Jesica Marry adalah nama yang selalu identik dengan ketangkasan, kecerdasan tajam, dan bahaya. Sebagai agen rahasia elit yang tak tertandingi, kehidupannya adalah rangkaian misi berisiko tinggi yang selalu berhasil ia tuntaskan. Namun, dalam sebuah misi yang sarat pengkhianatan, Jesica harus menghadapi nasib tragis, kematian yang kejam.
Saat ia yakin semuanya telah berakhir, jiwanya terhempas melintasi dimensi dan waktu, tersedot ke dalam raga yang rapuh namun bermahkota, tubuh Ratu Amora dari Kerajaan Dandelion.
Ratu Amora dikenal seantero negeri sebagai sosok yang menyedihkan, seorang ratu yang bodoh, mudah dimanipulasi, dan terabaikan oleh suaminya sendiri, Raja Arthur, serta seluruh istana. Ia hanyalah boneka yang tak punya kekuatan, hidup dalam bayang-bayang hinaan dan kekejaman diam-diam.
Namun kini, di mata Ratu Amora yang dulu kosong, bersinar kilatan tajam milik Jesica Marry.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERBUNUH
Jesica menembak, tetapi pria itu gesit, pria itu menjatuhkan senapannya dan menarik dua pisau lempar dari balik jaketnya, melemparnya cepat, memotong urat leher pria di kirinya dan menusuk bahu pria di belakangnya.
SRETTT
JLEP
Jesica tidak berhenti, jesica berlari menuju lorong sempit, memancing mereka untuk berkerumun.
DOR
DOR
DOR
Jesica berputar berputar, menembak dua pria di depannya, lalu tanpa jeda, Jesica melompat ke atas, menendang lampu gantung, dan menarik kawat jebakan yang telah ia pasang.
KLIK
PYAR
Lantai di bawah tiga pengejar terakhir runtuh, menjebak mereka dalam kegelapan lubang yang telah ia siapkan.
Napas Jesica terengah, jesica berhasil membasmi gelombang pertama, tetapi ia tahu itu belum selesai.
Jesica kembali ke ruang tamu, kalung Rubi masih di sana, memantulkan cahaya, lalu Jesica mengambilnya, menyembunyikannya di saku dalam jaketnya.
Namun telinga tajam nya, tiba-tiba mendengar suara yang berbeda, suara langkah kaki yang tenang, tidak terburu-buru, dan berat.
Di ambang pintu, berdiri seorang pria.
Pria itu adalah Ryan, pria itu tidak lagi mengenakan pakaian rapi, melainkan seragam taktis hitam penuh, di tangannya, sebuah pistol yang diarahkan tepat ke kepala Jesica.
Jesica masih tetap tenang, wajah datarnya kini menunjukkan kerutan samar kebingungan, tapi Jesica tidak sedikit pun membuka suara nya.
"Kau..." bisik Jesica nyaris tidak terdengar.
"Halo, Jesica," jawab Ryan, suaranya kini dingin, tanpa kehangatan yang ia tunjukkan semalam.
"Aku bilang, kau berutang penjelasan padaku. Sekarang, berikan aku kuncinya," lanjut Ryan berjalan mendekat ke arah Jesica.
"Kau salah satu dari mereka?" tanya Jesica, dingin.
Sekarang Jesica tahu kenapa malam itu Ryan ada di sana, ternyata Ryan adalah salah satu dari banyak nya orang yang menginginkan kalung permata Ruby itu.
Cih
Ryan menganggukkan kepalanya perlahan.
"Aku adalah analis Tuan Besar yang paling berharga, Aku melacak setiap pergerakannya, setiap transaksinya, Aku tahu semua tentang kalung ini sebelum dia tahu, dan misi penyelamatan semalam? Itu adalah cara termudah untuk mendekatimu, untuk mendapatkan kepercayaanmu," ucap Ryan tersenyum miring.
"Dan kau pikir Kau telah berhasil mendapatkan kepercayaan ku?" tanya Jesica dingin.
Ryan hanya mengangkat bahu nya acuh
"Kau bekerja untuk Tuan Besar?" tanya Jesica mengepal kan tangan nya kuat.
"Aku bekerja untuk diriku sendiri," koreksi Ryan.
"Aku bekerja untuk mengakhiri Tuan Besar, kalung ini adalah umpan, benar. Tapi bukan umpan untuk organisasi musuh, ni adalah umpan untuk Aku," ucap Ryan menjelaskan.
Ryan melihat mata Jesica berkilat, Ryan tahu, satu detik keraguan darinya akan berakibat fatal.
"Aku tahu dia membunuh orang tuamu, Jesica, Aku tahu dia menculik mu, Aku punya semua buktinya, Aku bisa menunjukkan kepadamu Jesica, bahwa kau menghabiskan seluruh hidupmu membunuh untuk pria yang membunuh orang yang kau cintai," ucap Ryan menatap dalam Jesica.
DUAR
Kalimat itu menembus pertahanan Jesica, seluruh hidupnya didasari kebohongan, seluruh rasa bersalah karena berutang budi, semua pengorbanan nya selama ini sia-sia.
Jesica mengepal kan tangan nya kuat, pantas saja di dalam mimpi nya dirinya selalu melihat wajah kedua orang tua nya yang tampak sedih dan tidak berdaya.
"Sialan!" desis Jesica mengumpat.
Dalam kebingungan dan kemarahan yang meluap-luap, Jesica melakukan kesalahan fatal, Jesica teralihkan.
DOR
Suara tembakan itu memecah keheningan sekali lagi, tapi kali ini, Jesica bukanlah penembak.
Jesica merasakan sakit yang membakar di perutnya, Jesica menjatuhkan pisaunya, tangan kirinya refleks mencengkeram luka itu. Ryan tidak bergerak, tatapannya tetap dingin.
"Kau terlalu berharga untuk mati di tangan musuh Jesica, maafkan aku," ucap Ryan pelan.
Jesica hanya menatap datar pria yang baru saja menembak nya, tidak ada sorot mata ketakutan dimata Jesica, dan rasa sakit, seolah rasa sakit tembakan yang baru saja dirinya terima, tidak sebanding dengan luka di hatinya.
Selama ini dirinya mengabdi pada pria yang telah mengundurkan keluarga nya.
Lalu Jesica melihat, sosok bayangan di balik punggung Ryan, itu adalah Tuan Besar, pria yang dirinya anggap sebagai penolong ternyata dia adalah dalang dari kehancuran hidup nya.
Pria yang di panggil Tuan Besar itu datang ditemani Jhon, Tuan Besar memegang pistol dengan laras yang masih berasap.
"Aku selalu tahu, Jesica," ucap Tuan Besar, langkahnya tenang, penuh kemenangan.
"Ryan hanyalah umpan yang lebih baik, dan kau? Kau terlalu berbahaya, kau mesin yang sempurna, dan kau harus segera di musnah kan," ucap Tuan Besar tersenyum dingin.
Jesica berlutut, darah mengalir deras di antara jari-jarinya, Jesica mencoba meraih senjatanya.
DOR
DOR
Bruk
"AAAKKKKKKHHHHH!!"
Jesica berhasil menembak Tuan Besar nya, dengan dua peluru yang sekarang bersarang di perut dan di dada kiri pria yang selama ini dirinya hormati sebagian orang yang merawat nya.
"DASAR PEREMPUAN SIALAN!!"
Raung Tuan Besar, menekan luka di perut nya yang terasa sangat panas.
Jesica hanya tersenyum miring, setidak nya dirinya sudah berhasil membalas kan sedikit dendam nya.
Pandangan Jesica mulai kabur, Jesica melihat Ryan memejamkan mata, wajahnya menunjukkan penyesalan.
Tuan Besar berjalan mendekat dengan tertatih-tatih, pria tua biadab itu mengambil kalung Rubi dari saku Jesica.
"Dari awal kau hanya senajata ku Jesica," bisiknya di telinga Jesica.
"Kau hanya umpan untuk membantu ku menuju kesuksesan," lanjut Tuan Besar tersenyum miring.
DOR
Suara tembakan terakhir, tepat di kepala.
Sebelum Jesica jatuh dan mati, Jesica kembali menembak Tuan Besar nya, tembakan kali ini tepat di kepala Tuan Besar nya, mambuat pria itu langsung merenggang nyawa, dan kalung Rubi itu jatuh ke lantai.
"Anda pikir setelah apa yang Anda lakukan pada Saya dan kedua orang tua Saya, Saya akan diam saja dan mati begitu saja," batin Jesica dengan sisa-sisa kesadaran nya.
"Pergilah ke neraka Tuan Besar," batin Jesica lagi.
Bruk
Jesica tersungkur ke lantai marmer yang dingin, matanya terbuka, menatap kosong ke langit-langit yang perlahan berputar.
Tidak ada napas, tidak ada detak jantung, hanya keheningan, Jesica sang mesin pembunuh, dan agen rahasia yang memiliki insting dan kecepatan seperti harimau, telah mati dalam misinya, dikhianati oleh kebenaran yang baru dirinya ketahui.
Di tengah darahnya yang mengering, kalung Permata Rubi itu bersinar, bukti akhir dari misi yang berhasil dan pengorbanan seorang agen rahasia yang terlatih sejak kecil.
Jhon, yang berdiri kaku di ambang pintu, memalingkan wajahnya, Jhon tidak bisa melihat akhir tragis dari wanita yang ia kagumi.
Sementara Ryan hanya bisa menatap kosong ke tubuh Jesica yang sudah tidak bernyawa, kekecewaan dan penyesalan yang mendalam terlihat jelas di matanya, kematian Jesica telah mengubah segalanya.
Selamat jalan wanita kuat, selamat bertemu di kehidupan selanjutnya, tempat dimana kamu bisa menegakkan keadilan 🥀
-Jesica Marry
entah kenapa kali ini suka banget sama novel mengenai kerajaan kerajaan,,, biasanya langsung skip,,,, laaahhh novel ini sampai ditungguin dikepoin kapan updtae😍😍😍