Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 30
Tepat pukul 13.00 wib, Gilang dan Rere meninggalkan apartemen. Mobil jazz yang membawa mereka melaju dengan kecepatan sedang. Yang ada di fikiran Rere, bagaimana sikap bu Nita nanti. Halini sedang memenuhi benaknya. Ia duduk dengan menyandarkan kepala dengan tangan kiri sebagai tumpuannya.
"Kenapa mbak, kok bengong....?" tanya Gilang di sela sela fokus menyetir.
Rere menarik nafas dan menghembuskannya pelan.
"Mbak mikirin sikap bu Nita nanti Lang, kan tadi kita udah berani membantah ucapanya." jawab Rere pasrah.
"Bukan kita, tapi saya yang membantah mbak. Mbak Rere tenang saja, saya akan tanggung jawab dengan semua yang sudah saya lakukan tadi. Jadi mbak nggak usah mikirin ini itu, dan jangan khawatir lagi..." ucap Gilang enteng sekali.
"Kamu nggak tau sih Lang, makanya gampang banget ngomongnya, lagian kamu juga anak baru, jadi belum mengenal bu Nita gimana." jelas Rere.
"Ya juga sih mbak, saya baru beberapa hari di kantor mbak Rere...."
"Nah maka dari itu. Mbak khawatir kalau nanti kamu juga ikut kena imbasnya gara gara mbak tadi."
"Tenang saja, Gilang sudah siap kok. Ngomong ngomong, perut mbak masih nyeri...?" tanya Gilang mengalihkan pembicaraan.
"Udah agak mendingan kok....."
"Syukurlah..."
Obrolan terhenti sejenak, karena mobil sudah memasuki halaman kantor mereka. Rere memandang bangunan kantor yang sudah beberapa tahun ini menjadi tempat ia menjalani suka dan duka bersama teman temanya. Ia menghela nafas. Suasana agak sepi karena jam istirahat sudah usai. Hanya suara bising laku lalang mobil dan kendaraan yang lewat di jalan depan kantornya. Rere turun dari mobil di ikuti oleh Gilang. Keduanya berjalan beriringan memasuki kantor. Di depan pintu masuk, seorang security sudah tersenyum menyambut mereka dan membukakan pintu yang terbuat dari kaca.
"Siang mbak Rere mas Gilang..." sapa pak security dengan ramahnya. Didada sebelah kanannya tertulis nama Suparna. Nama security tersebut yang sudah akrab dengan Rere. Dengan hormat ia sedikit membungkukan badan ketika Rere dan Gilang akan memasuki kantor tersebut.
"Selamat siang pak Parna...." jawab Rere dan Gilang bersamaan. Tidak banyak basa basi, setelah membalas sapan pak Parna, keduanya langsung masuk menuju ruangan mereka. Dalam hati, Rere memutuskan untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi nanti setelah ia menjelaskan kepada bu Nita. Begitu juga dengan Gilang.
Apa pun yang akan terjadi, saya akan siap pasang badan untukmu mbak Rere
Gumam Gilang dalam hati yang melihat Rere melangkah dengan pasti.
Didalam ruangan, semua temen temen Rere sibuk dengan kerjaan masing masing.
"Siang semua.....?" sapa Rere ketika keduanya memasuki ruangan berukuran agak besar itu. Semua mata tertuju di mana Rere dan Gilang muncul dan berjalan menuju meja masing masing.
"Ya ampun Rere Gilang, kirain kalian enggak balik...?" seru Cindy yang kaget bercampur senang.
"Iya Re, gue fikir kalian fix pulang..." sahut Mika nggak mau ketinggalan.
"Gua acungin dua jempol man...." ujar Juna dengan mode selengekannya.
"Balik kok, ini mau ke rungan bu Nita, mau jelasin, sukur sukur mood nya lagi bagus..." ujar Rere yng menaruh tas serta ponselnya di meja.
"Salut gua sama lu Re...." Kevin mengcungkan jempol ke arah Rere dan Gilang. Gilang tersenyum tipis, lalu berdiri dan akan mengikuti Rere..
"Loh Gilang mau ke ruangan bu Nita juga....?" tanya Cindy.
"Iya mbk, kan tadi saya yang membantah bu Nita, jadi saya juga harus mejelaskan...." jawab Gilang dengan tenang.
"Biar mbak sendiri saja Gilang, kalau sama kamu mah nggak ada hubunganya..." Rere melarang Gilang.
"Pokoknya saya dan mbak Rere...." ujar Gilang dan tidak dapat di bantah oleh Rere.
Baik Mika dan yang lainya hanya bengong melihat perdebatan kecil mereka. Keduanya segera peegi ke ruangan bu Nita yang letaknya bersebelahan dengan ruangan mereka.
Tok tok tok
Ketukan pelan menhentikan aktifitas bu Nita yang tengah memainkan ponselnya. Ia meletakan ponsel sembari menjawab, "Masuk..."
Pintu terbuka. Terlihat Rere masuk dan di belakangnya Gilang mengikuti.
"Siang bu Nita...." sapa Rere dan Gilang bergantian.
"Siang, silahkan duduk..." bu Nita menyuruh keduanya duduk. Bagai terdakwa yang siap menerima vonis hukuman. Namun Rere sudah tidak memikirkan hukuman apa yang bakal ia terima. Saatini ia hanya ingin menjelaskan, sudah itu saja.
"Bu Nita, sebelumnya saya meminta maaf dengan kejadian tadi. Saya tau saya sudah salah. Di karenakan saya tadi sudah izin pulang selama satu jam, saya bersedia menggantinya saat pulang nanti..." bu Nita manggut manggut mendengarkan penjelasan Rere. Sedangkan Gilang duduk dengan tenang, dengan kedua tangan sebagai tumpuan dagunya memperhatikan ekspresi wajah bu Nita yang sok banget.
"Jadi maksutnya, kamu pulang molor waktu gitu...?" bu Nita buka suara dengan nyaringnya.
"Iya bu, saya nanti molor satu jam, sebagai ganti waktu yang tadi..."
"Baiklah, boleh, tapi dengan satu syarat, saya minta kamu molor dua jam..."
"Maaf, kenapa dua jam, kan tadi izin pulang satu jam, yang satu jam lagi waktu istirahat, apakah itu nggak termasuk memanipulasi...?" sahut Gilang dengan nada yang tetap sopan.
Bu Nita mengalihkan pandangan ke arah Gilang.
"Itu sudah termasuk peraturan kantor saudara Gilang, anda harus mematuhinya." jawab bu Nita dengan nada agak meninggi. Rere yang hafal dengan sifat bu Nita segera menengahinya.
"Iy bu, kami akan mengikuti semua aturannya kok..."
Gilang menoleh ke arah Rere. Dari tatapan matanya, Rere tau kalau Gilang tidak terima. Kedua tangan Gilang yang tadi menumpu dagunya kini beralih tempat ke atas pahanya. Bu Nita membalikan kursinya, mengambil map berwarna coklat yang ada di rak yang terletak di belakangnya. Kesempatan itu Rere gunakan untuk mengode Gilang dengan menggenggam tanganya sekejap supaya tidak membantah ucapan bu Nita.
Gilang terkejut karena genggaman Rere yang sekejap itu. Membuatnya terdiam dan bengong menatap Rere. Namun segera pulih dengan kesadaran penuh, karena bu Nita telah membalikan kursinya, dan Rere sudah melepas genggamannya sebelum bu Nita mengetahuinya.
Kenapa jantungku rasanya deg degan begini. Tapi rasanya aneh, tidak bisa di ungkapkan
Batin Gilang yang kini agak grogi. Sedangkan Rere tenang tenang saja. Setelah berbicara bla bla, Rere pamit dari hadapan bu Nita. Begitu juga dengan Gilang, walaupun dia agak sedikit jengkel, mau bagaimana lagi. Gilang berjalan di samping Rere.
"Gilang, maaf ya, tadi mbak pegang tangan kamu, habis mbak nggak mau kalau bu Nita ngomelin kamu lagi...." Gilang tersenyum tertahan sambil memegang rambutnya sebentar.
"Hehe, nggak papa juga kali mba, kenapa juga tadi pegangnya bentar doang, agak lama gitu kek..." jawabnya dengan pandangan lurus ke depan menahan tawanya.
"Aw...." pekik Gilang karena Rere mencubit kecil pinggangnya.
"Jangan mencari kesempatan ya..." ujar Rere lalu di susul tawa bersama. Rere dan Gilang melangkah ke ruanganya untuk kembali bekerja. Mika dan yang lainya heran, kenapa keputusan bu Nita seperti itu. Harus mengganti jamnya dua kali lipat. Tapi mereka nggak khawatir, malah seneng, karena ada Gilang juga yang menemani Rere.
Akhirnya jam pulang tiba. Tepa jam 17.00 wib, semua sudah siap meninggalkan ruangan.
"Rere Gilang, kami duluan ya...." ujar Juna hang sudah siap di belakang Cindy.
"Awas ya, kalian cuma berdua lo, hihi...." Cindy menimpali..
"Iya iya, tenang saja, cuma dua jam kok, tar jam 7 juga udah pulang...." jawab Rere yang mendelik manja ke arah Cindy.
"Kami pulang duluan ya, semangat...." ujar Mika dan yang lainya.
Bersambung