“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”
Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.
Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Jalan Baru yang Terbuka
Li Yao masih berdiri kaku di depan Yue Xian, ia merasa ragu harus menerima tawaran wanita misterius itu atau tidak.
“Kenapa kau memilihku untuk membantumu? Bukankah di luar sana ada banyak yang jauh lebih hebat dariku?” tanyanya akhirnya.
Yue Xian menatapnya sekilas lalu berkata pelan, “Apa aku tidak boleh masuk dulu? Akan lebih baik jika kita berbincang di dalam.”
Li Yao akhirnya mengangguk dan mempersilakannya masuk ke ruangan sederhana tempat tinggalnya.
Yue Xian segera duduk di kursi yang tersedia. Sementara itu, Tuan Tang masih berdiri di sisi pintu seolah menunggu aba-aba untuk pergi.
“Nak Li Yao, kalau begitu saya pamit kembali ke toko,” ujar Tuan Tang sopan.
Li Yao membalas dengan anggukan ringan. Tuan Tang pun membalikkan badan dan berjalan keluar sambil menutup pintu dengan tenang di belakangnya.
Li Yao kemudian ikut duduk di hadapan Yue Xian, menatap wanita itu dengan rasa ingin tahu yang lebih dalam. Ia kembali mengulang pertanyaannya dengan suara lebih tenang.
“Bolehkah sekarang Nona menjawab pertanyaanku tadi?”
"Hahaha, Saudara Li Yao rupanya orang yang tak sabaran ya?" ujar Yue Xian sambil tersenyum kecil.
"Aku hanya merasa waktuku terbatas dan masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan," sahut Li Yao singkat.
Yue Xian tertawa pelan lalu kembali menatapnya dengan pandangan serius.
“Baiklah… alasan mengapa aku memilihmu, itu karena ramuan obat yang kau buat telah menarik perhatianku. Dari yang kulihat, ramuan obat ini bukan sekadar hasil tiruan. Ada kekuatan jiwa dan pemahaman mendalam dalam proses pembuatannya. Kebanyakan orang yang kutemui hanya menyalin dari catatan. Tapi kau... berbeda.”
Li Yao mengerutkan kening. “Aku tidak terlalu mengerti maksud Nona. Aku hanya mencampur bahan-bahan berdasarkan intuisi dan pengalamanku.”
Tentu saja Li Yao tidak menyebutkan bahwa banyak pengetahuannya berasal dari catatan Kakek Qiao.
Yue Xian mengangkat alisnya dan tersenyum dari balik tudungnya. Meskipun wajahnya sebagian tertutup, sorot matanya yang lembut dan cerdas memperlihatkan ketertarikan yang tulus.
“Itulah sebabnya aku datang padamu dan meminta bantuanmu.”
Dengan perlahan, Yue Xian mengeluarkan sebuah gulungan kertas tua dan meletakkannya di atas meja.
Gulungan itu tampak usang, namun terdapat simbol-simbol alkimia yang samar menyala di permukaannya, seakan akan mengandung energi yang tersembunyi.
Li Yao membukanya perlahan. Di dalamnya tertulis daftar berbagai tanaman dan bahan obat-obatan. Beberapa di antaranya cukup dikenal olehnya, dan ia masih bisa mengingatnya dengan jelas dari catatan Kakek Qiao. Namun yang membuatnya terkejut adalah kemunculan nama-nama bahan berbahaya termasuk Akar Leleh Tulang, tanaman racun yang pernah ia gunakan untuk membunuh Mo Huo di tambang.
Di bagian bawah daftar tanaman dalam gulungan itu, tertulis sebuah nama yang mencolok: "Serbuk Cahaya Roh Ilahi."
Li Yao mengerutkan alisnya saat membaca nama itu. Ia belum pernah mendengar ramuan obat dengan nama seaneh dan seanggun itu sebelumnya.
Sambil menatap gulungan di meja ia akhirnya bertanya pada Yue Xian.
"Apakah Nona ingin aku meracik ramuan yang tertulis dalam gulungan ini?"
Yue Xian tersenyum tipis. “Ternyata Saudara Li cukup cerdas. Benar, aku ingin saudara Li membuat Serbuk Cahaya Roh Ilahi itu.”
Li Yao menatapnya dalam diam. "Tapi... aku belum pernah membuat ramuan seperti ini sebelumnya. Apakah tujuan dari ramuan ini untuk menetralisir racun?" tanyanya, nada suaranya ragu tapi penuh perhitungan.
Pertanyaan itu membuat Yue Xian terdiam sejenak, matanya sedikit melebar karena terkejut. Ia tak menyangka pemuda di hadapannya mampu menebak fungsi ramuan hanya dari daftar bahan-bahannya. Dalam hatinya, ia semakin yakin bahwa Li Yao memang orang yang ia cari, seseorang yang cukup tajam untuk membaca makna tersembunyi dari sebuah formula.
“Benar,” ucap Yue Xian pelan. “Ramuan ini adalah penawar untuk racun yang sangat langka dan mematikan.”
Ia menarik napas dalam dalam sebelum melanjutkan, “Saudariku diracuni oleh salah satu murid dari Sekte Langit Beracun. Dan hanya Serbuk Cahaya Roh Ilahi yang diyakini bisa menyelamatkannya.”
Li Yao tak langsung menjawab. Matanya kembali menatap daftar bahan-bahan itu, sebagian cukup langka, beberapa bahkan sangat berbahaya.
Melihat keraguan itu, Yue Xian perlahan menambahkan, “Jika Saudara Li berhasil membuat ramuan ini untukku, aku telah menyiapkan imbalan yang pantas. Bukan hanya emas... tapi juga sesuatu yang bisa membantu jalanmu sebagai seorang alkemis.”
Li Yao masih terdiam, merenungkan segalanya yang baru saja didengarnya. Dalam hatinya, ia belum yakin apakah bisa membuat ramuan Serbuk Cahaya Roh Ilahi atau tidak, tapi haruskah ia menerima tawaran Yue Xian atau menolaknya?
"Untuk sebagian tanaman yang tertera dalam gulungan ini, aku bahkan belum pernah melihatnya secara langsung. Bagaimana aku bisa membantu Nona meracik penawar racun ini? Terlebih lagi... Akar Leleh Tulang. Jika aku tak salah, tanaman itu hanya bisa ditemukan di wilayah Sekte Langit Beracun."
Begitu mendengar nama sekte itu disebut, tubuh Yue Xian tampak menegang. Tangannya mengepal erat dan sorot matanya berubah dingin. Reaksi itu tak luput dari pengamatan Li Yao.
Namun Yue Xian segera menenangkan dirinya dan menjawab dengan suara pelan namun mantap.
“Tenang saja. Aku tahu di mana semua bahan itu bisa ditemukan.”
Li Yao terkejut mendengar ucapan Yue Xian, Ia tidak menyangka wanita di depannya benar-benar sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Jika ia ikut dalam pencarian bahan-bahan itu, bukan hanya bisa membantu membuat penawar, tapi ia juga bisa mengumpulkan stok untuk keperluan pribadinya, baik untuk meracik obat penyembuh maupun ramuan racun yang langka.
Sebuah senyum tipis akhirnya terukir di wajahnya. Mungkin, ini memang kesempatan yang tidak boleh ia lewatkan.
“Baiklah,” ucap Li Yao perlahan. “Aku akan mencoba membantu Nona membuat ramuan ini. Tapi ada satu syarat dariku.”
Yue Xian mengangkat alisnya dan mulai tertarik. “Apa syarat itu?”
“Aku ingin ikut bersamamu mencari bahan-bahan pembuat ramuan Serbuk Cahaya Roh Ilahi.”
Yue Xian tersenyum dan mengangguk pelan. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berkata,
"Sepakat."
"Besok pagi aku akan menunggumu di penginapan Mata Air Timur."
Tanpa menoleh ke belakang, Yue Xian melangkah pergi meninggalkan penginapan.
Tak lama setelah kepergian Yue Xian, Lan Ci menghampiri Li Yao dengan rasa penasaran yang sulit disembunyikan.
“Siapa wanita tadi Yao?” tanyanya pelan.
“Dia adalah salah satu pelanggan yang membeli obat buatanku di Toko Tuan Tang,” jawab Li Yao tenang.
Lalu dengan suara yang lebih serius, ia menambahkan, “Lan Ci, beberapa hari ke depan aku harus pergi keluar desa, mencari bahan-bahan penting untuk ramuan obat. Selama aku tidak ada, aku akan menitipkanmu pada Tuan Tang.”
Lan Ci menatapnya dengan cemas, ada rasa khawatir yang tergambar jelas di wajahnya. “Apa kamu akan pergi bersama wanita itu?”
Li Yao mengangguk pelan. “Ya.”
***
Keesokan paginya langit tampak mendung, tapi belum ada tanda-tanda hujan akan turun. Udara pagi terasa dingin dan segar menyelimuti kota kecil Shuijing.
Li Yao melangkah keluar dari penginapan membawa tas kain besar di punggungnya. Di dalam tas itu tersimpan peralatan alkimia sederhana, beberapa botol kosong, serta pil-pil penyegar tubuh yang bisa membantunya bertahan dalam perjalanan.
Saat tiba di depan penginapan Mata Air Timur, sosok yang ia tunggu sudah berdiri di sana, Yue Xian dengan jubah hitam khasnya sedang memeriksa daftar bahan di tangannya.
Yue Xian tampak berbeda dari kemarin. Kali ini tudungnya sudah dilepas, memperlihatkan rambut hitam panjang yang diikat rapi ke belakang. Wajahnya dingin namun memancarkan pesona yang menawan. Di pinggangnya tergantung sepasang belati kecil berukir motif burung yang tampak sedang mengepakkan sayap.
Pakaian yang ia kenakan hari ini jauh lebih mewah, menjelaskan statusnya bukan hanya seorang bangsawan, tapi juga seorang kultivator muda yang telah mencapai tahap Pemurnian Tubuh Bintang Lima.
Saat melihat Li Yao yang masih mengenakan pakaian sederhana dan membawa tas besar di punggungnya, ekspresi Yue Xian sempat berubah. Ia mengernyit dan mengangkat alisnya sejenak tampak terkejut, namun tidak mengucapkan sepatah kata pun soal itu.
“Kau datang tepat waktu,” ucap Yue Xian dengan dingin tanpa senyum sedikitpun.
Li Yao hanya mengangguk. Ia memperhatikan wanita itu sebentar, dari penampilannya, auranya, dan tatapannya hari ini jauh lebih mencolok dibanding saat pertama kali mereka bertemu.
“Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang.”