Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 2
"Ya Allah apa yang hamba lakukan" Gus Ikram meremas rambutnya dengan kuat saat mengingat semuanya, kejadian yang menimpa dirinya semalam bersama seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya.
Mata Ikram menyapu sekeliling kamar hotel yang dirinya tempati itu, lalu matanya membulat saat melihat seorang gadis tengah tertidur di bawah tempat tidur itu dengan posisi meringkuk, jangan lupakan selimut yang membalut tubuh gadis itu.
Gus Ikram berulangkali beristighfar di dalam hati nya. Bahkan Gus Ikram meremas rambutnya dengan kuat.
"Ya Allah bagaimana aku menjelaskan nya pada umi, Abi, dan... Silvia... Maafkan mas Via." Lirih Gus Ikram, rasa bersalah langsung mencuat di dalam dirinya sana. Terlebih kepada sang istri.
Beberapa menit larut dalam suasana itu, Gus Ikram langsung bangkit dari atas ranjang sana, tangannya mengambil pakaian miliknya yang berserakan di atas lantai itu, lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi...
Setelah selesai, Gus Ikram langsung menatap gadis yang masih tertidur pulas dengan posisi yang masih sama itu. Perlahan tangan Gus Ikram terulur, menyentuh selimut dan menariknya pelan untuk membangunkan gadis itu.
Ramiah, gadis itu yang tertidur, langsung terusik, mata indah itu bergerak secara perlahan...
"eungh" lenguh Ramiah, gadis cantik bermata bulat itu langsung membuka kedua bola mata indahnya, dan matanya langsung menatap pria jahat yang sudah melakukan tindakan itu tadi malam.
Ramiah langsung mengeratkan selimutnya dengan sangat erat. Tadi malam, Ramiah yang terlalu larut akan kesedihan dan karena rasa lelah yang menderanya, Ramiah tanpa sadar tertidur di bawah ranjang.
Ramiah langsung mencoba bangkit dan berdiri. Namun rasa sakit itu membuat Ramiah memekik.
Refleks kedua tangan Gus Ikram memegang bahu putih itu, namun Ramiah dengan cepat menepisnya.
"Maaf" ucap Gus Ikram sambil tertunduk dalam, sungguh ia hanya bisa berkata seperti itu, tanpa tau harus bagaimana lagi.
Ia memang sudah bersalah, Gus Ikram sudah melakukan dosa besar.
Ramiah gadis itu mendengus, ingin ke kamar mandi, namun rasa sakit yang tiba-tiba menderanya, membuat Ramiah duduk secara perlahan di atas ranjang sana.
"Saya akan bertanggung jawab, tapi dengan satu syarat." Ucap Gus Ikram tanpa basa-basi.
Ramiah mendongak, menatap pria yang ada di sampingnya itu dengan tatapan tajam.
"Memang seharusnya anda bertanggung jawab! Apa yang sudah anda lakukan semua nya sudah di luar batas. Anda sudah mengambil sesuatu yang sangat berharga di dalam hidup saya!" Pekik Ramiah marah, sungguh ia merutuki kebodohannya tadi malam, kenapa Ramiah dengan bodohnya masuk ke dalam kamar ini, meskinya Ramiah mengabaikan suara itu, dan ia fokus saja pada pekerjaannya, andai kan, tapi semua nya sudah terjadi, Ramiah harus menelan pil pahit karena apa yang selama ini ia jaga sudah di rampas oleh orang yang sama sekali tak di kenalnya.
Gus Ikram menghela nafasnya kasar. "Maaf, maaf , tapi saya di jebak, saya tidak mampu mengendalikan diri saya."
"Saya tidak peduli, tapi saya mau anda tetap bertanggung jawab dengan apa yang sudah anda lakukan pada saya."
"Ya, saya akan bertanggung jawab, tapi saya punya syarat,"
"Syarat? Yang benar saja? Anda sudah melakukan sesuatu pada saya, tapi anda juga yang mengajukan syarat pada saya."
"Saya mohon, saya harus mengatakan syarat ini. Karena saya sudah punya istri, saya tidak mau membuat hati nya kecewa kalau sampai tau saya berbuat seperti ini."
Degh
Mata Ramiah membola mendengar perkataan dari pria itu, sungguh ia tak pernah menyangka kalau pria itu sudah memiliki istri.
Tanpa mengatakan apa pun, Ramiah langsung menarik selimut dan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal itu. Mengabaikan rasa perih dan sakit yang menderanya, Ramiah masuk ke dalam kamar mandi, setelah memungut baju nya yang berceceran di lantai.
Gus Ikram menatap sendu kepergian gadis itu. Entah bagaimana caranya ia menyingkapi semua hal yang terjadi ini...
*
Andai ia tak memiliki istri, maka aku siap menikah dengannya, tapi saat dia bilang kalau dia sudah mempunyai istri, aku harus bagaimana Tuhan. Aku tak tau harus berbuat apa , di satu sisi, semuanya sudah habis, sudah tak tersisa lagi, aku sudah tak suci lagi, apa yang sudah ku jaga selama ini, semuanya sudah lenyap. Semuanya sia-sia. Harapan almarhumah ibuku, sudah hancur..
Aku sudah hina...
--Putri Ramiah-
Gus Ikram menahan lengan gadis itu saat gadis itu akan keluar dari dalam kamar hotel itu.
Gadis itu sama sekali tak mengatakan apapun, usai keluar dari dalam kamar mandi, dan kini gadis itu tiba-tiba ingin pergi begitu saja. Padahal Gus Ikram ingin mengajak gadis itu untuk berdiskusi kembali tentang bagaimana hubungan mereka kedepannya.
Yang pastinya, Gus Ikram akan tetap bertanggung jawab, tapi ia akan merahasiakan gadis itu. Ya itu keputusan Gus Ikram, ia sudah memikirkan ulang sedari tadi, tidak ada jalan pilihan lain, ia sudah melakukan dosa besar, mau bagaimana pun Gus Ikram akan tetap bertanggung jawab, dan jalan satu-satunya adalah merahasiakan pernikahannya, agar istri dan kedua orang tuanya tak kecewa dengannya.
Ramiah gadis dengan pakaian yang beberapa ada bekas sobekan itu langsung menepis tangan pria yang tak di kenalnya itu dengan kuat. Dirinya terlalu malas bersentuhan dengan pria brengsek di dekatnya itu. Pria jahat yang sudah mengambil apa yang sudah di jaga nya sejak lama. Dan Ramiah benci dengan pria itu.
Gus Ikram menghela nafasnya kasar, tak marah sama sekali dengan tindakan gadis itu, karena dirinya di sini memang salah. "Mari kita bicara, saya akan tetap bertanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi." Ucap Gus Ikram.
Ramiah tersenyum sinis mendengarnya. Tak di sangka pria itu enteng sekali berbicara. Di kira Ramiah mau setelah dia tau kalau pria itu sudah memiliki istri? Ramiah tau bagaimana rasa sakit nya saat orang yang di sayang di rebut oleh orang lain, dan Ramiah tidak akan mau menjadi alasan seseorang terluka. "Saya tidak butuh bicara dengan anda. Biarkan saya pergi, dan saya harap kita tidak akan bertemu kembali" ucap Ramiah dengan tegas.
Gus Ikram menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya tidak akan membiarkan kamu pergi, bagaimana pun, kita harus berbicara, kita harus menyelesaikan semua ini. Dan hari ini juga kita harus segera menikah."
"Saya tidak mau! Anggap saja semua yang terjadi sudah menjadi kesialan saya saja. Dan saya minta untuk anda melupakan semuanya!! Jadi biarkan saya pergi dari tempat ini!!" Pekik Ramiah, sungguh ia sudah tidak mau berurusan dengan pria itu lagi, ia sudah bertekad tadi akan melupakan semuanya dan tidak akan menuntut tanggung jawab apapun pada pria itu.
Gus Ikram menggelengkan kepalanya, masih tetap kekeuh ingin menikah dengan gadis itu. "Tolong, kita harus segera menikah. Apa yang sudah kita lakukan itu dosa besar, kita tidak seharusnya menampik hal itu. Saya ingin bertanggung jawab dengan kamu,"
"tanggung jawab kata anda? Lantas bagaimana dengan istri anda? Apa anda tega menyakitinya?"
"Ya karena hal itu lah, mari kita berbicara. Saya akan menikahi kamu, tapi pernikahan kita ini kita rahasiakan, tidak ada satu orang pun tahu, termasuk kedua orang tua saya dan juga istri saya."
"Gila" desis Ramiah, kalau seperti itu berarti dirinya akan menjadi istri kedua dari pria ini, terlebih yang paling menyakitkan lagi, Ramiah akan menjadi istri simpanan pria itu.
"Saya tidak mau, jangan paksa saya. Minggir! Saya harus pergi dari sini." Ramiah mencoba menyingkirkan tubuh pria itu dari depan pintu, berusaha mendorongnya, namun sayang tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria itu.
"Kita harus bicara. Saya tidak mau kalau sampai terjadi sesuatu pada kamu nanti, akibat perbuatan saya tadi malam"
Kening Ramiah berlipat mendengarnya, "maksud anda?"
"Kamu harus tau, saya melakukan hubungan itu dengan kamu, jadi mungkin apa yang saya takutkan ini entah akan terjadi ataupun tidak tapi saya takut, saya takut kamu hamil"
Deg
Jantung Ramiah berdenyut hebat mendengar perkataan dari pria itu. Andai semua itu terjadi, dirinya harus apa? Bagaimana tanggapan orang-orang di sekitarnya saat tau dirinya hamil tanpa seorang suami.
Gus Ikram yang melihat gadis itu diam lantas menarik tangannya, membawanya keluar dari dalam kamar hotel itu, ia akan mengajak Ramiah untuk berbicara di tempat makan karena Gus Ikram tau pasti gadis itu lapar..
Sementara di tempat lain...
"Arggghh brengsek! Ini semua gara-gara paman David. Kalau saja aku tidak terjebak di sini pasti aku yakin, aku sudah mendapatkan Gus Ikram. Arggghh sialan!!" teriak Dona memukul bantal yang ada di sampingnya meluapkan amarah yang membendung dirinya. Sungguh sialan sekali, padahal tadi malam, rencana yang sudah di susun sedemikian rupa harus berakhir dengan sia-sia karena pamannya malah membuat dirinya berakhir di dalam kamar hotel ini bersama dengan pria paruh baya tua itu.
Sial sekali, padahal tidak mudah membuat Gus Ikram untuk datang memenuhi undangannya tadi malam. Tapi, semuanya berakhir sia-sia.
"Aku tidak akan pernah menyerah, dan aku pastikan suatu saat aku pasti akan mendapatkan mu Gus Ikram. Dan istrimu itu, aku pastikan dia bakalan mati sebentar lagi. Hanya aku yang pantas bersanding dan mendapatkan gelar Ning... Bukan Via." ucap Dona dengan tekad yang membara. Ia sudah lama mengharapkan menjadi istri dari seorang Gus Ikram, namun siapa sangka, Gus Ikram malah memilih Via menjadi istrinya.
*
"Silahkan di makan dulu, setelah ini kita akan langsung bicarakan semua nya." Ucap Gus Ikram pada gadis di depannya.
Ramiah hanya mendengus, tanpa minat sama sekali menyentuh makanan yang ada di hadapannya saat ini. Hatinya terlalu sakit, dan tidak mampu di definisikan.
Tapi pria itu malah membawanya ke sebuah restauran yang ada di hotel mewah ini, bahkan pria itu tadi membelikannya sebuah pakaian yang bagus, karena tidak mungkin Ramiah makan di sana dengan penampilan seperti sebelumnya. Dan Ramiah juga tak menolak pemberian dari pria itu, karena bagaimana pun, penampilannya sangat lah kacau, tidak mungkin juga ia berpenampilan seperti itu.
Gus Ikram menghembuskan nafasnya kasar, saat gadis di depannya sama sekali tak mengindahkan ucapannya. "Kamu butuh nutrisi. Kamu sudah kelelahan semalaman." Ucap Gus Ikram , mendadak cerewet, padahal aslinya ia seorang pria yang datar dan dingin.
Ramiah mendengus, "silahkan anda selesaikan acara makan anda, setelahnya cepat katakan apa yang akan anda katakan, saya tidak suka basa-basi."
"Tapi setidaknya kamu makan dulu, nanti--"
"Saya sudah katakan, cepat, jangan membuang waktu saya." Sela Ramiah kesal, dirinya tidak minat sama sekali makan, makanan yang ada di hadapannya saat sekarang ini.
Walaupun makanan itu tampak menggugah selera, karena pastinya harga nya sangat mahal, dan Ramiah sama sekali sudah lama tidak makan, makanan seperti itu, tapi Ramiah sama sekali tidak berselera untuk makan.
Hatinya terlanjur sakit memikirkan kehidupannya sekarang ini.
Gus Ikram meletakkan sendok yang di pegangnya, lalu meraih gelas yang berisi air minum dan menenggaknya, karena gadis itu tampak tidak peduli dengan tawaran makanannya, jadi Gus Ikram akan langsung saja membicarakan apa yang akan mereka rundingkan.
"Jadi begini. Saya akan menikahi kamu secara agama hari ini juga."
Ramiah meremas kedua tangannya dengan erat, rasanya terasa berat, tapi ia juga tidak mampu menyangkalnya, bayang-bayang dirinya hamil, dan hal itu membuatnya ketakutan...
"Saya tadi sudah menghubungi beberapa orang untuk menjadi saksi atas pernikahan kita. Tidak banyak hanya empat orang, dan orang itu saya pastikan akan menutup rapat mulut mereka."
"Terserah." Sahut Ramiah.
Gus Ikram menghela nafasnya kasar. "Masalah biaya hidup kamu, kamu jangan khawatir, saya akan tetap memberikan nafkah untuk kamu sesuai jumlahnya dengan saya memberikan nafkah pada istri saya."
Dan Ramiah acuh mendengarnya, sama sekali tidak minat.
"Dan sekarang, kamu bisa hubungi ayah kamu, karena siang ini juga kita akan ke KUA melangsungkan pernikahan kita."
"Saya enggak punya ayah."
Terkejut, jelas tentu, tapi Gus Ikram menganggap bahwa ayah gadis itu mungkin sudah meninggal. Dan Gus Ikram tidak bertanya lebih lanjut.
"Baiklah, kalau begitu kamu bisa menghubungi wali kamu."
"Dan saya enggak punya saudara! Saya sebatang kara di dunia ini"
Degh
Hati Gus Ikram mencelos mendengarnya.
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya