NovelToon NovelToon
Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:31.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jessy, 30th seorang wanita jenius ber-IQ tinggi, hidup dalam kemewahan meski jarang keluar rumah. Lima tahun lalu, ia menikah dengan Bram, pria sederhana yang awalnya terlihat baik, namun selalu membenarkan keluarganya. Selama lima tahun, Jessy mengabdi tanpa dihargai, terutama karena belum dikaruniai anak.

Hingga suatu hari, Bram membawa pulang seorang wanita, mengaku sebagai sepupu jauh. Namun, kenyataannya, wanita itu adalah gundiknya, dan keluarganya mengetahui semuanya. Pengkhianatan itu berujung tragis—Jessy kecelakaan hingga tewas.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua. Ia terbangun beberapa bulan sebelum kematiannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Akhir Jessy

Setelah Jessy masuk ke kamarnya, suasana di ruang tamu menjadi lebih tenang, tetapi ada ketegangan yang tersisa di antara mereka. Mama Ella, Molly, dan Fina saling bertukar pandang, lalu mengarahkan tatapan penuh tanya ke Bram.

Mama Ella berbisik, tetapi penuh rasa penasaran, "Kenapa istrimu tiba-tiba berubah seperti itu, Bram? Biasanya dia selalu menuruti kemauan kita tanpa banyak bicara."

Molly mengangguk setuju, lalu bersedekap, "Iya! Dari dulu kak Jessy gak pernah membantah, apalagi bicara setajam itu. Dia bahkan berani menyuruh kita mengurus rumah sendiri kalau gak mau pakai pembantu. Aneh banget!"

Fina diam sejenak, matanya menyipit curiga. Ia menggigit bibirnya, lalu duduk di sofa dengan ekspresi tak senang.

Fina dengan nada lembut tetapi menusuk, "Apa mungkin dia tahu sesuatu?"

Bram yang sejak tadi hanya diam, langsung menoleh tajam ke arah Fina.

Bram berusaha terdengar santai, tetapi jelas terlihat tegang, "Kau ini ngomong apa, Fin? Dia baru pulang dari rumah sakit, wajar kalau dia masih lemah dan lebih sensitif dari biasanya."

Mama Ella mengerutkan kening, tidak sepenuhnya yakin, "Tapi tetap saja... ini tidak seperti Jessy yang biasanya."

Molly berbisik pelan, melirik ke arah kamar Jessy, "Apa mungkin kak Jessy diam-diam menyelidiki sesuatu?"

Fina menggigit bibirnya semakin kuat, tangannya mencengkram ujung bajunya dengan gelisah.

Mama Ella dengan nada penuh ketidaksabaran, "Lagipula, kenapa kamu belum juga menceraikan Jessy, sih, Bram? Fina sudah mengandung anakmu! Kamu mau menunggu sampai kapan?"

Bram yang sejak tadi tampak gelisah, menghela napas panjang dan mengusap wajahnya. Ia tidak langsung menjawab, seolah berusaha mencari alasan yang tepat.

Bram suara pelan, tetapi tegas, "Belum saatnya, Ma. Aku… aku masih menyayanginya."

Molly mendengus tak percaya, lalu melipat tangan di dada, "Hah? Menyayanginya? Kak, sadar dong! Kak Jessy itu cuma beban di rumah ini. Dia gak bisa hamil, kerjaan dia cuma menghabiskan uangmu. Lihat saja, kemaren dirumah sakit meminta kelas VIP dan sekarang sudah tak mau beberes rumah, membuang uang dengan pembantu."

Mama Ella menambahkan dengan penuh emosi, "Betul! Lagipula dia itu sudah lima tahun menikah denganmu, tapi tetap tidak bisa memberikan keturunan! Lihat Fina, baru beberapa bulan menikah denganmu, dia sudah hamil!"

Mendengar itu, Fina yang awalnya terlihat sedih langsung menyunggingkan senyum puas. Ia menundukkan wajah, berpura-pura rendah hati, tetapi ekspresi di matanya penuh kemenangan.

Fina dengan suara manja, tetapi penuh arti, "Aku juga sebenarnya tidak ingin membuat suasana jadi sulit, Tante, Molly… Biarkan saja mas Bram yang mengambil keputusan. Tapi aku juga harus memikirkan anak ini. Dia butuh sosok ayah yang bertanggung jawab…"

Molly berkata dengan nada membujuk, "Kak, kamu itu laki-laki sukses, sekarang sudah ada kak Fina. Untuk apa bertahan dengan wanita yang bahkan gak bisa ngasih keturunan?"

Mama Ella menyambung dengan nada penuh kepastian, "Dengar kata Mama, Nak. Ceraikan saja dia. Kamu lebih pantas bersama Fina dan anak kalian!"

Bram terdiam. Ia tahu keluarganya ingin menyingkirkan Jessy, tetapi hatinya terasa berat. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ada bagian dari dirinya yang masih tidak ingin melepaskan wanita itu.

Dengan cepat, ia meraih jas dan tas kerjanya.

Bram suara datar, tapi terdengar sedikit lelah, "Aku berangkat ke kantor dulu."

Ia berjalan menuju pintu, tetapi sebelum pergi, ia sempat melirik Fina sekilas. Wanita itu tersenyum tipis dengan ekspresi penuh harap, seolah menunggu Bram mengambil keputusan yang mereka inginkan.

Mama Ella berkata dengan nada masih kesal, "Bram, pikirkan baik-baik omongan Mama. Jangan sampai terlambat mengambil keputusan."

Bram tidak menjawab. Ia hanya mengangguk kecil, lalu membuka pintu dan pergi.

Begitu pintu tertutup, Fina menghela napas panjang, lalu tersenyum sambil mengelus perutnya.

Mama Ella bersedekap, wajahnya penuh ketidaksabaran, "Aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa Bram masih bertahan dengan Jessy? Sudah lima tahun dan dia bahkan tidak bisa memberikan keturunan!"

Molly mengangguk setuju, "Iya, aneh banget. Padahal sekarang kan sudah jelas Kak Fina yang bisa kasih anak buat Kakak. Kenapa Kak Bram belum menceraikan perempuan itu juga?"

Mama Ella mendesah keras, wajahnya semakin kesal sambil mengerucutkan bibir, nada meremehkan, "Mama juga gak tahu, padahal Jessy itu cuma beban. Sudah tidak kerja, nggak menghasilkan uang, sekarang pun masih sakit-sakitan. Lalu buat apa Bram masih mempertahankannya?"

Fina berbisik sambil melirik ke arah tangga, wajahnya tampak sedikit khawatir, "Jangan terlalu keras ngomongnya, Mbak Jessy masih ada di rumah ini."

Mama Ella dan Molly saling berpandangan, lalu tertawa kecil.

Molly menyeringai, "Apa peduliku? Lagipula, cepat atau lambat, dia pasti bakal pergi juga."

Mama Ella melirik jam dinding, lalu menatap Molly dengan tatapan tajam, "Molly, bukannya kamu harusnya sudah berangkat sekolah? Mau bolos kamu?"

Molly mendengus malas, masih duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya, "Ih, Mama, masih kepagian kok. Lagian, bentar lagi juga berangkat."

Mama Ella berdecak kesal, melipat tangan di dada, "Jangan kebiasaan malas! Sudah sana siap-siap. Jangan sampai telat!"

Molly mendengus, lalu berdiri dengan enggan, "Iya, iya. Nyebelin banget sih, Ma."

Setelah kepergian Molly, Mama Ella melirik Fina dengan tatapan penuh kasih, lalu mengelus perutnya dengan lembut, "Jaga kesehatanmu baik-baik, ya. Kamu sedang mengandung penerus keluarga ini. Jangan terlalu lelah, makan yang cukup, dan jangan sampai Jessy membuatmu stres."

Fina tersenyum manis, mengangguk, "Iya, Tante. Aku akan hati-hati."

Mama Ella menghela napas puas, lalu merapikan tas tangannya, "Bagus. Kalau butuh apa-apa, bilang saja ke Bram. Sekarang Tante mau pergi dulu, ada acara dengan teman-teman sosialita. Kamu di rumah saja, ya. Jangan terlalu banyak bergerak."

Fina mengangguk patuh, senyum licik terselip di wajahnya, "Baik, Tante. Hati-hati di jalan."

Mama Ella tersenyum puas sebelum melangkah keluar, meninggalkan Fina yang kini duduk sendirian di ruang tamu. Ia mengelus perutnya sendiri, matanya berbinar penuh kemenangan.

Sedangkan Jessy yang berada di kamarnya, duduk di tepi tempat tidur sambil menatap ponselnya dengan mata penuh tekad. Tangannya gemetar, bukan karena ragu, tapi karena kemarahan yang ia tahan selama ini.

Dengan cepat, ia menekan nomor Chika dan menunggu hingga sahabatnya itu mengangkat telepon.

Chika terdengar ceria di seberang sana, "Halo, Jess! Akhirnya kau meneleponku juga. Gimana keadaanmu?"

Jessy suara tenang tapi tegas, "Chik, aku butuh bantuanmu. Tolong hubungi teman pengacaramu. Aku mau cerai dari Bram."

Chika terdiam sejenak, lalu tiba-tiba menjerit girang, "YA AMPUN, Kau SERIUS?! Akhirnya! Ini berita terbaik sepanjang tahun! Tapi ada angin apa nih? Apa dia akhirnya melakukan sesuatu yang lebih parah dari biasanya?"

Jessy tertawa getir, menghela napas, "Aku sudah cukup bersabar, Chik. Aku baru saja tahu sesuatu yang membuatku sadar kalau pernikahan ini benar-benar tidak bisa dipertahankan lagi."

Chika penasaran, "Apa? Apa yang dia lakukan?"

Jessy menggigit bibir, matanya meredup, "Nanti aku ceritakan langsung, tapi yang jelas, aku nggak bisa terus bertahan dengan laki-laki itu dan keluarganya. Aku ingin mengakhiri semuanya secepat mungkin."

Chika bersemangat, "Oke, aku akan hubungi temanku sekarang juga! Jess, aku bangga sama kamu. Ini keputusan terbaik!"

Jessy tersenyum tipis, merasa sedikit lebih lega, "Terima kasih, Chik. Aku butuh dukunganmu."

Chika tertawa kecil, "Selalu! Aku selalu mendukungmu, Jess!"

Jessy menutup telepon dengan hati yang lebih ringan. Ini baru awal, tapi setidaknya ia sudah mengambil langkah pertama menuju kebebasannya.

1
Tiara Bella
bentar lg Bram balasan dr Jessi..
mama
setelah itu rmh tangga mu ancur bram,. tak ada ampun untuk manusia macam km
Ayu Septiani
waaah.... panas panas😄😄😄 author nih untung banget updatenya pas waktu buka puasa 😄😄😄😄
stela aza
menjijikan 2 manusia terkutuk 😂
karina
up lagi thor semangat
vj'z tri
PD mu kebablasan Ferguso 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
karina
up lagi thor
Skins12
upnya di banyakin dong... 😁
Ayu Septiani
betul Ella... menantumu dalam fase muak dengan perilaku kalian
Kamiem sag
ya menantumu itu sdg kesurupan kesadaran bu Ella
Etty Rohaeti
lanjut kk
Tiara Bella
lanjut
karina
semangat up lagi thor
Ayu Septiani
kakak Chika mungkin sudah memendam suka pada Jessy sejak lama. hingga mendengar Jessy ingin bercerai dia langsung bersemangat membantu Jessy
Benjut D
baru mampir langsung sula
Upi Raswan
ketahuan,, keliatan banget jason emang suka sama jessy,, pas denger jessy mau cerai aja kayak kaget kaget suka gituuu hihi
anna
🥰🥰🥰
Tiara Bella
Bram gk bakalan mw dia cerai
xenovia putri
.bneran ganti jdi pov mc kah..
.mengecewakan
Diyah Pamungkas Sari
"...selagi niatmu masih kuat!..." ngabrut sm cika, suka tipe begini ceplas ceplos 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!