Nama Tokoh Utama: Arsaka Adyatma
Latar: Dunia Kultivator Jepang (Nihon Reikai), tersembunyi di dimensi lain.
Ringkasan Plot
Arsaka Adyatma, seorang mahasiswa teknik elektro yang realistis dari Jakarta, melakukan perjalanan wisata ke Kyoto, Jepang. Ketika ia menyentuh sebuah Gerbang Kuil kuno yang tersembunyi dimensinya, ia secara tak sengaja ditarik ke dalam Nihon Reikai—Dunia Kultivator Jepang, sebuah dimensi di mana hukum fisika digantikan oleh energi spiritual yang disebut Reiki atau Ki, dan kekuatan menentukan segalanya.
Tiba-tiba terdampar dan dilengkapi dengan sistem antarmuka mirip game yang misterius dan warisan unik Segel Naga Void yang tidak aktif, Arsaka mendapati dirinya berada di dasar rantai makanan. Ia diselamatkan oleh murid-murid dari Sekte Awan Guntur di tepi Kekaisaran Tiga Bintang, yang langsung meragukan asal-usulnya.
Novel ini mengikuti perjalanan Arsaka dari seorang Murid Tahap Awal yang naif menjadi seorang Kaisar Kultivasi yang ditakuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sourcesrc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Larian Arsaka Adyatma dari Sekte Awan Guntur adalah Jubah Petir terpanjang dalam sejarah latihannya.
Dia melompat dari tebing ke tebing, kakinya dilapisi Petir yang terkendali, meluncur turun ke lembah yang tertutup kabut. Berkat Inti Benteng Tanah yang baru, biaya Reiki untuk Jubah Petir kini jauh lebih rendah, memungkinkannya mempertahankan kecepatan supersonik selama berjam-jam.
Pada saat matahari terbenam, Arsaka telah melewati batas wilayah Sekte dan mencapai pinggiran Hutan Keterasingan.
Hutan itu sendiri tampak gelap dan berantakan. Ini adalah zona tak bertuan, tidak diklaim oleh sekte besar mana pun, dan oleh karena itu, menjadi tempat persembunyian sempurna bagi bandit, penjahat, dan monster Reiki liar.
Arsaka berhenti di balik sebuah batu besar, menyarungkan pedang bajanya.
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Status: Fase 5 (350/350 Reiki).
Misi Utama: Temukan Pandai Besi Naga Putih di Hutan Keterasingan.
Jalur Terdekat: Kota Perbatasan 'Pasar Tujuh Bintang' (3 jam perjalanan di dalam Hutan).
Peringatan Lingkungan: Bahaya Tinggi. Banyaknya Beast Spirit (Fase 4-6) dan Kultivator Jahat.
"Pandai besi legendaris tidak mungkin mudah ditemukan," gumam Arsaka. "Aku butuh informasi. Aku butuh data. Dan untuk itu, aku butuh kota."
Dia masuk ke dalam hutan yang gelap.
Bahaya di Hutan dan Strategi Hit-and-Run
Hutan Keterasingan bukanlah tempat yang damai. Reiki di sini liar dan tidak teratur, membuat monster di dalamnya tumbuh dengan agresif.
Tak lama setelah memasuki hutan, Arsaka diserang.
Tiga Gajah Akar setinggi dua meter—Beast Spirit Fase 4 dengan Elemen Tanah—keluar dari balik pepohonan. Mereka memiliki kulit tebal dan taring melengkung. Mereka pasti mencium bau Reiki Tanah yang terkandung dalam diri Arsaka.
"Tiga lawan satu, dan aku hanya boleh menggunakan Petir jika benar-benar perlu," pikir Arsaka. Dia hanya memiliki satu pedang baja yang layak.
Dia memutuskan strateginya: Hit-and-Run menggunakan kecepatannya.
Arsaka mengaktifkan Jubah Petir (dengan biaya Reiki minimum). Dia bergerak dalam kilatan, mengelilingi tiga Gajah Akar itu.
Gajah-gajah itu hanya bisa berputar, mencoba mengunci target yang bergerak terlalu cepat.
"Tinju Tanah Naga!"
Arsaka tidak membuang Reiki Petirnya. Dia mengaktifkan Tinju Tanah Naga yang kini diperkuat oleh Inti Benteng Tanah. Pukulannya kini membawa beban yang luar biasa.
Dia memilih Gajah di sebelah kanan, yang paling lambat berbalik. Pukulan Tanah yang Berat.
BUM!
Pukulannya mendarat di kaki Gajah Akar. Bukannya retak, kulit Gajah itu malah penyok dan energi Tanah dari Inti Benteng Arsaka langsung menembus ke tulang. Gajah itu roboh dengan suara gedebuk yang memilukan.
Dua gajah lainnya marah. Mereka menyerbu Arsaka secara bersamaan.
Arsaka tidak melawan. Dia menghindar menggunakan Jubah Petir, melesat ke atas pohon tertinggi.
Strateginya berhasil. Dia menggunakan kecepatan Petir untuk mengendalikan posisi, dan kekuatan Tanah untuk memberikan kerusakan fatal. Itu adalah sinergi baru yang efisien.
Setelah dua Gajah yang tersisa juga berhasil ia taklukkan (dengan menguras Reiki mereka dari dalam menggunakan Tinju Tanah), Arsaka melanjutkan perjalanannya, lebih yakin dengan kemampuan tempurnya.
Pasar Tujuh Bintang: Pusat Informasi
Setelah tiga jam, Arsaka menemukan Kota Perbatasan Pasar Tujuh Bintang. Itu adalah kota kumuh, didominasi oleh bandit dan cultivator yang hanya mencari untung. Di sini, Sekte Awan Guntur tidak memiliki otoritas sama sekali.
Arsaka menyarungkan pedang kayu dan pedang bajanya di bawah jubah, hanya menyisakan penampilan sebagai seorang murid Fase 5 yang sederhana. Dia menyembunyikan aura Petirnya di balik aura Tanah-nya.
Dia langsung menuju tempat yang selalu menjadi pusat informasi di dunia mana pun: Kedai minum yang ramai.
Dia memesan semangkuk sup yang berminyak dan duduk di sudut. Dia mulai mendengarkan percakapan di sekitarnya.
"...Aku dengar Penatua Awan Guntur sedang sibuk menahan para anjing api Naga Merah di utara..."
"...Seorang Fase 6 dibunuh di sini tadi malam. Oleh seorang Kultivator Pisau yang hanya Fase 4..."
"...Pil pemulihan yang didapat dari Hutan Keterasingan harganya naik tiga kali lipat..."
Tidak ada yang menyebutkan Pandai Besi Naga Putih.
Arsaka sadar, informasi legendaris tidak akan didapatkan dengan mendengarkan gosip di kedai biasa. Dia butuh sumber yang lebih terstruktur.
Dia membayar supnya dan mendekati seorang pria tua kurus yang duduk di sudut, matanya lincah dan mengenakan banyak perhiasan aneh. Pria itu tampak seperti seorang bandar informasi.
"Permisi, Tetua," kata Arsaka, merogoh kantongnya dan mengeluarkan dua Batu Spirit—mata uang umum di Reikai. Jumlah yang lumayan untuk sebuah informasi ringan. "Aku mencari seseorang. Seorang pandai besi tua. Naga Putih."
Pria tua itu mengambil Batu Spirit itu, menimbangnya, dan menyeringai.
"Pandai Besi Naga Putih? Dia bukan tukang besi biasa, Anak Muda. Dia adalah legenda. Informasi tentang dia membutuhkan lebih dari dua Batu Spirit murahan."
Arsaka menghela napas. "Berapa?"
"Dua puluh Batu Spirit," kata pria itu santai. "Dan itu hanya untuk petunjuk pertama."
Arsaka menggelengkan kepalanya. "Aku tidak punya uang sebanyak itu. Tapi aku punya sesuatu yang lebih berharga: Kemampuan tukar informasi yang permanen."
Pria tua itu tertawa. "Kau pikir kau siapa? Seorang Scribe Sekte?"
"Tidak. Seorang insinyur," kata Arsaka. "Aku punya cara untuk memverifikasi kebenaran semua informasi yang kau berikan kepadaku. Dan aku bisa memberimu informasi terverifikasi sebagai balasan."
Arsaka kemudian mengeluarkan kartu trufnya.
"Aku mencari tempat yang disebut 'Jaringan Bayangan Seribu Mata'," bisik Arsaka. "Sebuah tempat di mana semua informasi gelap berkumpul, dienkripsi, dan didistribusikan. Itu akan menjadi tempat terbaik untuk mencari Pandai Besi Naga Putih. Bisakah kau memberiku kata sandi untuk mengakses jaringan itu?"
Pria tua itu tertegun. Senyumnya menghilang, digantikan oleh mata yang melebar. Jaringan Bayangan Seribu Mata adalah sistem komunikasi rahasia dan anonim di seluruh Reikai, seperti 'Dark Web' atau 'Internet' versi kultivasi, dikelola oleh organisasi misterius. Hanya agen informasi tingkat tinggi yang tahu tentangnya.
"Bagaimana kau tahu tentang itu?" bisik pria tua itu, suaranya dipenuhi rasa takut.
"Informasi adalah mata uangku," balas Arsaka tenang. "Kau berikan aku petunjuk masuk ke Jaringan itu, dan aku akan melupakan dua puluh Batu Spirit. Kita akan berbisnis di Jaringan itu setelahnya."
Pria tua itu menimbang risiko. Mengungkapkan rahasia jaringan itu bisa membuatnya dibunuh. Tetapi Arsaka, seorang pemuda yang tenang yang tahu tentang Jaringan itu, mungkin lebih berbahaya jika dijadikan musuh.
"Di bawah Kedai ini," bisik pria tua itu, meludah ke lantai. "Ada sumur tua. Masuk. Di dinding sumur ada simbol naga. Sentuh simbol itu dengan Reiki Tanah-mu, dan katakan kodenya: 'Angin membawa guntur yang tersembunyi'."
Arsaka mengangguk. "Terima kasih atas investasimu, Tetua."
Arsaka berjalan ke belakang Kedai, menemukan sumur tua yang ditutupi oleh karung beras. Dia melompat ke bawah.
Jaringan Bayangan Seribu Mata
Sumur itu dalam dan lembab. Di dinding batu, dia menemukan ukiran kecil bergambar naga yang melingkar.
Arsaka mengaktifkan Reiki Tanah dari Inti Benteng-nya dan menyentuh ukiran itu.
"Angin membawa guntur yang tersembunyi," bisik Arsaka.
Ukiran naga itu bersinar dengan cahaya biru redup. Sebuah formasi Reiki di dinding sumur terbuka, menampakkan sebuah lorong batu yang gelap.
Lorong itu mengarah ke sebuah ruangan bawah tanah yang kecil dan remang-remang. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja batu besar dengan tiga kristal Reiki yang memancarkan cahaya redup. Ini adalah stasiun komunikasi.
Arsaka mendekati meja batu itu. Di benaknya, dia menganggap ini sebagai komputer kuno. Dia duduk dan meletakkan tangannya di atas salah satu kristal.
"Sistem, aku perlu mengakses Jaringan Bayangan Seribu Mata. Gunakan Reiki sebagai bandwidth dan Jiwa sebagai interface."
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Mengakses Jaringan Bayangan Seribu Mata...
Interface Jiwa Terhubung.
Peringatan: Informasi di sini sangat terenkripsi dan berbahaya.
Pikiran Arsaka langsung terbanjiri oleh miliaran bit informasi yang mengalir melalui kristal itu: laporan pasar gelap, peta harta karun, kontrak pembunuhan, dan tentu saja, gosip tingkat tinggi. Ini adalah Internet Reikai—sebuah aliran data yang tak ada habisnya.
Arsaka mengabaikan sebagian besar spam itu. Dia fokus.
Dia menggunakan Jiwanya (yang telah diperkuat oleh Reiki murni) untuk melakukan Pencarian Kata Kunci yang terfokus.
Pencarian: Pandai Besi Naga Putih.
Hasil pencarian muncul dalam pikiran Arsaka dengan cepat. Sebagian besar adalah rumor dan legenda lama. Tetapi satu hasil menonjol, dienkripsi dan diberi label sebagai "Data Terverifikasi (Tingkat Emas)".
[DATA TERVERIFIKASI]
Target: Pandai Besi Naga Putih (Identitas asli: Jiro)
Status: Hidup. Aktif. Sangat Terisolasi.
Lokasi Terakhir: Puncak Timur Hutan Keterasingan. Dekat formasi bebatuan "Tiga Pedang yang Patah". Jiro hanya akan menempa senjata untuk klien yang membawa logam langka 'Mutiara Petir Bawah Tanah'.
Peringatan: Pendekatan sangat sulit. Teritori naga (Beast Spirit Tingkat Tinggi).
Arsaka tersenyum lebar. Akhirnya, ada data yang jelas.
"Oke, Jiro. Aku akan mencarimu. Tapi pertama-tama..."
Dia melihat kata kunci Mutiara Petir Bawah Tanah.
"Sistem, Pencarian: Mutiara Petir Bawah Tanah. Lokasi."
[PENCARIAN MUARA PETIR BAWAH TANAH]
Lokasi Terdeteksi: Gua Kristal Merah, Lembah Air Asin (2 hari perjalanan ke timur).
Penghuni: Raja Naga Tanah (Dōryū-Ō), Beast Spirit Tingkat 7 (Kultivasi setara dengan Fase Penatua).
Arsaka terdiam. Pedang baru hanya bisa ditempa dengan Mutiara Petir Bawah Tanah. Dan mutiara itu dijaga oleh Raja Naga Tanah Tingkat 7.
"Tentu saja," Arsaka mendesah. "Tidak ada yang mudah di dunia kultivasi. Pedang yang menahan Petir Surgawi harus ditebus dengan melawan Naga."
Arsaka bangkit, matanya penuh tekad. Dia sekarang tahu jalannya. Langkah pertama: Kalahkan Naga dan curi mutiaranya.