Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.
Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.
Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.
Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.
Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Baru saja Hasya sampai di ruang keluarga, papanya sudah memberikan pernyataan yang membuat jantung Hasya seperti akan loncat dari kerangkanya."Dijodohkan dengan teman papa?" suara itu terus terngiang-ngiang di telinga Hasya.
"Hasya! Kamu dengar atau tidak?" Cakra bertanya saat tidak terlihat pergerakan dari Hasya.
Hasya pun terlonjak kaget, dia langsung menatap orang yang seharusnya ia rindukan itu dengan keheranan. Tapi Hasya sudah tidak ingin merindukannya lagi karena ia tidak ingin kecewa.
"Kamu harus menyetujuinya karena perusahaan papa benar-bebar sedang berada dalam kehancuran."
Bagai menelan pil pahit mendengarnya, tapi Hasya tetap tenang. Lalu dia mendongak, menatap Cakra yang sudah tidak muda lagi, tapi wajahnya masih terlihat tampan di matanya."Maaf, Pa. Apa aku ke sini hanya untuk papa jadikan..."
"Hasya! Kamu berhutang banyak sama kami!" Cakra Menyela.
"Berhutang?" Hasya mengerutkan dahinya.
"Ya, kamu berhutang pada kami selama lebih dari tujuh belas tahun kemarin."
"Maksudnya apa, Pa?" Hasya semakin merasa heran saja dengan apa yang dikatakan oleh Cakra, sang papa.
"Masih kurang jelas?" Cakra menatap anaknya tidak menyangka. Hasya mengangguk, seolah tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh cinta pertamanya itu.
"Hasya, selama ini kami memberimu makan, merawat dan membesarkan kamu itu sama saja berhutang kepada kami."
Mata Hasya melebar sempurna, apa maksud papanya itu? Ia termenung sebentar, lalu ia kembali menatap papanya dengan berani. "Lalu, apa bedanya sama Bang Haikal juga Hilya?"
"Itu beda, mereka sangat membanggakan kami." jawab Cakra dengan entengnya.
Nyut...
Hati Hasya berdenyut mendengarnya, tapi dia tetap tenang dan mencoba tidak menunjukan kekacauan dalam dirinya. "Bukankah semua itu kewajiban orang tuanya memberi nafkah, terutama seorang ayah?"
"Beda lagi, Hasya. Kamu itu..."
"Anak pembawa sial, begitu, Pa?" Hasya meninggikan suaranya. Dia tidak ingin diam lagi seperti hari sebelumnya yang hanya bisa menangis saat keluarganya mengucilkannya. "Lalu, kenapa anda mempertahankan saya jika anda menggap saya begitu?!"
"Hasya... Kamu sudah berani..."
"Saya harus berani melawan ketidak adilan ini. Saya juga manusia yang mempunyai harga diri. Sama keluarga sendiri saja dikucilkan, bagaimana diluaran sana? Dan saya harus bisa menjaga diri saya." Hasya berbicara dengan lantangnya. Dia tidak peduli dengan statusnya sebagai anak. Tapi sejak dulu juga tidak menganggapnya sebagai anak.
Prok prok prok
"Keren... Anak cul*n yang dulu seperti anak bebek kecemplung got itu sudah berani ya, sekarang?" tiba-tiba suara tepukan tangan itu terdengar dari pintu yang menghubungkan antara ruang keluarga dan ruang makan.
Hasya menoleh kearah suara itu. Dia melihat Haikal yang sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum sinis. Ya, dia adalah Haikal, sang kakak laki-laki yang umurnya berbeda lima tahun dengannya. Menurut ucapan pengasuhnya, awalnya Hasya adalah anak yang diimpikan dan dinanti-nanti oleh kedua keluarga besarnya. Namun, mereka berbalik arah saat mulai dari kehamilan Hasya menjadi ujian dalam kehidupan keluarganya. Apalagi saat kelahiran Hasya, nenek dari ibunya itu sangat murka karena, Yara, sang ibu hampir saja kehilangan nyawa.
Dari sanalah kedua keluarga membenci bayi merah yang baru saja dilahirkan. Apalagi saat perusahaan dari ayahnya mengalami kebangkrutan. Hasya langsung diberikan kepada pengasuhnya dan diasuh sampai Hasya lulus SD di rumah asing. Saat kelulusan, sang pengasuh meninggal dunia dan Hasya kembali ke rumah utama dengan syarat dia harus ikut membantu pekerjaan rumah untuk sekedar makan dan pendidikannya.
Nasib Hasya memang tidak seberuntung anak seumurannya. Beruntungnya dia dipertemukan dengan Aurel. Sejak itu, dunianya sedikit membaik dan dia merasa ada tempat pulang.
Seringkali Hasya ikut bekerja hanya untuk membayar uang spp atau keperluan sekolah lainnya. Sedangkan dari rumahnya Hasya akan diberi uang tiga juta dalam satu bulan untuk membayar keperluan sekolah dan semua keperluannya termasuk makan. Hasya diperlakukan seperti pembantu di rumahnya, ah.. justru lebih terhormat pembantunya dari pada dirinya, karena pembantunya masih bebas makan dan kadang ada yang ikut liburan juga.
Hasya mendelik ke arah Haikal, dia tidak peduli dengan ocehannya.
"Eh, ada Kak Hasya." suara manja itu, siapa lagi pemiliknya kalau bukan dari si princes Hilya yang menjadi putri di rumahnya. "Apa kabar, kak?" Hilya berdiri di samping Hasya dan menatap sinis kepadanya.
"Seperti yang kamu lihat." jawab Hasya acuh.
"Kok, sekarang, Kak Hasya sombong banget cara ngomongnya. Sudah punya apa, Kak?" tanyanya dengan mata yang dijuling-julingkan.
"Punya hati yang terbuka karena kejahatan kalian dan saya sudah menyadari itu." jawab Hasya datar.
"Hasya!" Haikal membentak Hasya.
"Bukankah cara kalian memperlakukan saya itu bisa dipidanakan?" tanya Hasya. Cakra menatap tidak menyangka kepada anaknya yang sudah berubah.
Sedangkan Haikal memegang perutnya. "Hahaha... Lo belajar di mana? Dapat ilmu dari mana bisa berbicara begitu?" dia menganggap remeh kepada Hasya yang menurutnya kurang pengetahuan.
"Paling juga asal nemu." timpal Hilya yang sama herannya kepada Hasya.
"Maaf, ya. jika kalian mengundang saya ke sini hanya untuk dijadikan bahan ledekan, saya akan pulang sekarang karena saya juga harus kerja lagi." ucap Hasya. Dia terlalu muak harus berlama-lama berada di rumah itu.
"Wih... Si ratu kerja, mana nih pesanan gue!" Haikal teringat dengan pesanannya.
Tapi Hasya tidak menggubris ucapan Haikal. Dia membalikan badannya untuk pulang.
"Lo mau kemana?!" Haikal berhasil menarik tangan Hasya.
"Lepas tangan lo!" Hasya langsung menghempaskan tangan Haikal sekuat tenaganya.
Plak!
"Lo berani sekali sama gue?!" Haikal tidak terima.
"Kenapa gak berani? Lo juga sudah nyakitin gue dan gue harus melawan. Lo kira gue harus diam aja?!" Hasya meninggikan suaranya.
Haikal dan Hilya ternganga, perempuan yang dulu selalu menunduk dan mengangguk saat di suruh itu sekarang sudah bisa melawannya.
"Pa?!" Haikal menoleh dan bertanya kepada Cakra yang dati tadi diam menyimak sambil berpikir.
"Seret dia kegudang!" titahnya begitu saja.
Mendengar itu, Hasya langsung lari terbirit-birit keluar rumah, beruntung pintu rumahnya terbuka lebar. Hanya saja, saat dia tiba di pintu gerbang, dia dicekal oleh security.
"Pak, jangan lepaskan dia!" Haikal berteriak sambil berlari ke arah Hasya.
Melihat Haikal yang sudah dekat dengannya, Hasya segera melepaskan diri dari cekalan tangan security yang kuat banget.
Karena merasa buntu, dengan cepat Hasya mengigit tangan security itu.
Gep!
"Arrgghh!" security itu berteriak kencang dan mengibaskan tangannya dengan kuat sampai Hasya hampir terjatuh. Hasya tidak membuang waktu, dia langsung berlari menjauh dari rumah itu.
"Kenapa dia lepas, pak?" Haikal keluar gerbang dan melihat kalau Hasya sudah pergi sangat jauh dari rumahnya karena berlari.
"Maaf Den, Non Hasya mengigit tangan saya sampai berdarah." security itu menunjukan tangannya yang keluar darah dari bekas gigitan Hasya.
"Cemen!" Haikal kembali ke dalam.
"Hasya! Tunggu lo!" Haikal berteriak, lalu dia mengambil motornya untuk mengejar Hasya yang sudah berlari menuju jalan raya.
"Sialan anak ini! Nyusahin gue aja, lo!" Haikal memaki-maki Hasya walaupun mungkin hanya security yang mendengarnya.
Sementara itu, Hasya yang tidak melihat jalan, dia tersandung polisi tidur dan...
Bruk!
"Argh!" Hasya mengerang saat lututnya mengenai aspal.
"Hasya! Tunggu gak, lo?!" Haikal berteriak, dia tidak peduli dengan adanya motor yang berlalu lalang dan melihat kearahnya. Di sana memang keadaan sepi karena hampir semua rumah memiliki pagar yang menjulang tinggi. Hanya ada beberapa motor yang lewat.
Dengan susah payah, Hasya bangun dan mencoba menahan rasa sakit akibat terjatuh tadi karena Haikal sudah terlihat dekat.
Awww... Hasya meringis, rasa perih di lututnya terasa sampai ke ulu hati. Dia kembali berlari walaupun harus terpincang-pincang. Lalu, ia melirik ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian.
Sampai akhirnya, Hasya berada diujung komplek dan dia berhenti terlebih dahulu, namun Haikal sudah berada persis di belakangnya.
Hasya kembali berlari sekuat tenaga sampai akhirnya dia berada di jalan raya. Dia menoleh ke belakang, ternyata Haikal tetap mengejarnya. Bahkan, laju motor itu terlihat sangat kencang.
Tanpa pikir panjang, Hasya menyebrang jalan padahal kedaan jalan terlihat sangat ramai dan itu membuat Haikal ternganga.
"Nekat juga, tuh, anak. Gila! Bagaimana gue mengejarnya kalau begini?"
Tin tin tin
Tin tin tin
Tin tin tin
Suara klakson bersahutan memekikan telinga bagi siapa pun, tapi Hasya tidak peduli. Dia tetap berlari dan mencari celah kendaraan supaya dia bisa lewat.
Hasya!" Haikal berteriak kencang. Tapi itu tidak berguna bagi Hasya. Dia tidak mendengarkan apa pun kecuali tekat bulat dalam benaknya yang ingin segera sampai ke tepi dan berlari lagi menghindari Haikal yang terus mengejarnya. Namun, semua itu tidak seperti yang diharapkannya. Dia tersandung saat tinggal beberapa langkah lagi sampai ke tepi jalan dan tepat dengan itu mobil yang berada di sampingnya menginjak rem mendadak ketika melihat Hasya terjatuh.
Ckiitt!
Bersambung
tetap semangat terus thorr
tetap semangat terus thorr