ISTRI RASA SIMPANAN

Kevin pergi dengan mobilnya untuk menemui Doni. Kevin membawa kendaraannya dengan sangat cepat. Kevin tidak sabar untuk menceritakan semua perihal masalahnya pada Doni.

Kevin sampai di rumah yang hanya dia dan Doni yang tahu. Kevin masuk ke dalam ruangan kerjanya dan duduk di kursi kebesaran miliknya. Doni datang lalu duduk di hadapan Kevin.

"Elena... sudah tidak lagi merahasiakan pernikahan kami," ucap Kevin.

Doni melirik Kevin. "Bukannya itu bagus."

Kevin bangkit dari duduknya. "Apa itu bagus... jika tua bangka Andra mengetahuinya, bagaimana?"

Doni menyusul Kevin lalu menepuk pundaknya. "Lebih baik katakan saja pada Elena."

"Apa... Elena akan menerima seorang pembunuh sepertiku," ucap Kevin.

Doni menghela. "Kau tidak membunuhnya, itu hanya ketidaksengajaaan."

Kevin menatap Doni. "Kamu... mungkin berpikir begitu tapi faktanya tidak. Demi untuk menyelamatkan cinta pertamaku, aku membunuhnya."

"Kita tidak sengaja melakukannya Kev. Lagian kekasih yang kau selamatkan itu, sudah lama menghilang," ucap Doni.

Kevin mengusap wajahnya. "Kamu salah Don, jelas-jelas jantung pria itu masih berdetak tetapi aku mengatakan, jika pria itu sudah tiada."

"Tapi kita sudah membungkam mulut dari semua saksi. Hanya penghianat Andra saja yang harus kita singkirkan secepatnya," ucap Doni.

Kevin memijat keningnya. "Sudah tiga tahun, kita mencari bukti itu. Bahkan aku juga sudah mencari tahu lewat anaknya, tapi hasilnya nihil."

"Kita lupakan dulu masalah itu, ada yang lebih penting sekarang," ucap Doni.

Kevin berkerut kening. "Apa?"

"Kekasih kecilmu itu sudah di temukan," ucap Doni.

Kevin kaget mendengar ucapan dari Doni. "Kau... serius?"

"Apa... aku harus mengatakan, kau beruntung atau bernasib s**l dengan wanita di sekeliling hidupmu," ucap Doni.

Kevin mengedikan bahu. "Aku sudah dewasa sebelum waktunya. Aku bahkan sudah beristri di usia yang belum genap 20 tahun."

Doni kembali duduk tapi kali ini di kursi sofa. "Siapa yang akan kamu pilih?"

Kevin terdiam lalu duduk di samping Doni. Doni menepuk pundak Kevin. "Jangan karena masa lalu kamu melepaskannya."

Kevin menyandarkan kepalanya di bantalan sofa. "Sampai kapan pun, Elena milikku."

******

Elena duduk di sofa tamu menunggu kedatangan Kevin. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Elena menunggu seraya menghubungi Dean melalui ponselnya. Dean sama sekali tidak mengangkat telepon maupun membalas chat yang El kirim.

"Maafkan aku Dean, aku telah bersalah dengan memberimu sebuah harapan," lirih El.

Kevin masuk kedalam apartemen dan melihat Elena tengah duduk menunggunya. Kevin mendekati Elena sembari mendaratkan tubuhnya di sofa. Kevin duduk saling berhadapan dengan El.

"Apa... kamu sudah puas mengatakan semuanya pada sahabatmu itu?" tanya Kevin.

Elena menatap Kevin. "Puas... setidaknya semua tahu tentang kita. Jika kamu ingin bersama denganku, putuskan Amel."

"Jika tidak, kau mau apa?" ucap Kevin.

"Aku ingin berpisah darimu," ucap El.

Kevin berdecak. "Ck... lalu kamu ingin bersama Dean. Apa Dean sanggup memenuhi kebutuhan hidupmu? dan satu lagi, apa Dean mau dengan barang bekas?"

Elena menatap tajam Kevin. "Aku tidak berharap jika Dean menerima diriku. Jika aku harus kelaparan karna berpisah darimu, aku akan senantiasa menerimanya. Aku tidak ingin hidup bersama seorang pembohong."

Kevin mengeram giginya bergemelatuk. "Jaga bicaramu, Elena. Sampai kapan pun, kamu akan terus di sisiku."

"kalau begitu putuskan Amel maka aku akan bersamamu," ucap Elena. Dengan suara meninggi.

Kevin sudah terpancing emosi. "Itu tidak mungkin, aku mencintai dia bukan dirimu."

Elena menatap sengit Kevin. "Egois kamu Kevin, apa kata-kata cinta yang kamu ucapkan padaku semua bohong?"

"Tutup mulutmu itu, Elena. Semakin hari kamu semakin melawan padaku. Kau pernah berjanji pada ibumu untuk selalu patuh padaku," ucap Kevin.

"Kau-"

Elena tidak dapat meneruskan kata-katanya. Elena pergi meninggalkan Kevin masuk ke dalam kamar. Kevin menghela, mengusap wajahnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang. Elena sudah tidak patuh lagi, jika terus begini maka El akan pergi dariku."

Kevin menyusul istrinya masuk ke dalam kamar. Kevin mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Elena sudah berbaring di tempat tidur dengan selimut. Kevin menatap guling yang menjadi pembatas antara mereka.

Kevin mengalihkan guling itu tetapi suara Elena menghentikan tangannya. "Jangan di pindah gulingnya, aku tidak ingin di peluk," ucap Elena.

Kevin mendesah. "Hah... Elena, sejak pulang dari Bali kita belum melakukannya lagi."

Elena menarik selimutnya sampai leher. "Jangan menyentuhku, ku mohon...."

Kevin pasrah saja istrinya tidak ingin di sentuh. Sudah hampir dua minggu sejak kepulangan mereka dari bali, Kevin tidak menyentuh Elena. Apalagi akhir-akhir ini mereka selalu bertengkar.

Kevin menginginkan Elena saat ini. Kevin merindukan malam penuh cinta saat mereka di Bali. Tapi apa boleh buat jika Elena menolaknya. Jika memaksa Elena lagi, itu tidak baik bagi hubungan mereka. Kevin sudah tidak ingin memaksa El melayaninya.

*****

Saat ini Raka sedang bersama Dean di apartemennya. Dean terlihat kacau saat mendengar Elena sudah menikah. Apalagi yang menjadi suaminya adalah Kevin yang tak lain sahabatnya sendiri.

"Sejak kapan, kamu mengetahui Elena menikah, Raka?" tanya Dean.

"Saat di Villa kamu, aku melihat Kevin keluar dari kamar Elena. Kevin sering menyiksa El, dia tidak mencintai Elena, Dean," ucap Raka.

Raka menepuk lengan Dean. "Dean... apa kamu mau menerima Elena setelah tahu kondisinya."

Dean menoleh pada Raka. "Apa maksudmu?"

"Jika Elena berpisah dari Kevin, apa kamu mau menerima Elena?" tanya Raka.

"Apa menurutmu, aku ini penampung bekas orang," hardik Dean.

Raka kaget dan tidak menyangka akan perkataan Dean. "Kamu mencintai Elena, bukan? lalu kenapa tidak mau menerimanya."

Dean menggeleng kepala. "Apa ada laki-laki yang mau dengan istri orang?"

Raka mengernyit. "Maksud kamu, apa?"

"Aku mencintai Elena, tapi aku tidak mungkin membuatnya berpisah dari Kevin," lirih Dean.

Raka bernapas lega, ternyata dugaannya salah. "Kevin sering menyakiti Elena, dia bahkan sudah mempunyai kekasih."

"Aku akan merebut Elena, jika Kevin berbuat kasar pada El. Mungkin Kevin merasa cemburu padaku, kita tidak tahu mereka menikah dan aku malah bermesraan dengan istrinya," tutur Dean.

"Tapi De, Kevin sudah pacaran sama Amel. Lalu nasib El bagaimana?" tanya Raka.

Dean merangkul bahu Raka. "Aku yakin Elena bisa menghadapi ini semua. Jika El, mengatakan ingin pergi maka aku akan membawanya lari."

Dean memang kecewa pada Elena karena merahasiakan ini semua darinya. Dean akan tetap menerima Elena apa pun yang terjadi. Dean sudah terlalu mencintai Elena. Apa pun kondisi El mau janda atau gadis tetap Dean akan setia menunggunya.

Elena adalah cinta pertamanya dan Dean berharap akan menjadi cinta terakhir dalam hidupnya. Sampai kapanpun Dean akan terus mencintai Elena. Dean akan terus menunggu meski dirinya tidak akan pernah bisa memiliki Elena.

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.