7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.
Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.
Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.
Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMEJA DENIM PENYELAMAT
"Cie.. Udah balik aja nih dari audit bareng dr. Hendra" goda Yati kepada Hanna yang baru saja sampai ke kantor saat itu.
"Capek tau, kak. Mana banyak banget lagi masalah disana" keluh Hanna
"Terus, gimana kak? Yang masalah stok obatnya?" tanya Febi
"Udah aman. Semua udah dipastikan dengan baik, kok." jawab Hanna
"Ooh.. Syukurlah, kak. Berarti ada penyesuaian stok ya.."
Hari itu, Hanna benar-benar bersyukur bisa kembali masuk bekerja. Ia ingat persis bagaimana kesulitannya ia saat harus bertahan hidup di kebun tanpa sinyal yang baik.
Harus melawan rasa takut setiap malam. Dan yang terburuknya adalah ia harus menghadapi sifat aneh dr. Hendra.
"Feb, ngopi yuk entar siang?" ajak Hanna.
"Gas lah. Kebetulan Febi mau jajan, nih kak." jawab Febi dengan antusias.
Siang itu cukup terik. Cocok sekali jika minum es kopi susu dan roti sosis pedas sebagai cemilannya.
Tampak dari luar Hanna dan Febi berusaha melawan panasnya terik matahari saat hendak menuju minimarket. Sesampainya di minimarket, Hanna berjumpa dengan dr. Hendra.
Siapa sangka, sudah lebih satu Minggu mereka bersama melakukan audit tidak cukup membuat dr. Hendra untuk ramah kepada Hanna. Dia tetap berlagak seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.
"Ooh.. Jadi gini dia aslinya ya? Langsung pura-pura berlagak seolah nggak terjadi apa-apa? Oke.. Dia kira cuma dia aja yang bisa gitu" gumam Hanna dalam hatinya.
Hanna pun melewati dr. Hendra begitu saja. Dan ya, dr. Hendra cuek dan tidak peduli.
Di meja paling belakang, Hanna dan Febi memilih tempat itu sebagai tempat mereka bersantai menikmati es kopi mereka.
Dari jauh, dr. Hendra sesekali memperhatikan Hanna walau hanya melihat bagian belakangnya saja.
"Sombong banget. Padahal kemarin ketakutan sampe megang tanganku" gumam dr. Hendra dalam hatinya
"Sst.. kak Han" bisik Febi
"Apa..?" jawab Hanna dengan berbisik juga
"Kamu diliatin dr. Hendra tau" bisiknya lagi
"Ngaco tau gak" tutup Hanna
Waktu jam istirahat sudah habis. Hanna dan Febi kembali ke ruangan mereka untuk melanjutkan pekerjaannya.
Semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Handphone Hanna bergetar tanda notifikasi pesan masuk
📩 Bu Vannya
"Han, ada laporan tagihan obat periode tanggal 01-14 nggak?"
✉️ Hanna
"Nggak ada, Bu. Bukannya dr. Hendra kirimnya selalu full satu bulan, ya?"
📩 Bu Vannya
"Nanti kamu tolong minta dr. Hendra hitung tagihan obat periode tanggal 01-14, ya. Karena per tanggal 15 itulah kita baru bisa input billing klinik ke sistem, dan tanggal 01-14 kita masih manual di Excel."
"Setelah hitungannya dapat, minta Yati untuk input jumlah tagihan obat periode tanggal 01-14 + jumlah visit pasien ke sistem accounting Head Office."
✉️ Hanna
"Ooh.. oke baik, Bu"
Hanna mendengus lelah membaca chat dari atasannya itu. Mau tidak mau dia harus menghubungi dr. Hendra.
Akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan pesan Bu Vannya ke dr. Hendra.
30 menit kemudian dr. Hendra mengirimkan laporan itu tanpa basa-basi apapun.
Hanna pun meneruskan ke Bu Vannya laporan yang diberikan dr. Hendra.
***
Malam itu entah kenapa Hanna merasa sangat lelah. Dia pun langsung tidur tanpa bermain handphone seperti biasanya.
Kilasan 13 tahun yang lalu
"Aktifkan code blue, pak. Ada korban tak sadarkan diri di parkiran mobil."
Semua orang menghampiriku kecuali dia. Dia hanya menatapku dengan rasa takut.
"Kamu dokter kan? Kenapa diam aja?! Dia terluka parah!"
Hanna terbangun dari tidurnya saat memimpikan kejadian itu lagi.
Rasanya seperti nyata sekali. Seakan-akan terulang kembali.
Dia mengecek handphone nya untuk melihat jam. Waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi dan Hanna memutuskan untuk kembali tidur.
***
Pukul 07.00 pagi saat sedang bersiap, Febi mengirimkan pesan kepada Hanna
📩 FEBI
"Kak, nanti makan di kantin yuk. Ada menu jamur crispy sama soto hari ini lho"
✉️ Hanna
"Wah boleh juga tuh. Oke oke"
Pukul 07.40 Hanna sudah sampai di kantor.
"Wah.. Cantik banget hari ini.. Baju baru yah?" goda Yati kepada Hanna.
"Ah.. Enggak kok, kak. Baju lama ini. Kebetulan lagi pengen pake ini karena jarang dipake.." jawab Hanna.
Hari itu, Hanna memakai bolero batik berwarna kuning cerah dengan aksen berwarna putih dipadu dengan dalaman kaos hitam yang menutupi lehernya. Saat itu ia memakai celana panjang berwarna senada dengan kaos hitam dan dihiasi dengan ikat pinggang coklat.
Pakaiannya saat itu membuat dirinya terlihat sangat cantik karena warna bolero batiknya itu cocok dengan warna kulitnya. Membuat kulitnya semakin cerah.
Saat makan siang tiba, Febi tidak sabar mengajak Hanna untuk berburu makan siang. Biasanya mereka hanya membeli lauk saja, lalu langsung kembali ke ruangan.
Tapi kali ini mereka ingin mencoba makan siang di kantin. Ingin mencoba suasana baru katanya.
Ketika sudah sampai di kantin, Gadis melihat Hanna dan Febi sudah mengambil makanan. Tiba-tiba saja, Gadis teringat bagaimana ia ditegur dengan keras oleh Bu Vannya akibat Hanna tidak diberi meja baru saat itu.
Karena nya, Gadis merasa harus memberikan pelajaran bagi Hanna. Saat melihat Hanna memakai bolero batik itu, Gadis memiliki ide gila.
Dari arah berlawanan, dengan sengaja Gadis menabrakkan dirinya ke Hanna yang saat itu sedang membawa soto panas. Hanna pun tersiram kuah soto yang panas itu. Setengah bolero batik Hanna terkena kuah soto yang panas.
Dengan kesal Hanna menatap ke arah Gadis.
"Eh.. Maaf ya Han, ngga sengaja. Duh, jadi kotor deh bajunya.." ucap Gadis seperti meledek Hanna.
Dengan tatapan tajam ke arah Gadis, dan di depan semua orang yang ada di kantin saat itu, Hanna membuka boleronya.
Matanya saat itu seakan berbicara kepada Gadis "Kamu kira aku takut diperlakukan seperti ini?"
Semua orang yang menyaksikan terkejut melihat Hanna. Bahkan Febi pun tak kuasa menahan rasa kagetnya.
"Kak.." ucap Febi
Dr. Hendra yang sedang makan saat itu menyaksikan pertunjukan itu dengan santai dan terlihat cuek namun terus memperhatikan gerak gerik Hanna.
Dia melihat sekitar bahwa banyak pasang mata lelaki yang melihat Hanna.
Lekuk tubuhnya terekspose karena hanya memakai kaos hitam yang ketat.
Tatapan dr. Hendra tetap fokus kepada Hanna yang membelakangi karena sedang mencuci bolero nya di wastafel saat itu.
Sesekali dr. Hendra menatap tajam ke arah Gadis. Setelah ia selesai makan, dr. Hendra membuka kancing kemeja denim nya sembari berjalan ke arah Hanna.
Saat Hanna sudah selesai dari wastafel, dia mengemas boleronya dengan plastik yang ia minta pada staff kantin.
Dari belakangnya, dr. Hendra memakai kan kemeja denimnya ke Hanna. Saat itu, dr. Hendra hanya memakai kaos hitam polos saja.
Hanna terkejut dan menatap wajah dr. Hendra.
Untuk pertama kalinya, dr. Hendra merasa dipermalukan ketika Hanna juga dipermalukan..
"Pakai ini. Semua orang ngelihat kamu.." ucap dr. Hendra
Hanna tidak langsung menjawab. Dia menunduk sejenak. Lalu dr. Hendra mengarahkan Hanna untuk memakai kemeja itu dengan benar.
"Biar Hanna aja, dok.. makasih banyak ya.." ucap Hanna tanpa menatap mata dr. Hendra
"Oke.. Jangan lupa balikin" jawab dr. Hendra sembari meninggalkan kantin.
Semua orang menyaksikan hal manis itu dan beberapa wanita menanyakan keadaan Hanna apakah kulitnya panas karena terkena kuah yang panas itu?
Untungnya, kulit Hanna tidak kenapa-kenapa.
Di depan layar komputernya, Hanna hanya bisa termenung mengingat kejadian di kantin tadi siang.
Satu sisi dia kesal diperlakukan tidak baik, namun di satu sisi dia senang diselamatkan tepat waktu.
Sesekali ia memegang kemeja denim milik dr. Hendra yang ia pakai saat itu.
"Terimakasih..." gumam Hanna dalam hatinya.
Saat hendak pulang, Hanna bingung bagaimana harus menjawab adik-adiknya jika mereka bertanya.
Ah, mending jujur saja pikirnya.
"Kak, kamu pakai kemeja siapa ini kok gede banget? Bukannya tadi pakai batik?" tanya Tulus
"Iya. Ketumpahan kuah soto. Jadi batiknya aku bikin di laundry deh" ucap Hanna dengan nada yang lelah
Hanna melangkah ke kamarnya dan langsung bersiap untuk tidur.
Dia terus menatap kemeja milik dr. Hendra
"Besok aja deh aku cuci. Capek banget hari ini.." ujarnya
Di sisi lain, dr. Hendra melihat foto kebersamaanya bersama tim saat audit ke klinik kebun.
Di foto itu ada Hanna yang tersenyum ceria dengan pose love yang Hanna tunjukkan.
Dia tersenyum mengingat kenangan bersama Hanna saat audit ke klinik kebun waktu itu.
"Aku harap di klinik kebun ada masalah lagi, jadi kita bisa ketemu lagi.."