NovelToon NovelToon
Koki Cantik Penyelamat Kaisar

Koki Cantik Penyelamat Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Time Travel / Cinta Seiring Waktu / Masuk ke dalam novel / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Laila ANT

Han Qiu, seorang penggemar berat street food, tewas akibat keracunan dan bertransmigrasi ke dalam tubuh Xiao Lu, pelayan dapur di era Dinasti Song. Ia terkejut mendapati Dapur Kekaisaran dikuasai oleh Chef Gao yang tiran, yang memaksakan filosofi 'kemurnian'—makanan hambar dan steril yang membuat Kaisar muda menderita anoreksia. Bertekad bertahan hidup dan memicu perubahan, Han Qiu diam-diam memasak hidangan jalanan seperti nasi goreng dan sate. Ia membentuk aliansi dengan Kasim Li dan koki tua Zhang, memulai revolusi rasa dari bawah tanah. Konfliknya dengan Chef Gao memuncak dalam tuduhan keracunan dan duel kuliner akbar, di mana Han Qiu tidak hanya memenangkan hati Kaisar tetapi juga mengungkap kejahatan Gao. Setelah berhasil merestorasi cita rasa di istana, ia kembali ke dunia modern dengan misi baru: memperjuangkan street food yang lezat sekaligus higienis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila ANT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesunyian Istana

Ketakutan itu bukanlah jenis yang membuat jantung berdebar liar atau napas tersengal-sengal. Ini adalah teror yang dingin dan senyap, merayap masuk melalui pori-pori kulit dan membekukan sumsum tulang. Ketakutan yang lahir dari pemahaman bahwa di hadapan wanita ini, kau bukan lagi manusia, melainkan sekadar objek yang bisa dinilai, dibersihkan, atau dibuang sesuka hati. Chef Gao tidak perlu berteriak seperti sang mandor. Keheningannya adalah senjata yang jauh lebih mematikan.

Matanya yang setajam silet itu akhirnya beralih dari Han Qiu, seolah sosok ringkih di lantai itu bahkan tidak layak mendapat perhatian lebih dari sedetik. Tatapannya kini tertuju pada barisan pelayan yang sedang menyortir beras di sudut lain. Ia melayang ke arah mereka, jubah putihnya tidak tersentuh oleh debu lantai yang baru saja digosok Han Qiu.

Ia berhenti di depan seorang gadis muda yang wajahnya sudah sepucat kertas beras. Tanpa sepatah kata pun, Chef Gao mengambil segenggam beras dari nampan bambu gadis itu, mengangkatnya mendekati cahaya remang dari jendela.

Seluruh dapur menahan napas. Suara detak jantung Han Qiu sendiri terasa memekakkan telinga.

Chef Gao memiringkan telapak tangannya. Butiran-butiran beras putih bersih itu mengalir turun, kembali ke nampan dengan suara gemerisik lembut. Semua, kecuali satu benda tipis, hitam, dan melengkung yang tertinggal di telapak tangannya yang bersarung.

Sehelai rambut.

Gadis itu gemetar hebat, isak tangis tertahan di tenggorokannya. Ia jatuh berlutut, dahinya nyaris menyentuh lantai.

"Ampun, Chef Gao... Hamba... hamba tidak sengaja..."

Chef Gao menatap helai rambut itu dengan ekspresi jijik, seolah ia sedang memegang bangkai seekor tikus. Ia tidak memandang gadis itu. Ia berbicara ke udara, suaranya datar dan tanpa emosi, tetapi setiap katanya menghantam laksana palu godam.

"Kemurnian adalah napas dapur ini. Kontaminasi adalah pengkhianatan. Bawa dia."

Dua penjaga yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu melangkah maju. Mereka menarik lengan gadis itu, menyeretnya keluar tanpa perlawanan. Gadis itu tidak berteriak, hanya isak tangisnya yang pilu memecah keheningan yang mencekik.

"Sepuluh cambukan dengan rotan bambu tipis," lanjut Chef Gao, masih dengan nada yang sama.

"Dan pastikan ia membersihkan kandang kuda selama sebulan. Di sana, rambutnya tidak akan mengotori apa pun."

Wanita itu kemudian menjentikkan helai rambut itu dari sarung tangannya, membuangnya seolah itu adalah sampah paling menjijikkan di dunia. Ia berbalik, menyapu pandangannya ke seluruh pelayan yang menunduk ketakutan, lalu melayang keluar dari dapur seanggun dan sesenyap saat ia masuk. Begitu bayangannya lenyap, udara di dalam ruangan seolah kembali mengalir.

Beberapa pelayan mengembuskan napas yang tanpa sadar mereka tahan, bahu mereka merosot. Mandor yang tadi sangar kini menyeka keringat dingin di dahinya.

Han Qiu terpaku di tempatnya, kain lap tergenggam erat di tangannya yang dingin. Sepuluh cambukan. Sebulan di kandang kuda. Hanya karena sehelai rambut. Ini bukan sekadar disiplin. Ini adalah terorisme kuliner.

Di dunia modern, Han Qiu mungkin akan melaporkan ini ke serikat pekerja atau setidaknya memviralkannya di media sosial. Di sini, ia hanya bisa menelan ludah dan merasakan asam lambungnya naik.

"Kau! Xiao Lu!" bentak sang mandor, suaranya masih sedikit bergetar.

"Apa yang kau tunggu? Cepat selesaikan lantai itu dan pergi ke area pencucian! Sayuran untuk santap siang Yang Mulia harus sudah siap dalam satu jam!"

Dengan pikiran yang masih berkecamuk, Han Qiu bergegas menyelesaikan tugasnya. Area pencucian adalah serangkaian bak batu besar yang dialiri air bersih dari saluran bambu. Di sana, tumpukan sawi putih, lobak, dan bayam segar menanti. Untuk sesaat, hatinya sedikit terhibur. Setidaknya bahan-bahannya berkualitas tinggi.

Seorang pelayan wanita yang lebih tua, dengan wajah letih yang dipenuhi kerutan, menunjuk ke arahnya.

"Kau anak baru. Dengar baik-baik. Setiap jenis sayuran harus dicuci di tujuh bak yang berbeda. Gosok setiap helai daunnya sampai tidak ada lagi jejak tanah. Mengerti?"

"Tujuh bak?" Han Qiu tidak bisa menahan keterkejutannya.

"Tapi... itu akan menghilangkan semua sari dan rasanya. Lihat, air di bak ketiga saja sudah jernih."

Wanita itu menatapnya dengan pandangan ngeri, seolah Han Qiu baru saja mengucapkan mantra terlarang. Ia buru-buru meletakkan jarinya di bibir.

"Ssst! Jangan pernah bicara soal 'rasa' di sini! Perintah Chef Gao adalah 'kemurnian'. Makanan untuk Yang Mulia harus sebersih giok putih, sejernih air mata air. Tidak boleh ada rasa tanah, tidak boleh ada jejak kehidupan liar. Hanya esensi murninya."

"Tapi esensi dari sayuran itu ya rasanya!" balas Han Qiu dengan suara berbisik yang frustrasi.

"Kalau dicuci seperti ini, ini bukan lagi makanan, ini cuma serat pucat yang tidak berguna!"

"Lebih baik serat pucat daripada kepala yang menggelinding!" desis wanita itu tajam, matanya melirik ke sekeliling dengan cemas.

"Kau sudah lihat apa yang terjadi pada Mei tadi. Apa kau mau berakhir di kandang kuda juga? Atau lebih buruk? Lakukan saja tugasmu, tundukkan kepalamu, dan jangan banyak bertanya. Itu satu-satunya cara bertahan hidup di sini."

Wanita itu berbalik dan melanjutkan pekerjaannya dengan gerakan mekanis. Han Qiu menatap tumpukan sawi di tangannya. Ia bisa merasakan tekstur renyahnya, membayangkan rasa manis dan sedikit pahit yang akan keluar jika ditumis dengan sedikit bawang putih dan minyak wijen.

Tapi di sini, sayuran ini ditakdirkan untuk mati dua kali: sekali saat dipanen, dan sekali lagi saat semua kehidupannya dicuci bersih di bawah

air dingin.

Dengan hati yang berat, ia mulai mencuci. Bak pertama, airnya menjadi keruh. Bak kedua, sedikit keruh. Bak ketiga, nyaris jernih.

Bak keempat, kelima, keenam, ketujuh... airnya tetap sejernih kristal. Ia menggosok setiap daun sawi hingga warnanya memucat, urat-uratnya menjadi lembek, dan semua aroma segarnya lenyap, digantikan oleh bau air tawar yang hambar.

Ini adalah sebuah ritual penyiksaan, sebuah proses mumifikasi sayuran.

Seharian ia bekerja dalam keheningan yang menindas, hanya dipecah oleh suara air dan perintah-perintah singkat dari mandor. Ia melihat para koki lain bekerja. Mereka memotong daging dengan presisi geometris, membuang semua lemak tanpa sisa.

Mereka mengukus ikan tanpa bumbu apa pun, hanya dengan sedikit air garam. Mereka memasak bubur dari beras yang paling murni, merebusnya berjam-jam hingga menjadi pasta putih bening tanpa tekstur.

Han Qiu akhirnya mengerti. Ini bukan dapur, ini laboratorium. Makanan di sini bukanlah untuk dinikmati, melainkan untuk dianalisis. Chef Gao tidak sedang memasak, ia sedang melakukan pemurnian, menciptakan hidangan-hidangan steril yang secara teori sempurna, tetapi secara jiwa telah mati. Dan santapan mengerikan inilah yang setiap hari disajikan kepada sang Kaisar.

Pantas saja ada bisik-bisik kalau penguasa muda itu sakit-sakitan. Siapa pun akan kehilangan nafsu makan jika dipaksa menelan kehampaan tiga kali sehari.

Malam harinya, setelah bekerja lebih dari dua belas jam, tubuh Xiao Lu yang ringkih terasa seperti akan remuk. Ia ditugaskan membuang sisa arang dingin dari tungku-tungku raksasa.

Saat ia menyeret keranjang bambu yang berat menuju pintu belakang, ia melewati dua sosok yang sedang berbisik di lorong yang remang. Satu adalah tabib muda yang kadang ia lihat memeriksa persediaan herbal, dan yang satu lagi adalah seorang kasim tua dengan punggung bungkuk dan wajah yang tampak selalu berduka.

Naluri Han Qiu menyuruhnya untuk terus berjalan, tetapi sepotong kalimat dari kasim tua itu membuatnya berhenti di balik pilar kayu.

"...lagi-lagi tidak disentuh sama sekali?" bisik tabib muda itu, suaranya sarat akan kekhawatiran.

Kasim tua itu menghela napas panjang, sebuah suara yang terdengar seperti daun kering yang remuk.

"Hanya satu-dua suap, Tuan Tabib. Selebihnya hanya didorong menjauh. Tabib kepala sudah pusing tujuh keliling. Semua ramuan penguat sudah diberikan, tapi apa gunanya obat jika perutnya menolak makanan?"

"Aku tidak mengerti," balas sang tabib.

"Hidangan dari Chef Gao adalah yang paling bersih dan paling murni di seluruh kekaisaran. Tidak ada satu pun bahan yang bisa mengganggu pencernaan Yang Mulia. Semuanya sempurna."

Kasim tua itu terdiam sejenak. Ketika ia kembali berbicara, suaranya turun menjadi bisikan yang nyaris tak terdengar, penuh dengan keputusasaan yang mendalam.

"Sudah kucoba membujuknya tadi. Kutanyakan apa yang salah dengan hidangan yang begitu indah dan sempurna itu. Yang Mulia hanya menatap nampan bubur bening itu dengan mata kosong dan berbisik..."

Kasim itu berhenti, menelan ludah seolah kata-kata berikutnya terlalu menyakitkan untuk diucapkan.

"Dia berbisik, 'Justru itu masalahnya, Paman. Makanannya terlalu sempurna, sampai-sampai rasanya seperti mengunyah...'"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!