Anisa gadis yatim piatu bekerja sebagai pelayan. Demi keselamatan Sang Majikan dan di tengah rasa putus asa dengan hidupnya, dia terpaksa menikah dengan Pangeran Jin, yang tampan namun menyerupai monyet.
Akan tetapi siapa sangka setelah menikah dengan Pangeran Jin Monyet, dia justru bisa balas dendam pada orang orang yang telah menyengsarakan dirinya di masa lalu.
Bagaimana kisah Anisa yang menjadi istri jin dan ada misteri apa di masa lalu Anisa? Yukkk guys ikuti kisahnya...
ini lanjutan novel Digondol Jin ya guys ♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5
Dari langi -langit, sesuatu seperti percikan debu cahaya jatuh perlahan.
Udara yang tadinya dingin tiba-tiba jadi hangat, lembut seperti embusan napas pagi.
Dan dari percikan itu, muncul suara kecil yang ceria:
“Hi... hi.. hi.. Kakak Pung Pung! Aku sudah datang lagi, nih!”
Semua menoleh kaget.
CLING
Dari udara, tubuh mungil berkaus biru muda dan celana pendek melayang turun pelan-pelan, mendarat di depan Pungki dengan gaya salto kecil. Rambut gondrong nya sedikit berantakan, matanya bulat besar bersinar seperti bintang, dan tawa kecilnya menggema di lorong.
Windy, si jin bocil kini tampak sudah seperti semula.
Tidak ada lagi aura gelap, tidak ada lagi tatapan kosong.
Yang ada hanya wajah imut anak kecil yang polos dan senang bisa bertemu lagi dengan Kakak Pung Pung nya.
“Kamu... Win kenapa dan ke mana kamu tadi?” Pungki berbisik, setengah tidak percaya. “Kamu.. kamu sekarang sudah normal?” ucap Pungki sambil menatap Windy dengan tajam.
Windy menepuk dadanya dengan bangga.
“Tentu dong! Udah aku reset! Hi.. hi... hi..! .”
Ia berputar sekali di tempat, lalu mengedip ke arah perawat dan orang-orang yang masih melongo. Tetapi Pak Hasto, Bu Hasto dan Anisa malah tidak bisa melihatnya.
“Tenang aja, kakak suster! Aku nggak ngapa-ngapain, cuma mau betulin Kakak Pung Pung ku yang rusak dikit nih.”
Sebelum siapa pun sempat menghentikannya, Windy melompat cepat ke arah Pungki.
Tangannya yang mungil menyala lembut, bukan cahaya panas, tapi cahaya hangat berwarna biru muda, seperti sinar laut di pagi hari.
Windy menepuk pundak Pungki pelan.
Sekejap, semua guratan hitam di tubuh Pungki menyala terang .. fyuung! lalu lenyap seperti terbakar oleh cahaya lembut. Pungki menarik napas panjang, dadanya terasa ringan, dan kulitnya kembali normal.
Perawat yang berdiri ternganga. “S.. sssembuh... begitu saja?”
Windy menoleh, pipinya menggelembung karena ia menahan tawa.
“Hi... hi... hi.. gampang, kakak . Ini cuma virus halu buatan ratu jin nakal. Kalau disinarin pakai tenaga jin yang udah di reset , langsung bubar.”
Windy mengangkat dua jarinya, membentuk tanda “peace”.
“Sudah Win, sekarang kita bantu Ndaru dan Fatima.” Bisik Pungki sambil menggandeng tangan mungil Windy.
“Iya Pung, .. cepat tolong Ndaru dan Fatima.” Ucap Pak Hasto dengan tidak sabar. Dia sudah sangat percaya jika Pungki dan Windy bisa mengobati penyakit anak dan menantunya itu.
“Iya Pung tolong cepat ya, Fatima tengah hamil muda selamatkan calon cucuku..” ucap Bu Hasto yang wajahnya masih tampak sembab.
“Baik Pak, Bu..” ucap Pungki saat sudah berada di dekat mereka.. Pungki pun lalu menatap perawat penjaga ruang ICU.
“Sus.. tolong izinkan saya masuk.” Ucap Pungki dengan santun..
“Iya Sus izinkan dia masuk, siapa tahu bisa meringankan sakit Ndaru dan Fatima.” Ucap Pak Hasto sambil menatap Dokter dengan ekspresi wajah penuh permohonan.
Suster hanya mengangguk lalu menghubungi Dokter yang merawat Ndaru dan Fatima.
Begitu mendapat izin, Pungki segera mengenakan pakaian pelindung untuk masuk ruang ICU.
Sementara Windy, dengan satu kedipan, beralih ke mode tak terlihat.
Di saat mereka berdua sudah masuk ke dalam ruang tempat Ndaru dirawat. Pungki dan Windy sangat kaget karena alat alat medis yang dipasang pada tubuh Ndaru menunjukkan alarm tanda bahaya.
Dan kedua mata mereka berdua melotot saat melihat sosok tinggi besar dalam wujud monyet putih dengan wajah yang sangat menyeramkan.. Sosok itu berdiri sangat dekat dengan tubuh Ndaru, di dekat monitor alat medis.
Sosok kera putih menyeramkan itu juga tampak kaget saat melihat kedatangan Pungki, dia tidak melihat Windy sebab Windy dalam mode tidak menampakkan diri.
Akan tetapi anehnya sosok menyeramkan itu tidak menyerang Pungki namun malah menghilang lenyap tidak tampak..
“Wind, sudah pergi jin monyet anak buah Sang Ratu..” gumam Pungki dalam hati sambil terus melangkah mendekati Ndaru..
“Hi.. hi... hi... takut pada Kakak Pung Pung mungkin ishhh pasti dia akan lapor pada Sang Ratu..” suara Windy di telinga Pungki..
Dokter yang berjaga berkata dengan wajah serius,
“Begini keadaan nya Mas .., tubuh Mas Ndaru masih demam dan belum sadar, alat vitalnya terus saja membengkak saya khawatir mikroorganisme itu menyerang testis nya dan membuat Mas Ndaru mandul.” Ucap Dokter sambil menunjukkan layar komputer memperlihatkan gambar dua dimensi alat vital Ndaru yang bengkak, tidak hanya di ekor depan nya saja skrotum pun juga sudah mulai membengkak.
Pungki mengusap wajahnya, dia sangat prihatin dengan kondisi Ndaru, sakit yang dia alami tadi tidak separah Ndaru, mungkin akibat laku batin yang dia tunaikan selama ini membuat dia lebih bertahan dan mungkin juga karena ada Windy sahabat kecilnya. Meskipun tadi ada sedikit kesalahan atau ulah Sang Ratu yang merasuk di tubuh Windy..
“Kakak Pung Pung cepat obati dia, kasihan..” suara lirih Windy di telinga Pungki.
“Wind apa aku harus meniup niup ekor depan Ndaru seperti kamu mengobati aku tadi?” tanya Pungki di dalam hati. Dia merasa geli dan malu sendiri jika melakukan macam begitu pada ekor depan Ndaru..
“Ha... ha... ha.... ha... tidak usah Kakak Pung Pung, tumpangkan saja tangan Kakak Pung Pung pada selimut Kakak Ndaru, tepat di ekor depan nya itu.” Suara imut Windy di telinga Pungki.
Pungki yang merasa sangat kasihan pada Ndaru itu pun cepat cepat menumpangkan tangan kanannya di atas selimut tepat di ekor depan Ndaru yang tampak sangat menonjol karena bengkak serius.
Sambil menempelkan tangan Pungki berdoa memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah.. agar proses penyembuhan tidak eror seperti yang dilakukan Windy tadi pada dirinya.
Dokter dan satu perawat yang menjaga tampak heran karena di layar monitor menunjukkan tanda tanda kondisi Ndaru membaik... Pungki masih terus menempelkan tangannya, dia pun merasakan alat vital Ndaru tidak sebesar tadi...
Sesaat mereka yang berada di ruang ICU mendengar suara Ndaru...
“Bro...” suara serak Ndaru yang kini telah sadar. Kedua matanya pun telah terbuka dan menatap Pungki.
“Ru, bagaimana apa masih sakit?” tanya Pungki sambil masih menumpangkan tangannya.
“Sudah tidak sakit lagi, apa sudah tidak bengkak lagi?” tanya Ndaru yang tidak tahu jika alat vital nya bisa dilihat di layar monitor meskipun hanya dengan gambar dua dimensi.
“Sudah mengecil Mas Ndaru.” Ucap Dokter sambil menatap layar monitor komputer.
Kedua mata Ndaru melotot dengan ekspresi wajah yang sangat panik.
“Hah? Jadi kecil?” teriak Ndaru, cepat cepat mengangkat punggung dan kepalanya. Dia langsung duduk dan membuka selimut untuk melihat burungnya karena khawatir burung garuda nya menjadi burung emprit ...
....
bersambung..
Kok sepi banget ya ? ada yang baca ga nih?
g di sana g di sini sama aja mbingumhi 🤣🤣🤣
tp nnti pennjelasan panheran yg masuk akal dpt meruntuhkan ego samg ibunda dan nnit mlh jd baik se lam jin jd muslim.🤣