NovelToon NovelToon
Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Cinta Atau Dendam, Suamiku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Pelakor jahat
Popularitas:50.8k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Thalia Puspita Hakim, perempuan berusia 26 tahun itu tahu bahwa hidupnya tidak akan tenang saat memutuskan untuk menerima lamaran Bhumi Satya Dirgantara. Thalia bersedia menikah dengan Bhumi untuk melunaskan utang keluarganya. Ia pun tahu, Bhumi menginginkannya hanya karena ingin menuntaskan dendam atas kesalahannya lima tahun yang lalu.

Thalia pun tahu, statusnya sebagai istri Bhumi tak lantas membuat Bhumi menjadikannya satu-satu perempuan di hidup pria itu.

Hubungan mereka nyatanya tak sesederhana tentang dendam. Sebab ada satu rahasia besar yang Thalia sembunyikan rapat-rapat di belakang Bhumi.

Akankah keduanya bisa hidup bahagia bersama? Atau, justru akhirnya memilih bahagia dengan jalan hidup masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEHARUSNYA MEMANG BUKAN KAMU

"Hei, kamu nggak apa-apa?" Bhumi menahan tubuh Thalia dengan sigap. Ia bahkan harus menunduk demi melihat wajah Thalia.

Thalia menopang tubuhnya dengan berpegangan pada lengan Bhumi. Dadanya begitu sesak. Rasa panik benar-benar menguasai dirinya. Ruangan besar ini seketika membuatnya kesulitan bernapas.

"Thalia? Hei? Thalia?" Bhumi berusaha menyadarkan Thalia yang terlihat aneh itu.

"Thalia!" Nada tinggi Bhumi membuat Thalia akhirnya bisa menatap langsung dirinya. "Ada apa? Saya menyakitimu?"

Thalia menelan ludahnya. Kemudian, menggeleng. Saat melepaskan diri dari pegangannya, tubuh mungil itu semakin goyah. Bhumi dengan cepat menggendong wanita itu.

Thalia segera ia dudukkan di tepi ranjang. Sementara Bhumi lekas keluar kamar. Saat itulah, Thalia semakin panik.

"Bhumi tahu tentang Jemia? Ya Tuhan, bagaimana ini?" keluhnya cemas.

Julian.

Thalia harus segera menghubungi Julian. Hanya Julian-orang terdekatnya yang tahu tentang Jemia. Bhumi atau siapapun tidak boleh tahu tentang putrinya.

Kemudian, Thalia lekas menuju tas selempangnya yang Aji letakkan di sofa. Ia mengambil ponselnya dengan cepat. Jemarinya bergerak cepat menghubungi Julian. Sembari menunggu Julian mengangkat teleponnya, Thalia berjalan menuju balkon kamar Bhumi.

"Halo, Tha." Terdengar suara santai Julian dari seberang.

"Jul, kamu kapan balik ke sini?" tanya Thalia dengan panik. Ia bahkan menggigit kuku jarinya.

"Kamu kenapa? Bhumi menyakiti kamu, ya? Suara kamu terdengar panik."

"Aku—Bhumi!"

"Thalia? Halo? Tha!"

Mata Bhumi menatap tajam ponsel Thalia yang berada di genggamannya. Ponsel itu masih terhubung dengan Julian.

"Thalia, kamu kenapa? Mau aku jemput saja?"

Thalia memejamkan matanya merasa bersalah pada Julian. Terdengar nada panik sahabatnya itu saat ponselnya direbut Bhumi.

Bhumi lekas menutup panggilan tersebut secara sepihak. Kemudian, tanpa basa-basi, ia melemparkan ponsel tersebut ke dinding hingga barang berharga Thalia itu berhamburan di lantai.

"Bhumi!" teriak Thalia terkejut. Matanya membesar melihat ponselnya yang tergeletak tak berharga.

"Kamu!" Bhumi menarik satu lengan Thalia. Saat Thalia mendekat padanya, Bhumi juga mencengkeram dagu Thalia. "Kamu mau kabur, heh?!"

Thalia meringis kesakitan. Mata teduhnya lebih terkejut saat melihat sorot kemarahan di mata Bhumi. Rahangnya mengetat, wajahnya merah padam dan cengkraman di lengan Thalia semakin kuat.

"Dasar Jalang! Apakah tubuhmu ini memang sangat merindukan si Sialan itu, hah?!"

"Sa...kit!" erang Thalia saat jemari Bhumi semakin mengerat.

Bhumi tak bersuara. Ia melepas cengkeramannya pada dagu Thalia. Namun, kemarahan yang menguasai dirinya membuatnya segera menyeret Thalia dengan kasar.

"Sakit, Bhumi!"

"Diam Jalang!" Bhumi lalu mendorong Thalia hingga terbaring dengan keras di ranjang.

"Aargh!" Thalia meringis kesakitan.

Bhumi ikut naik ke ranjang. Dagu Thalia kembali ia tarik. Urat-urat di pelipisnya terlihat jelas. Rahangnya pun mengetat.

"Berani-beraninya kamu menghubungi pria lain di kamar saya. Kamu kira saya akan terus sebaik tadi padamu?!"

Thalia menggeleng cepat. "Jangan salah paham. Aku dan Julian nggak ada hubungan apapun."

Bibir Bhumi terangkat sebelah. "Dan sekarang kamu malah membela pria itu? Benar kata Adelia, tingkahmu yang tidak tahu diri ini membuat orang-orang muak."

Dada Thalia merasakan nyeri luar biasa. Ia tidak menyangka akhirnya Bhumi bahkan membandingkan dirinya dengan Adelia yang penuh kepalsuan itu.

"Kalau muak, lepaskan aku. Nikahi Adelia!" tantang Thalia.

Bhumi terkekeh sinis. "Harusnya memang begitu. Sejak dulu memang hanya Adelia yang pantas bersama saya. Tapi tenang saja, saya akan melakukannya setelah saya puas membalaskan rasa sakit hati saya padamu."

Thalia melihat kesungguhan di mata Bhumi. Tiba-tiba saja, perasaannya jadi benci mendengar itu.

Bhumi melepaskan dagu Thalia dengan kasar. Bhumi mengusap wajahnya tak kalah kasar. Ia baru saja mengambilkan minuman untuk Thalia, tetapi saat ia kembali Thalia malah sedang menghubungi sahabat sialannya itu.

Dan apa tadi? Minta dijemput!

Persetan dengan itu semua. Bhumi tidak akan melepaskan Thalia.

"Kamu mau ke mana?" tanya Thalia begitu Bhumi beringsut turun dari ranjang.

Bhumi melirik pada Thalia, begitu sinis. Pria itu tidak menjawab apapun. Ia bisa kalap jika tetap berada di sini. Sedangkan Thalia belum pulih benar kondisinya.

Thalia menahan tangan Bhumi. "Tetap istirahat di sini. Biar aku yang pergi."

Thalia sangat berharap Bhumi mendengarkannya kali ini. Pria ini masih sakit. Bagaimana jika ia pingsan atau sakitnya makin parah?

"Kamu mau pergi? Jangan harap itu bisa terjadi, Thalia!" gertak Bhumi.

Suasana di kamar itu terasa lebih panas, padahal pendingin ruangan masih hidup. Berhadapan dengan Thalia saat ini membuat Bhumi ingin melampiaskannya dengan cara menyentuh wanita itu.

"Aku nggak pernah mau pergi dari sini, Bhumi! Apalagi dengan Julian! Kamu salah paham!" Thalia tahu pembelaannya akan sia-sia.

Bhumi jika sedang marah sangat sulit untuk di redam.

"Lalu tadi apa, hah? Kamu kira saya tuli!" bentak Bhumi, tepat di depan wajah Thalia.

Thalia menggeleng. Tangannya saling menggenggam di pangkuan. Apakah Bhumi sebenci ini padanya hingga sulit untuk pria itu mempercayainya?

"Tapi itu semua nggak seperti yang kamu dengar! Kenapa sulit sekali untuk kamu percaya?"

Bhumi menggertakkan giginya. "Karena kamu memang tidak pantas untuk dipercaya."

Thalia menarik napasnya dalam. Ia lelah. Perdebatannya malam ini membuatnya semakin lelah.

"Lalu kamu mau apa?" tanya Thalia, pelan. "Memaksaku untuk melayanimu lagi? Seperti malam itu?"

Bhumi tercekat. Betapa tatapan menyakitkan itu membuat tubuh Bhumi langsung lemas.

'Apakah malam itu ia sangat menyakiti Thalia?'

"Kamu mau menghukumku dengan cara itu lagi? Iya?" ulang Thalia. Wanita itu tertawa getir.

Bhumi terdiam. Ia tidak mengerti mengapa kemarahan itu tiba-tiba menyergap dirinya saat Thalia begitu akrab dengan pria sialan itu.

Tidak! Jangankan bersama Julian, ketika Thalia memanggil Aji dan Langit dengan sebutan 'Mas', Elang dengan 'Abang', telinga Bhumi jadi begitu panas.

"Jangan pernah menghubungi Julian lagi. Kamu bisa mengandalkan saya dalam segala hal." Bhumi langsung berbalik arah, membelakangi Thalia.

Thalia menarik napasnya. Pria di hadapannya bagaikan orang yang memiliki kepribadian ganda. Ada kalanya ia baik, tetapi dengan mudah ia tiba-tiba mengamuk.

"Bhumi!" panggil Thalia pelan.

"Tidur Thalia. Saya tidak ingin mendengar apapun dari mulut kamu." Bhumi langsung berbaring, membelakangi Thalia.

'Jika anak kita masih hidup, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan mencintai anak kita?' tanya Thalia dalam hati.

Ingin sekali Thalia menanyakan itu. Tetapi lidahnya kelu saat ia mengingat perlakuan Bhumi saat ia hamil dulu.

Bhumi yang datar itu tidak pernah menunjukkan minat dan rasa bahagia saat Thalia mengandung. Ia malah sibuk berdua dengan Adelia.

Thalia berbaring di ujung dengan posisi yang sama. Ia baru saja ingin tidur nyenyak, hingga tiba-tiba tangan Bhumi menariknya. Deru napas yang cepat bisa Thalia rasakan.

"Tidur Thalia. Kalau tidak, saya akan benar-benar menyentuhmu malam ini."

Thalia benci itu!

Bhumi tidak pernah benar menghargainya sebagai seorang istri. Bhumi hanya menginginkan tubuhnya. Hanya itu.

Mata Thalia terpejam. Hingga akhirnya ia benar-benar mulai terhanyut dalam mimpi indahnya.

"Apa saya harus membuat kamu hamil lagi, agar kamu tetap berada di sisi saya, Thalia?" lirih Bhumi tanpa terdengar Thalia.

1
Paon Nini
udah tau begitu masih aja ada Adelia disekitar km, temen, mantan tunangan atau apalah penyebutannya lebih baik hentikan. km aja emosi trus saat Julian ada disekitar thalia jd berlaku hal yg sama juga bagi istrimu
Paon Nini
mampus
Paon Nini
komunikasi kalian buruk, kenapa g dari awal dijelaskan. kenapa ego aja yg digedein, dan lagi Adelia itu bebas aja melenggang setelah menghancurkan hidup kalian
Paon Nini
jangan omdo deh, lihat anakmu jelas2 mati gara2 dia. dan semua udah diungkap sama dia, jangan lembek lagi lah
Paon Nini
kalian sama aja, sama2 gila
Suhainah Haris
inalillahi wainnailaihi raji'un,semoga keluarga yang di tinggalkan tabah dan sabar
Bunda
innalilahi wa inna lillahirojiun...
yg sabar dan tabah ya thorr...
semoga diampuni segala dosa"nya..dan diterima semua amal ibadahnya..

aamiin
IceQueen
innalillahi wa inna ilahi rojiun, turut berduka cita thor. semoga segala amal ibadah ayahnya diterima dan diampuni segala dosa2 nya. dan untuk keluarga yg ditinggalkan di berikan ketabah. aamiin yra🙏
Edelweis Namira
terima kasih untuk doa-doa baiknya kalian yaaa🙏
Santi Seminar
innalilahi wa Inna ilaihi rojiun...turut be duka cita kak,semoga bapak Husnul khotimah keluarga diberikan ketabahan
Uthie
Innalilahi wa Innailaihi rooji'uun 😟
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fuanhu 🤲🤲

Turut berdukacita sedalam-dalamnya yaa Thor 😢🙏🙏
Semoga keluarga yg ditinggalkan diberikan keikhlasan, kekuatan, dan kesabaran dalam menerima Takdir Nya ini 🙏🙏
Lina Marali
innalilahi wainnailaihi rojiun semoga Husnul hotima ayah nya
Rieya Yanie
innalilahi wa innailaihi rojiun.semoga almarh husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan dibrikan keikhlasan dan kesabaran..Aamiin
Bunda Idza
turut berbelasungkawa Thor.... semoga othor dan keluarga besar sabar dan beliau mendapat tempat terbaik disisi Tuhan 🤲🥲
Teti Hayati
Inna lillahi wa innailaihi rijo'un Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu Alalhumma latahrimna ajrohu wa lataftina ba'dahu waghfirlana walahu...
semoga yg ditinggalkan diberi ketabahan menerima ketentuan-Nya..
tetep semangat yaa kaa...
hasana
innalillahi wa inna ilaihi raajiuun
smg khusus hotimah
octa❤️
semoga keluarga diberi ketabahan y kak,turut berduka..
Edelweis Namira: Aamiin. makasih kak🙏
total 1 replies
Yani Cuhayanih
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun semoga alhm ayah othor di ampuni segala dosa dan kekhilafan nya ,diterima semua amal solehnya dan ditempatkan di tempat terbaik di surga nya Alloh SWT,dan othor sekeluarga diberikan ke ikhlasan dan kesabaran menerima kepergian beliau Aaaamiiiin
Edelweis Namira: makasih kak😥🙏
total 1 replies
Mak Rik
CERITANYA BAGUS DN MANCHAP BUANGET THORE......!!!!!!;
Bunda Idza
lah si Bhumi datar salah paham tu😂😂😂😂
Edelweis Namira: Sesuka dia ajalah bun🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!