Chacha memang anak haram, tapi haruskah dia dikhianati oleh keluarganya dan dijadikan istri pengganti?!
Cukup lama Chacha disiksa, dan kegunaan terakhirnya yaitu menikahi orang cacat untuk saudara tirinya!
Bastian, CEO Hutama Group membeli Chacha atas dasar hutang ayahnya, dan dia harus setuju demi neneknya.
Awalnya dia pikir semuanya akan baik-baik saja setelah menikah. Namun ternyata dirinya bagai masuk ke kandang harimau ke luar ke kandang buaya.
Pria di depannya yang terkenal kejam, tidak menganggapnya sedikit pun sebagai seorang istri.
Dengan penuh kesabaran, Chacha tetap memperlakukan Bastian dengan baik dan tulus.
Akankah benih-benih cinta muncul dalam pernikahan mereka?
Atau akankah saudara tirinya kembali untuk memenangkan hati Bastian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 11
Hari pernikahan itu akhirnya datang juga. Chacha terlihat begitu cantik dengan gaun merah muda yang tergolong sederhana bagi sebagian orang. Tapi tidak bagi Chahca. Cahcha merasa baju itu sangat mewah.
Gaun merah muda di padu dengan riasan wajah natural tapi begitu cantik ketika itu berada di gadis berumur dua puluh tahun yang memang sudah sangat cantik ini. Perias begitu memuji kecantikan Chacha. Meski make-up natural, cantiknya begitu mempesona. Ditambah dengan mahkota kecil di kepalanya. Itu membuat sang gadis cantik mirip bidadari.
Pernikahan dan resepsi itu diadakan di villa keluarga Hutama. Tamu yang datang juga hanya dari kedua belah keluarga saja. Tidak ada orang lain selain orang terdekat.
"Bos muda, gadis itu sepertinya aku pernah melihat. Tapi di mana, ya?" tanya Danu ketika melihat Chacha keluar dari kamar bersama papanya.
Bastian yang sedari tadi diam sambil menatap lurus ke depan, kini memutar matanya dengan malas. Ia melihat kearah depan untuk melihat istri yang baru saja beberapa menit ia nikahi.
"Cantik juga gadis itu bos muda," kata Danu lagi.
"Kamu bisa diam gak?" tanya Bastian kesal.
"Iya deh."
Resepsi itu pun usai. Tidak membutuhkan waktu yang lama, karena yang hadir tidak ramai. Keluarga dan kerabat terdekat saja yang datang. Karena memang, pernikahan ini sedikit tertutup.
Usai resepsi, mereka semua meninggalkan villa. Tak terkecuali Chacha dan Bastian. Chacha yang sudah menjadi istri dari Bastian, tentunya akan ikut Bastian pulang ke rumah.
Chacha membuka pintu mobil depan saat Danu sibuk membantu Bastian masuk ke dalam mobil. Melihat hal itu, Danu sedikit merasa aneh.
"Lho, kok nona bos duduk di depan?" tanya Danu pada Chacha yang sudah duduk manis di kursi depan.
"Bukankah bos muda mu ini tidak suka kalau ada orang yang duduk di sebelahnya?" tanya Chacha balik.
"Lho, itu kamu?" tanya Danu sangat kaget.
"Pantas saja aku seperti pernah melihatnya," ucap Danu lagi.
"Danu, Jalan!" Bastian berkata dengan nada tinggi.
"Bos .... "
"Aku bilang, jalan!"
"Ba--baik bos muda."
Danu menjalankan mobil dengan cepat. Chacha tetap duduk di sebelah Danu dengan gaun yang masih melekat di tubuhnya. Memang terasa sedikit aneh, tapi mau bagaimana lagi, Danu tidak mungkin berani bicara ketika Bastian tidak keberatan dengan apa yang Chacha lakukan.
"Antar kan dia ke rumah, lalu antar kan aku ke mansion," kata Bastian.
"Baik bos muda."
Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah yang letaknya agak jauh dari keramaian kota. Namun, masih sangat padat penduduk di sekitar rumah mewah ini.
"Kita sudah sampai nona bos," kata Danu sambil membuka tali pengamannya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Bastian.
"Membuka pintu untuk nona bos, bos muda."
"Tidak perlu. Dia bisa melakukannya sendiri."
"Iya, tidak perlu. Aku bisa membuka pintu ini sendiri," kata Chacha.
"Tapi bos, barang-barang .... "
"Dia bisa membawanya sendiri. Aku yakin dia tidak selemah yang kamu kita," kata Bastian.
"Tapi bos .... "
"Sudahlah, jangan dipermasalahkan soal sekecil ini. Aku bisa membawanya sendiri. Lagian, barang-barang yang aku bawa juga tidak banyak," kata Cahcha menjadi penengah.
"Baiklah. Tapi, apa nona bos bisa membuka bagasinya?"
"Ya, aku bisa. Kamu tenang aja," ucap Chacha sambil tersenyum.
"Baiklah."
Chacha pun keluar dari mobil itu. Ia bergegas menuju bagasi untuk mengambil koper dan tas yang ia bawa dari rumah papanya. Koper itu hanya berisikan beberapa baju. Sedangkan tas, itu ia isi dengan peralatan kosmetik sederhana miliknya.
"Ini tidak berat. Ngapain mereka berdebat hanya karena barang ringan ini," kata Chacha bicara kecil pada dirinya sendiri.
Selesai ia mengambil tas dan koper, ia langsung menutup bagasi itu kembali.
"Nona muda, apakah sudah selesai?" tanya Danu dari dalam mobil.
"Sudah."
"Bos muda, apakah tidak sebaiknya aku antar nona bos masuk ke dalam terlebih dahulu?" tanya Danu pada Bastian.
"Tidak perlu."
"Tapi bos muda, nona bos masih belum tahu di mana kamarnya. Lagipula .... "
"Di rumah ada bibi. Kamu tidak perlu cemas memikirkan dia. Aku yakin kalau dia tidak sebodoh yang kamu kira," ucap Bastian memotong perkataan Danu dengan cepat.
"Maaf bos muda, bukan itu yang saya maksudkan."
"Jalan!"
"Baik bos muda."
Danu menyalakan mesin mobil. Tapi, sebelum ia menjalankan mobil ini, ia memperhatikan Chacha yang ada di belakang mobil terlebih dahulu. Ia memastikan kalau Chacha memang sudah berada di tempat yang aman, baru ia bisa meninggalkan Chacha dengan tenang.
Setelah mobil Bastian pergi, satpam yang ada di depan gerbang segera membuka pintu.
"Silahkan masuk nona bos. Sini, biar saya bantu bawakan koper dan tasnya," kata pak satpam itu.
"Makasih pak. Tapi kayaknya gak perlu deh. Saya bisa bawa sendiri." Chacha menolak dengan sopan.
Untuk sesaat, satpam itu terdiam sambil menatap Chacha. Ia tak percaya kalau gadis yang bosnya nikahi kali ini begitu lembut dan sopan.
"Ada apa, pak?" tanya Chacha agak heran.
"Oh, eh, maaf nona bos. Tidak ada apa-apa. Sini biar saja bawa," katanya sambil mengambil koper tadi tangan Chacha.
"Gak papa pak, saya bawa sendiri saja. Ini gak berat kok."
"Nona bos, biar saya bantu. Walau tidak berat, tapi juga akan membuat nona bos sedikit kesulitan untuk berjalan. Karena sekarang nona bos sedang memakai gaun. Oh ya, saya juga minta maaf pada nona bos karena sedikit terlambat untuk membuka gerbangnya. Maklum, saya sedang istirahat makan tadi," kata satpam itu menjelaskan dengan sopan.
penderiraan chacha lbih berat dr kmu tegar lah ...biar kmu bisa memperbaikix