NovelToon NovelToon
Ruang Kelas

Ruang Kelas

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Mata Batin
Popularitas:151
Nilai: 5
Nama Author: Risma Dwika

Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.

Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.

Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Brruuukkk...

Neng pun tumbang. Seumur hidup nya belum pernah ia pingsan.

Kali ini pandangan nya gelap, dan setelah nya dia tak ingat lagi.

Semua orang di sekolah kaget dan heboh karena jarang sekali ada yang pingsan saat upacara.

Pihak sekolah selalu mengingatkan agar murid-murid nya ini sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

"Pak dia udah sarapan kok pak". Ujar Dian sebelum guru nya tanya.

"Apa dia kurang sehat nak?" tanya pak guru lagi.

"Sehat pak, neng sehat banget kok tadi". Kali ini Syifa yang jawab.

Pak guru mengangkat neng di bantu ikhsan untuk di bawa ke ruang kesehatan sekolah, di ikuti Syifa dan Dian.

Yang lain tetap menyelesaikan upacara dengan tenang. Meskipun mereka semua bertanya tanya.

Saat berjalan menuju unit kesehatan sekolah ikhsan menyadari sesuatu.

"Pak neng senyum senyum". Ucap ikhsan, dan pak guru berhenti jalan seketika.

"Apa dia pura-pura?". Tanya pak guru.

"Nggak mungkin pak, neng orang nya kan nggak usil". Pak guru pun membenarkan hal ini. Neng bukan tipe anak yang nakal dan suka bercanda yang kelewat batas gitu. Jadi tidak mungkin melakukan hal konyol seperti sekarang.

"Pak apa mungkin neng kesurupan?". Tanya Syifa hati-hati.

"Kita lanjut ke ruang kesehatan ".

Mereka membawa neng dengan setengah berlari.

Sesampainya di ruangan kesehatan, neng di baringkan di kasur. Setelah di baringkan neng masih tersenyum dengan mata tertutup.

Pak guru yakin ada yang tidak beres dengan murid nya ini.

"Neng, Assalamualaikum neng. Istighfar nak. Astaghfirullahaladziim". Pak guru mencoba mengajak neng bicara dengan pelan, khawatir terdengar keluar.

"Neng, bangun neng". Ucap Dian yang sudah hampir menangis melihat teman nya seperti ini.

"Kita baca doa sama sama yaa".

Mereka semua berdoa kepada Tuhan agar neng segera sadar.

Sudah hampir tiga puluh menit neng tak kunjung sadar.

Upacara juga sudah selesai.

Ada satu guru yang menghampiri mereka di ruang kesehatan, karena menyadari ada sesuatu yang tidak baik.

"Gimana pak nur, kenapa belum selesai dan kembali ke kantor?". tanya pak Santo ketika membuka pintu ruangan.

"Ini pak, lihat". Pak Santo melihat neng yang terpejam namun bibir nya terus tersenyum dan tak menyahut jika di panggil.

"Astaghfirullah. Kenapa bisa begini?".

"Apa neng sedang sakit tadi?" tanya pak Santo.

"Nggak pak, dia sehat. Bahkan dia sarapan banyak loh". Ujar Dian.

"Kalian sadar sesuatu kah sebelum neng begini?" tanya pak nur.

"Tadi sewaktu berangkat, kami berhenti di jalan yang dekat gubuk. Neng bilang kata nya lihat dari jendela kalau gubuk itu ada cahaya, lampu minyak nya nyala". Jelas ikhsan.

"Terus nak?".

"Tapi kami semua nggak ada yang lihat". Ujar ikhsan lagi.

"Apa ada lagi yang kalian tau?".

"Nggak pak, itu aja. Karena pas upacara neng baris nya di belakang saya, jadi saya nggak terlalu ngeh neng gimana tadi". Jelas ikhsan.

"Kita antar pulang saja neng. Kalau di sini saja khawatir terjadi sesuatu, ikhsan bantu bapak yaa. Yang lain kembali ke kelas, tapi sebelum itu tolong tas nya neng di bawakan kemari yaa Dian".

"Iyaa siap pak". Dian dan Syifa berlari ke kelas untuk ambil tas neng. Sebelum itu, Dian dan Syifa mengeluarkan buku tugas nya untuk di kumpulkan. Tugas itu harus dapat nilai, begitu pikirnya mereka.

Belum sempat keluar kelas, Dian dan Syifa mendengar suara jeritan yang sangat kencang.

Suara jeritan itu menggelegar ke seluruh sudut sekolah.

Dian dan Syifa langsung melesat ke ruang kesehatan.

Dia hafal betul suara itu, itu suara neng.

"Ada apa pak?" tanya Dian.

Tak ada yang menjawab, karena pemandangan mengerikan sudah menjawab semuanya.

"Astaghfirullah neng, yaa Allah ini kenapa pak?".

Pemandangan yang sangat mengerikan, neng terduduk di kasur dengan rambut yang mengembang dan juga mata memerah. Mulut nya bergumam sesuatu yang semua orang tidak mengerti apa artinya.

"Ikhsan panggil Bu Munah untuk ke sekolah segera ya, minta temani jangan sendirian".

Ikhsan pun berlari dan menarik teman nya Deden untuk menemani dia ke sawah nya Bu Munah. Karena jam segini Bu Munah pasti sedang di sawah.

Sedangkan Dian dan Syifa tidak berani mendekat ke arah neng.

Syifa menangis melihat sahabatnya seperti ini.

Para guru pun meminta anak-anak untuk pulang lebih awal karena khawatir terjadi kesurupan massal.

Para guru terus berusaha membaca doa dan membaca kitab suci agar neng segera sadar.

Saat semua sedang berdoa, neng perlahan turun dari kasur.

Pak Toto dan juga pak Santo yang sedang memegangi tangan neng, mengikuti neng berjalan.

Ia berjalan pelan keluar ruangan.

Pelan menuju ke ruang kelas yang sudah tak di pakai selama belasan tahun.

Semua guru mengikuti neng.

Saat sampai depan pintu, neng membenturkan kepala nya ke pintu.

Semua orang kaget melihat tingkah aneh neng.

Saat neng membenturkan kepalanya Bu Munah sang ibu pun melihat anak nya begitu, ia segera mundur dan kakak nya Bu Munah yang melihat neng kaget juga.

"Yaa Allah kenapa neng". Bu Munah menangis melihat anak nya begitu.

"Saya juga nggak tau Bu, lagi upacara tiba-tiba aja begini". Ujar pak Santo.

Kakak nya Bu Munah perlahan maju mendekati neng.

Lalu di usap nya punggung badan nya neng, kemudian lanjut memegang ubun-ubun kepala nya neng.

Neng tetap membentur benturkan kepala nya ke pintu kelas yang kosong itu.

uwa Daris (panggilan semacam bude atau pak le dalam bahasa Sunda) terus memegang ubun-ubun kepala neng sambil merapalkan doa dengan mata terpejam.

Kejadian ini berlangsung selama hampir satu jam.

Kening si neng sudah benjol karena ia membenturkan kepalanya lama sekali.

Saat tepat satu jam, neng ambruk.

Matanya terpejam. Segera uwa Daris menggendong keponakan nya ini.

"Pak guru, neng izin saya bawa pulang yaa".

"Iyaa pak. Terima kasih banyak bantuan nya. Kami bingung sekali rasanya tidak pernah lihat kejadian begini". Ujar pak Santo.

Pak Santo memang belum lama mengajar di sekolah neng ini.

Dia belum lama lulus jadi pegawai negeri kemudian di tempat kan di desa ini.

Sebelum nya ia mengajar sekolah swasta di kota sana.

Jadi ia belum pernah lihat kejadian mistis begini, apalagi di lingkungan sekolah seperti ini.

Lagi pula pak Santo ini orang yang lumayan skeptis terhadap sesuatu yang berbau mistis.

Ia menganggap kalau itu hanya halusinasi ataupun gangguan kesehatan jiwa pada orang yang sering kesurupan atau pun orang yang mengaku melihat 'sosok' tak kasat mata.

Namun saat ini ia melihat langsung kejadian di luar nalar. Ia bingung sekali.

1
Risma Dwika
Selamat membaca semua nya 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!