NovelToon NovelToon
Ratunya Sang Miliarder

Ratunya Sang Miliarder

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.6
Nama Author: widyaas

Alisha (22) gadis malang yang dibuang oleh keluarganya sendiri. Awalnya Alisha pasrah akan takdirnya yang mengenaskan. Tapi, tiba-tiba Ansel (27) Miliarder tampan yang datang mengejutkan Alisha dan langsung mengajaknya menikah.

Ansel adalah pria tampan yang sukses membangun perusahaan keluarganya. Ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar. Ansel dikenal sebagai Miliarder tampan yang sukses. Tak sedikit kaum Hawa yang mengincarnya.

Lalu, bagaimana nasib Alisha, jika Miliarder tampan itu menikahinya? Apakah pernikahan mereka akan dibumbui cinta yang manis atau sebaliknya?

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 30

Di sebuah mansion mewah, sebuah keluarga sedang berkumpul membahas sesuatu. Mereka keluarga Martiuz, keluarga yang sudah membuang Alisha.

"Kenapa kau bisa melakukan hal itu, Johan?!" Panji (kakek Alisha) menatap tajam anaknya.

Ayah Johan mengusap wajahnya. Ia pikir, Ansel tidak akan tau apa yang telah ia lakukan. Ternyata pria itu langsung bertindak seperti ini, memutuskan kontrak kerjasama mereka tanpa memberi aba-aba.

Seharusnya Johan juga tau bahwa Ansel bukanlah pria yang bisa diremehkan. Ansel memang lebih muda darinya, tapi, kekuasaan yang pria itu miliki lebih besar darinya.

Sekarang, ia merasa Alisha yang patut disalahkan di sini.

Benar dugaan Ansel, Johan melakukan kecurangan itu karena dia merasa kesal dengan Ansel lantaran selalu membela Alisha yang notabenenya aib keluarga Martiuz.

Gadis itu harus diberi perhitungan, pikirnya.

Setiap ada kesalahan, keluarga Martiuz pasti akan menyalahkan Alisha.

Entah apa yang akan dilakukan Johan pada Alisha nanti.

****

Sehabis pulang dari kantor, Ansel berkumpul dengan para sahabatnya di sebuah cafe langganan mereka. Alisha juga ikut, karena sejak tadi Alisha menunggu Ansel selesai mengerjakan tugasnya sampai ketiduran.

Sekarang mereka berada di dalam mobil menuju cafe yang dimaksud oleh Daris.

"Noah tadi datang. Dia memintamu untuk mengerjakan tugas matematika miliknya," ucap Alisha sambil menatap Ansel yang fokus menyetir dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya bertengger di paha sang istri. Terlihat keren di mata Alisha. Terlebih Ansel menggulung kemejanya hingga sampai siku, memperlihatkan jam tangannya yang mahal, sangat cocok dengan tangannya yang kekar.

"Dia selalu seperti itu. Tapi, aku tidak pernah mengerjakannya," kata Ansel.

Noah sering meminta Ansel untuk mengerjakan tugas-tugas nya. Namun, tak ada satupun yang Ansel kerjakan. Hingga beberapa bulan lalu sebelum menikah, pemuda itu tak lagi meminta tolong padanya, mungkin merasa kesal atau apa. Tapi, Noah tetap datang untuk minta makan.

"Benarkah? Aku pikir dia memintamu mengerjakannya karena sudah sering kau bantu," balas Alisha.

Ansel mengangguk singkat, "Dia memanfaatkan mu agar aku mau mengerjakannya. Lain kali, jangan diterima jika dia menyerahkan buku."

Mengingat sifat Alisha yang terlampau lugu, Noah pasti mengambil kesempatan, dan Ansel tidak akan membiarkannya.

"Coba bujuk dia agar mau belajar atau ikut less," ucap Alisha memberi saran.

"Anak itu keras kepala. Tidak suka diatur," balas Ansel.

Alisha tak heran, karena penampilan Noah yang urakan membuatnya maklum.

"Apa Paman Theo tidak pernah membujuknya?" tanya Alisha penasaran.

"Entahlah. Itu urusan keluarga mereka. Lebih baik kau fokus padaku saja daripada bocah tengil itu," jawab Ansel sambil melirik sinis sang istri. Ia hanya tak suka jika Alisha terus-terusan membahas Noah.

Alisha tertawa kecil menyadari Ansel cemburu dengan adik sepupunya sendiri. Tapi, dia hanya diam dan mengangguk saja untuk mengakhiri pembicaraan mereka.

Hingga beberapa menit kemudian, keduanya telah sampai cafe yang dimaksud Daris. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam. Ternyata yang lain sudah sampai. Entah apa yang mereka bicarakan, Ansel dan Alisha melihat mereka tertawa bersama, terlihat begitu asik. Terlebih Daris dan Lionel.

Saat keduanya sudah mulai dekat, mereka langsung diam seolah tidak terjadi apapun.

"What's up, Ansel! Bagaimana kabarmu? Apa sudah tidak pusing lagi?" Daris bertanya dengan tatapan yang terlihat menjengkelkan di mata Ansel.

Ansel hanya berdehem saja, ia duduk di kursi kosong dan diikuti Alisha yang duduk di sampingnya.

"Kalian ingin pesan makanan apa?" tanya Lionel. Ia mendorong buku menu yang ada di cafe tersebut.

"Es americano," jawab Ansel tanpa melihat menu nya.

Lionel beralih menatap istri sahabatnya itu.

"Aku—"

"Milkshake strawberry," sahut Ansel memotong ucapan Alisha.

Alisha menatap suaminya, lalu kembali menatap Lionel dan mengangguk membenarkan yang diucapkan oleh Ansel. Awalnya ia ingin mencoba minuman seperti yang Xavier minum, berwarna biru, entah apa, tapi Alisha penasaran. Tapi, mendengar ucapan Ansel yang menyela nya, akhirnya Alisha diam menurut.

"Tidak makan?" tawar Lionel sebelum memanggil pelayan.

Alisha menggeleng sedangkan Ansel sudah menatap datar sahabatnya itu. Padahal sudah jelas Lionel melihatnya makan siang bersama Alisha, seharusnya tidak usah bertanya lagi.

"Ah iya, kalian sudah makan sambil suap-suapan," kata Lionel. Setelahnya ia menutup mulutnya seolah keceplosan.

"Ups, maafkan aku," ucap Lionel. Ia menyengir dan segera memanggil pelayan untuk membuatkan pesanan Ansel dan Alisha. Sedangkan dia dan yang lainnya sudah memesan.

Ansel mendengus. Sudah ia duga jika Lionel akan membocorkannya pada yang lain.

"Suap-suapan? Kau yakin? Bukankah katamu tadi Ansel yang disuapi Alisha?" Daris bertanya heboh.

"Aku tidak percaya jika Ansel benar-benar disuapi istrinya," lanjut Daris sambil tertawa.

Ansel tersenyum miring, "Bilang saja jika kau tidak pernah disuapi oleh istrimu. Kau iri, kan?" ucapnya membuat Daris menggeram kesal, tapi ia hanya mampu tersenyum paksa.

Alisha sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka yang asik berdebat.

"Memangnya salah jika aku menyuapi Kak Ansel?" gumamnya bertanya-tanya. Namun, gumaman itu didengar oleh Daris.

"Tidak salah. Tapi hanya heran. Kau tau? Ansel adalah pria Kutub Utara. Kami hanya terkejut saja saat tau kau menyuapinya makan!" sahut Daris mewakili semuanya.

"Dia memang seperti es, tapi aslinya manja. Kau harus terbiasa jika dia minta disuapi lagi," sahut Ray ikut-ikutan.

"Aku tidak memintanya!" Ansel menyahuti mulai kesal dengan arah pembicaraan teman-temannya. Jika dibiarkan makin menjadi-jadi.

"Ya ya ya, kami percaya. Lain kali, suap-suapan di depan kami, ya? Agar kami lebih percaya jika es yang ada di dalam tubuhmu sudah mencair," balas Daris dengan senyum menggoda.

Lionel dan Ray langsung terkekeh mendengarnya. Sedangkan Xavier hanya tersenyum simpul sambil membatin bahwa dirinya setiap hari disuapi oleh Syeila, bahkan ia sendiri yang memintanya. Entah bagaimana reaksi para sahabatnya jika mereka tahu bahwa dirinya seperti itu. Pasti lebih heboh.

Percakapan mereka terus berlanjut hingga jam menunjukkan pukul enam sore dan mereka sudah berpisah menuju rumah masing-masing.

Saat sudah masuk mobil, Alisha langsung memejamkan matanya dan terlelap begitu saja. Ansel bahkan keheranan karena Alisha gampang sekali tidur di manapun. Berbeda dengannya, jika tidak di atas kasur, maka dia tidak bisa tidur. Makanya dia kadang betah begadang di meja kerja bersama tumpukan kertasnya.

Ansel menggendong Alisha masuk ke dalam kamar dan merebahkan istrinya ke atas kasur.

Senja-senja begini seharusnya tidak boleh tidur. Tapi, Ansel tidak tega membangunkan Alisha lantaran gadis itu terlalu nyenyak.

Namun, bagaimanapun juga, Alisha tetap harus di bangunkan. Sebab itulah Ansel berjongkok di samping tubuh Alisha dan mengelus pipi tirus itu dengan lembut. Hanya usapan lembut, tapi berhasil membangunkan Alisha karena gadis itu belum lama tertidur.

"Jangan tidur, ini sudah sore. Mandi dulu, ya?" ucap Ansel. Tangannya beralih mengelus rambut Alisha.

Meski dengan mata sayu, Alisha tetap mengangguk patuh dan segera duduk sambil dibantu oleh Ansel.

Ansel mengusap wajah istrinya agar lebih fresh dan benar-benar bangun. Jarinya sesekali mencubit pipi Alisha dengan gemas. Meskipun terlihat tirus, tapi pipi istrinya itu terasa kenyal dan lembut. Mungkin pipi Alisha akan menjadi mainan favorit Ansel mulai sekarang.

***

1
Siha Budin
ceritanya bagus banget trms kasih y thorr
Rustan Sinaga
Luar biasa
Ummiami
mertua idaman
Yolla
kutunggu karya mu selanjutnya thooorrrr.... semangat 💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
tutwuri Handayani
Kecewa
tutwuri Handayani
Buruk
susanto bulongkod
pelayanan kok belagu amat
Yolla
narsis banget si BPK ansel🤣🤣🤣
endah setyowati
Luar biasa
Ummiami
🤗😋😋
Ummiami
sudah aku kasih bintang 🌟 ny thooor 😊
Ummiami
semangat 💪 y Thooor 😊
Elvi Krisnawati gea
Kecewa
Elvi Krisnawati gea
Buruk
Ummiami
q nyimak y Thor 😊💪
░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░
ini GK ada lanjutannya kah Thor arka arsen /Chuckle/
Widyaᡣ𐭩: untuk sementara aku belum kepikiran untuk bikin cerita mereka sih😁
total 1 replies
Wijaya Ronny
Luar biasa
Yuni Masarayanti
Biasa
Yuni Masarayanti
Buruk
Yolla
mertua idaman😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!