Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.
Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.
Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.
Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.
Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Tarian Air
Gema dari suara gong terakhir itu tidak langsung menghilang. Bunyinya seolah menggantung di udara, bergetar merambat melalui lantai batu dingin hingga menembus sol sepatu ribuan penonton, menciptakan sebuah frekuensi rendah yang menekan dada.
Keheningan mutlak yang mencekik turun menyelimuti kawah raksasa itu. Tidak ada sorakan, tidak ada ejekan, bahkan suara jangkrik malam di hutan sekitar pun seolah mati ketakutan.
Di tengah arena, Wasit Utama dengan bekas luka bakar di lehernya, seorang kultivator Foundation Establishment Tahap Menengah berdiri tegak dengan tangan bersedekap. Ekspresinya tenang, namun matanya yang terlatih menyipit tajam.
Sebagai veteran yang telah mengawasi ratusan duel, biasanya pertarungan tingkat Qi Condensation baginya hanyalah tontonan anak kecil yang membosankan. Namun kali ini, 'Indra Spiritual'-nya menangkap sesuatu yang menggelitik kulitnya.
Dia merasakan perisai Qi otomatis yang melindungi tubuhnya berkedip pelan.
'Menarik...' batin sang Wasit.
Dari sisi timur, dia merasakan ketajaman pedang Jiang Wuqing yang menusuk-nusuk halus, mencoba mencari celah di perisai udaranya. Itu adalah Sword Intent setengah matang sebuah konsep yang seharusnya mustahil dipahami oleh bocah ingusan.
Sementara dari sisi barat, dia merasakan bobot berat dari Ling Tian yang membuat aliran Qi di sekitar kakinya menjadi lambat dan lengket.
'Dua monster kecil,' pikir Wasit itu sambil menyeringai tipis. 'Seekor macan mungkin tidak takut pada kucing, tapi jika kucing itu memiliki cakar beracun dan satunya lagi membawa palu godam, tentu saja aku harus sedikit waspada agar seragamku tidak kotor.'
Dia tidak mundur karena takut. Dia mundur karena dia tahu, standar penghalang arena untuk murid pemula mungkin tidak akan cukup menahan dampak benturan mereka berdua.
Wasit itu menghentakkan kakinya ke lantai.
DUM!
Sebuah gelombang energi transparan menyebar dari kakinya, memperkuat formasi pelindung di sekeliling panggung agar puing-puing tidak melukai penonton.
"Kalian berdua," suara Wasit tenang namun berat, menekan dada Ling Tian dan Jiang Wuqing sejenak untuk memastikan mereka mendengar. "Jangan menahan diri. Hancurkan panggungnya jika perlu. Aku yang akan menahannya."
Dia mengangkat tangan kanannya, lalu membelah udara dengan tegas.
"FINAL... DIMULAI!"
Di tribun kehormatan, Tetua Penegak Hukum Mo Xing yang sedari tadi duduk mematung, kini mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran kursi.
"Lihat itu," gumam Tetua Mo datar. "Perisai otomatis Wasit Han bereaksi. Jarang sekali terjadi di turnamen murid luar."
"Bakat adalah satu hal, tapi 'Niat Membunuh' adalah hal lain," sahut Tetua Tamu dari Istana Shenxiao di sebelahnya, matanya berbinar tertarik. "Jiang Wuqing tajam seperti silet baru, tapi anak bernama Ling Tian itu... auranya pekat dan amis seperti golok penjagal tua. Ini bukan lagi kompetisi olahraga, Tetua Mo. Ini akan jadi menarik."
Tetua Tie dari Divisi Penempaan mendengus, melipat tangannya yang kekar. "Pedang anak itu... aku bisa merasakan sesuatu yang lain dari pedang besinya."
Angin malam di Arena Pedang Langit tiba-tiba berhenti berhembus.
Bukan karena alam menjadi tenang, melainkan karena tekanan spiritual yang terpancar dari dua titik di tengah arena telah membekukan aliran udara.
Di sisi timur, Jiang Wuqing berdiri tegak dengan pedang Autumn Water di tangannya. Bilah pedang itu tipis, transparan seperti kristal, dan memancarkan cahaya perak yang menyilaukan mata. Di sekeliling kakinya, debu-debu halus tidak jatuh ke tanah, melainkan melayang dan terpotong-potong menjadi partikel mikroskopis.
Di sisi barat, Ling Tian berdiri dengan kuda-kuda rendah yang canggung. Pedang raksasa Embrio Void dipegangnya dengan kedua tangan, namun siapa pun yang jeli bisa melihat bahwa beban pedang itu 80% ditopang oleh tangan kiri dan bahunya. Tangan kanannya yang diperban tebal hanya menempel sekadar untuk menjaga keseimbangan gagang.
"Bocah," suara Tuan Kun terdengar tajam di dalam benak Ling Tian, nadanya penuh dengan omelan seorang guru yang frustrasi. "Kau tahu kenapa tangan kananmu gemetar seperti orang kena penyakit ayan?"
'Diam dulu, Tuan Kun. Aku sedang fokus,' batin Ling Tian, keringat dingin mulai menetes di pelipisnya. Rasa sakit di tangan kanannya berdenyut liar, seirama dengan detak jantungnya.
"Aku harus menjelaskannya agar otak udangmu itu paham!" bentak Tuan Kun tanpa ampun. "Kau tadi memaksakan teknik hisapan Devour lewat perantara benda mati. Kau menjadikan lengan kananmu sebagai pipa penyalur untuk menyedot ledakan energi mayat itu masuk ke Dantian."
"Bayangkan sebuah bendungan raksasa yang airnya dipaksa keluar lewat sedotan bambu kecil. Apa yang terjadi? Sedotannya pecah! Meridian di lengan kananmu itu sekarang seperti daging cincang yang dipanggang. Dinding saluran energimu hangus. Kalau kau memaksakan mengalirkan Qi lewat sana untuk menyerang, tanganmu akan meledak sebelum pedangmu sampai ke leher Jiang Wuqing!"
Ling Tian menggertakkan gigi. Dia tahu itu. Pipa penyalurnya rusak. Dia seperti pendekar pedang yang kehilangan separuh jiwanya.
"Sudah selesai diskusinya dengan 'teman imajiner'-mu?" tanya Jiang Wuqing tiba-tiba.
Ling Tian tersentak.
Jiang Wuqing tersenyum tipis, pedangnya diarahkan miring ke tanah. "Matamu tidak fokus padaku tadi. Kau sedang mendengar sesuatu yang tidak bisa kudengar. Tapi tak masalah..."
Mata Jiang Wuqing menyipit. Aura di sekelilingnya meledak. "...karena aku tidak akan menunggu."
WUSH!
Sosok Jiang Wuqing menghilang.
Bukan menghilang karena kecepatan kaki seperti Ghost Flicker Step milik Ling Tian yang kasar dan meledak-ledak. Jiang Wuqing menghilang seperti uap air. Gerakannya begitu halus, tanpa suara hentakan kaki, tanpa gesekan baju.
Tiba-tiba dia sudah ada tiga langkah di depan Ling Tian.
"Teknik Pedang Rippling Water!"
Pedang Autumn Water menusuk lurus. Bukan satu tusukan. Dalam satu kedipan mata, pedang itu bergetar, menciptakan ilusi sembilan ujung pedang yang menusuk sembilan titik vital Ling Tian secara bersamaan. Leher, jantung, mata, ulu hati... semuanya menjadi target dalam satu waktu.
Cepat! Sangat cepat!
Ling Tian tidak bisa melihat mana pedang yang asli. Matanya tidak bisa mengikuti, tapi insting Kunpeng-nya berteriak: Dada Kiri!
Ling Tian tidak mencoba menangkis dengan teknik. Dia membanting tubuhnya ke samping, lalu menarik pedang raksasanya ke atas untuk menutupi dadanya.
TANG!
Suara benturannya jernih dan menyakitkan telinga.
Ujung pedang Jiang Wuqing menghantam permukaan kasar Embrio Void.
Dampak fisiknya tidak besar. Tapi Ling Tian merasakan sesuatu yang aneh. Tenaga dari tusukan itu tidak berhenti saat benturan. Tenaga itu... seakan mengalir.
Seperti air yang menabrak batu karang, tenaga tusukan itu "tumpah" melewati sisi pedang raksasa Ling Tian, berbelok di udara, dan menyayat bahu kiri Ling Tian.
SRAAAK!
Darah muncrat, jubah goni Ling Tian robek. Sebuah luka sayatan tipis namun dalam muncul di bahunya, seolah-olah pedang Jiang Wuqing bisa membengkokkan hukum fisika.
Ling Tian terdorong mundur dua langkah.
"Qi-nya..." desis Ling Tian. "Qi-nya berbelok?"
"Itu Flowing Force!" teriak Tuan Kun. "Dia tidak memukulmu dengan pedangnya melainkan memukulmu dengan gelombang! Pedang besimu tentu bisa menahan pedangnya, tapi tidak bisa menahan getaran Qi-nya! Mundur, Bodoh!"
Jiang Wuqing tidak memberi jeda. Dia melangkah maju lagi, gerakannya anggun seperti tarian kematian.
"Air tidak pernah bertarung melawan batu, Ling Tian," kata Jiang Wuqing tenang. "Air hanya mengalir melewatinya."
SRAT! SRAT! SRAT!
Tiga tebasan lagi datang.
Ling Tian memblokir semuanya dengan pedang raksasanya. Dia menjadikan senjata besarnya sebagai tembok benteng.
TANG! TANG! TANG!
Tapi setiap kali dia berhasil memblokir bilah pedang fisik itu, tubuhnya tetap terluka. Paha kanannya tergores. Pipi kirinya robek. Iga kanannya terasa nyeri seolah dipukul palu dari jarak jauh.
Darah mulai membasahi tubuh Ling Tian. Dalam sepuluh detik pertama, dia sudah menjadi samsak hidup.
Penonton di tribun menahan napas. Perbedaan kelasnya terlalu jauh.
"Sudah berakhir," gumam seorang murid senior di tribun. "Gaya tarung kasar Ling Tian tidak berguna melawan teknik tingkat tinggi. Dia seperti kerbau yang disembelih pelan-pelan."
Di arena, Ling Tian terengah-engah. Dia mundur lagi, kakinya menyeret di lantai batu.
"Sialan," umpat Ling Tian, meludah darah. "Orang ini licin sekali."
Jiang Wuqing berhenti menyerang. Dia berdiri lima langkah di depan Ling Tian, pedangnya bersih tanpa noda darah setetes pun.
"Kau kecewa, Ling Tian?" tanya Jiang Wuqing. "Kau berharap adu kekuatan? Sayangnya, kultivasi bukan soal siapa yang paling kuat mengangkat batu. Kultivasi adalah sebuah pemahaman. Menyerahlah. Tangan kananmu sudah mencapai batasnya."
Ling Tian menunduk, menatap tangan kanannya yang diperban. Darah segar mulai merembes keluar. Sakitnya luar biasa.
Tapi kemudian... bahu Ling Tian berguncang. Dia tertawa. "Hah... hahaha..."
Ling Tian mendongak. Matanya yang hitam pekat kini menyala. Pupil vertikalnya terbuka lebar, memancarkan aura biru samar yang buas.
"Kau benar, Tuan Muda," kata Ling Tian, suaranya serak namun penuh gairah. "Teknikku sampah. Aku tidak tahu cara menari indah sepertimu."
Ling Tian melepaskan tangan kanannya dari gagang pedang. Dia membiarkan tangan kanannya yang terluka itu tergantung lemas di sisi tubuh.
Kini, dia memegang pedang raksasa seberat ratusan kilogram itu... hanya dengan tangan kirinya.
Otot lengan kiri Ling Tian membengkak, urat-uratnya menonjol seperti cacing raksasa. Tulang Besi Kunpeng-nya berderit menahan beban yang tidak masuk akal itu.
"Tapi guruku yang cerewet pernah bilang..." Ling Tian menyeringai lebar, menampilkan gigi-giginya yang bernoda darah.
"...jika kau tidak bisa menangkap air dengan jaring..."
Ling Tian mengangkat pedang raksasanya tinggi-tinggi dengan satu tangan.
"...maka kau harus KERINGKAN SAJA LAUTANNYA!"
WOOOOONG!
Aura hitam pekat meledak dari tubuh Ling Tian. Bukan Qi biasa. Itu adalah aura seorang Predator.
Di belakang punggung Ling Tian, bayangan samar seekor ikan raksasa yang menutupi langit terbentuk sekilas dari uap darahnya sendiri.
Para Tetua di panggung VIP terlonjak kaget. "Totem apa itu?! Iblis Laut?!"
Tuan Kun di dalam kepalanya bersorak gila. "ITU DIA! JANGAN JADI MANUSIA! JANGAN COBA MENIRU TEKNIK PEDANG MANUSIA! JADILAH BENCANA ALAM ITU SENDIRI!"
"Jiang Wuqing!" teriak Ling Tian.
Dia tidak menunggu diserang. Dia melompat maju. Lantai pijakannya hancur lebur. Kecepatannya meledak dua kali lipat dari sebelumnya. Dia mengabaikan rasa sakit, mengabaikan pertahanan.
Dia menjadikan pedang raksasa itu sebagai perpanjangan dari rasa laparnya.
"TEKNIK PEDANG BERAT GERHANA!"
Ini bukan teknik dari aula buku sekte. Ini adalah teknik yang baru saja dia ciptakan detik ini juga, gabungan dari Heavy Sword Art dan konsep Devour.
Pedang itu diayunkan secara vertikal. Bukan untuk memotong Jiang Wuqing. Tapi untuk memakan ruang di mana Jiang Wuqing berdiri.
Bilah pedang hitam itu memancarkan daya hisap gravitasi yang mengerikan. Udara, debu, cahaya, dan bahkan Sword Intent Jiang Wuqing ditarik paksa ke arah bilah pedang itu.
Mata Jiang Wuqing membelalak untuk pertama kalinya. Ketenangannya pecah.
Dia mau menghindar ke samping seperti air, tapi tubuhnya terasa berat! Gravitasi di sekitarnya kacau. Dia ditarik mendekat ke arah pedang Ling Tian!
"Apa?!"
Jiang Wuqing tidak bisa menghindar. Dia dipaksa bertahan.
"Perisai Air Musim Gugur!"
Jiang Wuqing menyilangkan pedangnya, mengerahkan seluruh Qi Tingkat 5-nya untuk menciptakan dinding air spiritual yang berputar deras.
BLAAAAAARRRRRR!
Pedang raksasa Ling Tian menghantam perisai pedang Jiang Wuqing.
Tidak ada suara dentingan logam. Yang ada adalah suara ledakan yang memekakkan telinga.
Lantai arena di bawah kaki Jiang Wuqing amblas sedalam setengah meter seketika.
"Ugh!" Jiang Wuqing mengerang, lututnya menekuk gemetar. Wajah tampannya memerah menahan beban ribuan kilogram yang dijatuhkan dari langit. Pedang Autumn Water-nya melengkung parah, berjerit kesakitan di ambang batas kehancuran.
"Kau bilang air mengalir?!" raung Ling Tian dari atas, menekan pedangnya semakin kuat dengan tangan kirinya yang gemetar.
"COBA ALIRKAN GUNUNG INI!"