Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.
"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.
Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.
"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.
*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.
Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.
Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.
"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"
"Aaggh!"
"Adios!"
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putri Dan Pangeran Hidup Bahagia
Masih memegang katana. Duduk di atas meja, tersenyum dengan cipratan darah mengenai pipi dan pakaiannya."Tuan putri, tidakkah kamu mencintai pangeran?" tanyanya.
Mata bagaikan anak kecil yang menemukan permainan menarik.
Veronica berusaha tidak peduli, kakinya gemetar namun memaksakan dirinya untuk melangkah pergi.
"Tinggallah disini." Dua kata yang terucap dari bibir Miller tidak berbalik sama sekali.
"Ta...tapi aku---" Kalimat Veronica disela.
"Karena memperebutkan seorang wanita sepertimu, harga diri Alex hancur. Membiarkanmu hidup...aku sudah cukup baik." Miller melirik ke belakang bagaikan ingin membunuhnya.
"Ayah!" Bentak Alex yang masih ditarik paksa dua orang pengawal ayahnya. Bukan karena cinta, tapi dirinya tidak terima harga diri yang terluka. Bagaimana bisa Eric mengalahkan nya? Eric adalah budaknya. Mengapa ayahnya tidak membunuh Eric saja?
Veronica ketakutan, anak buah Miller mungkin tidak akan membiarkannya pergi dari tempat ini.
Krak!
Krak!
Krak!
Suara katana diseret mendekatinya, Veronica bahkan tidak berani melirik ke belakang sama sekali. Tubuhnya gemetar merasakan perlahan tangan seorang pria memeluknya dari belakang."Sayang...kita cinta sejati bukan?" tanyanya menyeringai.
"Hah...hah..." Rasanya begitu sulit bernapas, tubuhnya gemetar, ingin menangis rasanya, benar-benar ketakutan dengan makhluk yang berbisik di telinganya sembari tersenyum.
"Tu...tuan Miller..." panggil Veronica dengan suara kecil tertahan. Tidak ingin ditinggalkan dengan psikopat gila ini.
Namun, Miller tindak menggubris panggilannya. Pintu depan restauran tertutup, bukan hanya dirinya, matanya menelisik, Cassandra masih disini. Gledo yang mengikatnya secara paksa.
"Veronica sayang... bagaimana caraku membuktikan cintaku? Agar pada akhirnya pangeran dapat menikah dengan putri." Sebuah pertanyaan mengerikan. Menelan ludah, mata Veronica tidak lepas dari katana yang terlihat berada di salah satu tangan Eric. Katana dengan darah yang mengotori. Begitu terlihat tajam, seakan dapat membelah tubuhnya dengan mudah.
"E... Eric lepaskan aku..." Mohonnya.
Namun, Eric mengusap pelan pipi Veronica."Pangeran telah mengalahkan monster. Tidakkah kamu ingin mencium dan memeluknya? Kamu tau aku begitu cemburu saat putri yang cantik ini menjerit di bawah tubuh Alex. Saat Veronica sayang, meminta lagi dan lagi dalam toilet kampus... bahkan ruang olahraga..."
Pada akhirnya air mata Veronica mengalir. Orang ini akan membunuhnya. Benar-benar membunuhnya, apa yang harus dilakukannya.
"E... Eric bisa aku jelaskan. Aku---" Kalimat Veronica disela.
"Sayang...kita menikah malam ini, kan?" Tanyanya, menjatuhkan tubuh Veronica ke lantai. Kemudian menarik rambutnya.
"Agggh! Sakit!" Teriak Veronica.
Apa yang saat ini ada di fikiran Eric? Pengkhianatan, penghinaan, bagaimana Veronica dan Alex memerasnya menggunakan video pelecehan sebelum waktu terulang. Bagaimana mereka menjual dirinya untuk melayani pria.
Hanya itu? Tidak bahkan pertarungan hidup dan mati melawan beberapa orang hanya untuk sebuah hiburan. Membunuh, menyingkirkan mayat, dirinya harus bersedia, jika tidak hanya kematian yang akan menantinya.
Kala itu Eric hanya dapat menurut dengan tangan gemetar. Tidak ingin mengadu pada ayahnya yang terlalu baik menurutnya. Tidak ingin sang ayah berhadapan dengan Miller dan berakhir mati.
Perlahan merubah karakternya. Bagaimana pria cerdas sebaik malaikat, menjadi iblis yang tersenyum melihat kematian manusia.
"Eric, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Luna keluar dengan cepat dari dapur. Tidak ingin Veronica dilecehkan, jika ingin dilecehkan bukankah Eric lebih baik melecehkan Luna saja. Luna rela... asalkan Eric bertanggungjawab.
"Apa lagi, bermain putri dan pangeran. Bukankah setelah melangkahkan monster putri harus menikah dengan pangeran?" Tanya Eric.
Tapi seperti biasanya, Ace melihat dari sudut pandang berbeda."Mau aku yang bermain dengannya?" tanyanya membawa pisau daging yang besar.
"Sudah aku katakan. Jangan memasak makanan yang tidak akan kamu makan." tersenyum, membenturkan kepala Veronica hingga tidak sadarkan diri.
*
Tempatnya terbangun saat ini? Begitu gelap. Memakai gaun pengantin, tangan dan kakinya terikat.
Langkah seseorang terdengar, memasuki ruangan tempatnya berada. Begitu rupawan, memakai setelan tuxedo putih, wajah tersenyum lembut bak mempelai pria.
"Veronica sayang." Eric mendekati tempat tidur, tempat tangan dan kakinya terikat.
"Emngh! Emngh!" Veronica meronta-ronta, apa yang akan dilakukan pemuda ini.
"Kita harus melewati malam pertama setelah pernikahan bukan?" Tanya Eric.
Hanya menangis, itulah yang dapat dilakukannya. Kala Eric melucuti pakaiannya menggunakan cutter secara kasar. Beberapa tubuhnya lecet, akibat goresan dari cutter.
Dendam? Segalanya tidak ada. Mungkin satu hal yang ada dalam benaknya. Jika selamat saat ini dirinya tidak akan berurusan dengan Eric lagi.
"Veronica, sayang..." Bisik Eric, merekam menggunakan handycam. Bagaimana wajah ketakutan wanita itu. Wanita yang membuatnya menjadi monster.
Kedua tangan dan kakinya masih terikat di setiap sudut tempat tidur. Tidak dapat bergerak, apa yang akan dilakukan Eric. Apa melecehkan kemudian memotong tubuhnya?
Brak!
Pintu terbuka, Luna dan Ace masuk ke dalam ruangan."Bos! Biar kami yang urus!" Ucap Ace.
Luna menelan ludahnya, apa Veronica benar-benar akan dinikahi setelah dilecehkan berkali-kali, kemudian cinta setegar batu karang akan tumbuh. Cinta sejati yang tidak lekang diterjang badai Katrina seperti dalam novel online terpopuler?
Luna tidak akan membiarkan ini.
Eric bangkit menghela napas kasar. Pemuda yang meletakkan handycam di atas meja dalam mode on.
"Baik, terserah kalian saja. Tapi jangan habisi nyawanya. Setelah putri menikah, tentu harus bebas. Hidup bahagia selama-lamanya." Eric meraih bunga di kantongnya.
Bunga palsu dengan ujung logam yang runcing.
Srak!
Sebuah bunga yang ditancapkan tepat pada lengan Veronica.
Hanya teriakan dan tangisan yang terdengar."Apa aku perlu mendandani pengantinku agar lebih cantik...?" gumam Eric kemudian melangkah pergi. Meninggalkan Ace dan Luna di dalam ruangan.
Dua orang yang menghela napas. Eric tidak membunuh atau melecehkan Veronica. Hanya bermain-main dengan rasa takut. Sulit dibayangkan ada monster yang begitu...
Sudahlah, sekarang apa yang harus mereka lakukan pada Veronica?
"Dia cantik, bentuk tubuhnya bagus, kenapa Eric tidak melecehkannya saja!?" Gumam Ace, mengambil pisau tajam.
"Entahlah, mungkin karena cinta akan tumbuh diantara kami." Luna memasukkan peluru ke dalam senjata api."Bagaimana jika kita lepaskan di hutan. Kemudian kita main perburuan?"
Dua orang yang setia pada majikannya. Tidak mengetahui kisah melankolis tentang mantan. Tapi sudah pasti majikan mereka yang tersakiti.
"Lepas! Tolong!" Teriak Veronica dengan gaun yang sudah dikoyak habis.
Gledo tiba-tiba ikut masuk, menyeret Cassandra."Apa yang harus aku lakukan dengan wanita ini?" Tanyanya.
Tiga orang yang sama-sama menghela napas. Sampah dari majikan mereka yang...harus dibuang.
Cassandra memang tidak mengetahui apapun, hanya seorang model yang menjadi kekasih Alex.
Karena itu, terlalu melelahkan juga menyingkirkan dua wanita. Lebih baik kembalikan pada pemilik mereka bukan?
"Jadi bagaimana?" Tanya Luna.
"Bungkus! Kirim!" Jawab Ace masa bodoh. Tidak tertarik lagi, dua warna yang menggeliat bagaikan cacing.
"Ongkosnya?" Gledo mengernyitkan keningnya.
"Minta pada bos!" Luna tersenyum hendak melangkah pergi.
"Kamu saja bicara pada setan itu!"Teriak Gledo, tidak dapat menebak apa yang ada di fikiran majikannya. Bagaimana jika saat minta uang burungnya dipotong?
Belakangan ini saya sering baca terputus putus..
Dalam artian... kadang dalam satu part butuh bererapa waktu..
Apakah pengaruh pada rwtensinya author?
kalau iya...
saya akan baca setelah benar2 ada waktu..
🙏🙏🙏🙏
semangat kak, ditunggu terus kelanjutannya 😍😍😍😍
semangat semangat semangat