Ling, dengan sisa-sisa energinya yang terkuras dan tubuh yang masih gemetar hebat, akhirnya tiba di gerbang Akademi Peacock. Cahaya lentera yang tergantung di gerbang tampak menari-nari di matanya yang berkaca-kaca. Ia berjalan terhuyung-huyung memasuki halaman akademi yang sunyi, mencari sosok yang bisa ia mintai bantuan.
Ia menemukan Tuan Fu Bai di ruang kerjanya, yang tampak remang-remang diterangi cahaya lilin. Beberapa profesor senior juga berada di sana, wajah mereka tegang dan penuh kekhawatiran, jelas sedang membahas sesuatu yang serius.
"Ling! Kamu dari mana saja?!" seru Tuan Fu Bai dengan nada marah yang bercampur dengan kelegaan yang kentara saat melihat muridnya yang hilang. "Kami semua khawatir! Aku memerintahkanmu untuk kembali ke asrama!"
Ling berjalan mendekat, langkahnya lemah dan tidak mantap. "Tuan... saya... saya melihat..." Suaranya tercekat, kenangan mengerikan dari medan pertempuran kembali menghantuinya.
"Melihat apa, Ling?" tanya Profesor Mei, salah satu profesor senior, dengan nada lembut namun cemas. "Apa yang terjadi di luar sana? Apakah kamu terluka?"
Ling menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang masih berdebar kencang. "Saya... saya pergi ke arah para Lord Manusia pergi..." Ia menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menceritakan apa yang telah ia saksikan. "Saya melihat... Lucifer."
Keheningan seketika menyelimuti ruangan. Ekspresi khawatir para profesor berubah menjadi keterkejutan dan ketidakpercayaan. Tuan Fu Bai menatap Ling dengan mata terbelalak, seolah kata-kata muridnya adalah sesuatu yang mustahil.
"Apa katamu, Ling?" tanya Tuan Fu Bai dengan suara pelan namun penuh tuntutan, seolah takut memecah keheningan yang rapuh. "Lucifer? Di sini? Di dunia kita?"
Ling mengangguk lemah, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. "Ya, Tuan. Saya melihatnya... dan para Lord Manusia... mereka bertarung melawannya. Ada... ada tujuh pangeran neraka juga." Suaranya bergetar saat ia mencoba menggambarkan pemandangan mengerikan yang terukir jelas di benaknya. "Pertarungan yang... mengerikan. Kekuatan yang luar biasa... cahaya dan kegelapan bertabrakan..."
Ia melanjutkan ceritanya dengan suara yang semakin lancar, meskipun sesekali tersendat oleh emosi yang masih kuat. Ia menceritakan tentang retakan dimensi yang menganga di langit, memuntahkan cahaya merah gelap yang menakutkan. Ia menggambarkan sosok Lucifer yang angkuh dan para pangeran neraka dengan aura kegelapan yang mengancam.
Ling juga menceritakan tentang para Lord Manusia: Lord Lancelot dengan pedang hitam kemerahannya yang garang, Lord Alex dengan cahaya murninya pedang cahayanya yang menyilaukan, Lord Luna dengan ilusi-ilusi yang membingungkan, Lord Rafaela dengan cahaya sucinya yang menenangkan namun kuat, dan Lord Xavier dengan mantra-mantra kunonya yang mengikat. Ia menceritakan bagaimana mereka bertarung dengan gagah berani untuk melindungi dunia mereka.
Kemudian, dengan suara yang lebih rendah dan penuh penyesalan, Ling menceritakan tentang tindakan bodohnya, tentang Raungan Gema Samudra yang mengganggu jalannya pertempuran.
Namun, di tengah kengerian itu, Ling juga mengingat momen ketika para Lord Manusia bersatu, mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk menciptakan penghalang raksasa yang menjulang ke langit, memisahkan dunia mereka dari ancaman neraka. Ia menggambarkan dinding energi yang berkilauan dengan berbagai warna, sebuah pemandangan yang menakjubkan sekaligus menakutkan.
Akhirnya, dengan suara yang hampir berbisik, Ling mencapai bagian yang paling penting. "Tuan... sebelum gerbang terbuka sepenuhnya... saya melihat sesuatu yang aneh. Lucifer... dia seperti... menusuk sesuatu di udara, tepat di retakan itu. Itu... itu seperti belati hitam. Tapi energinya... terasa sangat kuat, sangat gelap. Setelah dia melakukannya... gerbang itu terbuka lebih lebar."
Saat Ling menyelesaikan ceritanya, keheningan yang lebih dalam menyelimuti ruangan. Wajah Tuan Fu Bai dan para profesor tampak pucat pasi, tercengang oleh skala ancaman yang baru saja mereka dengar dan informasi penting yang dibawa oleh murid muda mereka. Tatapan mereka beralih dari Ling ke satu sama lain, dipenuhi dengan kekhawatiran dan pemikiran yang intens. Informasi tentang "kunci" hitam Lucifer mungkin adalah harapan terakhir mereka.
Di Akademi Peacock, setelah mendengar laporan Ling tentang belati hitam Lucifer, Tuan Fu Bai dan para profesor menyadari betapa pentingnya informasi ini. Jika penghalang hanya bertahan selama setahun, mereka harus memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin.
"Kunci..." gumam Tuan Fu Bai, wajahnya penuh pemikiran. "Jika kita bisa menghancurkan atau mengambil kunci itu..."
"Itu mungkin satu-satunya cara untuk menutup gerbang neraka," timpal Profesor Long. "Kita harus menyampaikan informasi ini kepada para Lord secepat mungkin."
Namun, bagaimana cara menyampaikan pesan penting ini? Setahun mungkin terasa lama, tetapi dalam menghadapi ancaman neraka, waktu adalah komoditas yang sangat berharga. Rencana harus segera dibuat, dan harapan dunia kini bergantung pada kecerdikan dan keberanian para Lord Manusia dan sekutu-sekutu mereka.
setelah menyampaikan informasi kursial mengenai apa yang dirinya saksikan kepada Tuan Fu Bai dan para Profesor, Ling merasa tubuh dan pikirannya teramat lelah. ia di antar kembali ke asramanya yang sudah di tinggal oleh dirinya selama sepuluh tahun selama dirinya berlatih secara tertutup dengan Tuan Fu Bai. dia segera beristirahat, di hari-hari berikutnya di Akademi Peacock terasa aneh. Meskipun kehidupan berjalan seperti biasa bagi sebagian besar murid, di balik layar, para peninggalan akademis sedang sibuk mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Ling sendiri, yang kala berpisah dengan Fang Yin dan Song Kang saat dirinya berusia delapan tahun, kini telah menginjak usia delapan belas tahun. sepuluh tahun berlalu terasa seperti mimpi, di isi dengan latihan berat dan keras dari Tuan Fu Bai yang telah membuatnya mengetahui bagaimana cara menguasai teknik-teknik rahasianya dan membuatnya sebuah kehidupan yang mengerikan yang telah ia saksikan selama perjalanan ketika melakukan latihan tertutup, tetapi pertempuran antara Lord Manusia dan para pangeran neraka itu adalah hal paling menakutkan yang pernah dirinya lihat. ia merasa ada jurang pemisah akibat pengalaman traumatisnya.
Suatu sore, saat Ling sedang duduk termenung di dekat jendela kamarnya, pintu tiba-tiba terbuka. Dua sosok yang familiar namun tampak lebih dewasa menyembul masuk dengan senyum lebar di wajah mereka. Itu adalah Fang Yin, yang rambut hitamnya kini tergerai panjang dan anggun, dan seorang pemuda dengan aura kepemimpinan yang lebih kuat, yang dikenal di akademi sebagai Song Kang – meskipun sepuluh tahun lalu ia masih berusia lima belas tahun dan kini telah menjadi pemuda dua puluh lima tahun yang gagah.
"Ling!" seru Fang Yin dengan nada lega bercampur haru, melangkah masuk dengan langkah riang namun penuh keanggunan.
Rambutnya bergerak lembut mengikuti gerakannya. "Kami mencarimu! Lama sekali kita tidak bertemu untuk mengobrol."
Song Kang, yang dulu dikenal pemalas namun selalu ceria di dekat Ling, kini berdiri tegak dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya yang lebih dewasa. "Ling! Astaga, lihatlah kau! Sudah sepuluh tahun berlalu, kau sudah besar sekali!" Nada suaranya yang dulu kekanakan kini lebih dalam dan mantap, namun keceriaan khasnya tetap terpancar.
Ling terkejut melihat kedatangan mereka. Sepuluh tahun adalah waktu yang lama, dan meskipun ia masih mengenali wajah-wajah itu, ada rasa canggung dan keasingan yang menyelimuti pertemuan kembali ini. Ia terakhir kali melihat mereka saat ia masih kanak-kanak
" Kak Fang Yin... Bang Song Kang..." sapa Ling dengan suara serak, sedikit terkejut dan merasa sedikit pangling. "Kalian... sudah lama sekali."
Fang Yin dan Song Kang masuk sepenuhnya ke dalam kamar dan duduk di tepi tempat tidur Ling. Wajah mereka menunjukkan kehangatan dan kerinduan yang tulus.
"Benar sekali," kata Fang Yin lembut, meraih tangan Ling yang terasa sedikit dingin. Rambutnya yang tergerai menyentuh lengan Ling dengan lembut. "Sepuluh tahun... terasa seperti seumur jagung. Tapi kami tidak pernah melupakanmu."
Song Kang mengangguk setuju dengan semangat, meskipun senyum cerianya sedikit meredup karena melihat raut wajah Ling yang masih menyimpan kesedihan. "Kami mendengar tentang apa yang terjadi, Ling. Tentang hutan keramat... dan para Lord. Kami tahu itu pasti berat bagimu."
Ling menatap kedua sahabatnya. Fang Yin kini tampak lebih dewasa dan anggun, namun matanya masih menyimpan kebaikan yang sama. Song Kang, yang dulu selalu tampak santai, kini memiliki aura yang lebih bertanggung jawab, meskipun senyum cerianya saat bersamanya masih sama seperti dulu.
"Banyak yang terjadi," jawab Ling pelan, mencoba mengatasi rasa canggungnya. "Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana."
Fang Yin menggenggam tangan Ling lebih erat, memberikan sedikit semangat melalui sentuhannya. "Mulai saja dari sekarang, Ling. Kita di sini untukmu. Kita sahabat, ingat?"
Song Kang menyingkirkan Fang Yin dan merangkul bahu Ling dengan hangat, senyum cerianya kembali merekah. "Benar! Kita sudah seperti saudara sejak kamu kecil, selalu bersama. Jangan merasa sendiri lagi."
Kata-kata tulus kedua sahabatnya menyentuh hati Ling. Ia merasakan kehangatan persahabatan mereka yang dulu kembali merayap dalam dirinya, mengusir sebagian kesepian yang selama ini ia rasakan.
Melihat mereka yang dulu adalah teman masa kecilnya kini telah tumbuh menjadi sosok dewasa yang peduli, Ling merasa ada secercah harapan setelah sepuluh tahun yang penuh dengan kesendirian dan kesepian yang selalu menemaninya.
"Terima kasih," ucap Ling dengan suara tercekat, air mata haru mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Terima kasih, Kak Fang Yin, Bang Song Kang. Senang sekali... bertemu kalian lagi."
Untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, Ling merasa tidak lagi sendirian dalam menjalani hari-hari. Ia memiliki teman-teman yang mengingatnya, yang peduli padanya, dan mungkin, bersama mereka, ia bisa menghadapi apa pun yang akan terjadi setelah Penghalang Dimensional itu runtuh dan serangan para iblis di lancarakan.