Diammu Membunuhku

Lyra pun dipanggil ke ruangan dosen dan dirinya yakin ini akan menjadi masalah besar. Benar saja begitu dirinya datang bu Jeny selaku dosen disana yg terkenal galak pun sudah menunggunya.

"Permisi." ucap Lyra mengetuk pintu kemudian dirinya diperbolehkan untuk masuk.

"Jadi kau si pencuri itu." ucap Jeny.

"Maaf bu, bisa aku menjelaskan situasiku?" tanya Lyra.

"Situasi apa? apalagi yg ingin kau jelaskan semuanya sudah jelas kalau kau itu mencuri." ucap Jeny.

"Lalu bagaimana Candy tahu kalau bukunya ada di lokerku?? aku bahkan tak tahu buku itu ada dilokerku. Lalu untuk apa aku mencurinya kalau aku sudah memilikinya?." ucap Lyra.

"Ck mengelak saja kau bisanya.. benar sih tak ada yg namanya pencuri mengakui perbuatannya." ucap Jeny.

"Kalau begitu, bisa tunjukkan cctv di area loker??" tanya Lyra menantang Jeny.

"Lancang sekali kau.. kau pikir dirimu siapa?? kau itu hanya anak beasiswa."ucap Jeny.

"Lalu, apakah aku tak punya hak untuk membela diri?? aku tak punya hak untuk berbicara kebenaran?" tanya Lyra.

"Tidak, kau tidak berhak." ucap Jeny.

"Lalu gunanya poster besar yg ada dibelakang ibu apa??" tanya Lyra menunjuk poster besar tentang hak untuk berbicara dan mendapatkan keadilan.

"Ck.. dasar kau itu.. pokoknya kau diskors hingga pihak kampus memutuskan hukuman untuk pencuri sepertimu." ucap Jeny.

"Baik bu, terimakasih atas waktunya." ucap Lyra.

Lyra pun keluar dari ruangan Jeny dengan kesal. Ditambah lagi ada barang lain yg ditemukan di lokernya berupa barang-barang yg hilang milik anak-anak lain. Hingga Lyra pun diejek memiliki penyakit "Kleptomania". Penyakit yg merupakan gangguan kontrol impuls yg menghasilkan dorongan tak tertahankan untuk mencuri.

Lyra pun merasa sesak karena orang-orang mulai membicarakannya. Apalagi setiap ada yg melihatnya mereka langsung menunjuk dan menjulukinya si Kleptomania. Lyra pun berlari ke taman yg sepi dan menangis tersedu-sedu agar tak ada yg melihatnya.

Bagaimana bisa semua barang-barang itu ada di lokernya. Dan lagi ia tak pernah mengambil barang milik siapapun. Belum lagi jika bunda Jasmine mendengarnya pasti ia akan sangat kecewa. Atau bahkan pihak kampus sudah menghubunginya. Rasanya ia benar-benar tamat, mungkin juga ia bisa dikeluarkan dari kampus ini.

"Kenapa hidupku begitu malang.?? kenapa?? apa salahku?? hiks..hiks.." gumam Lyra.

Dion pun muncul disana dan menenangkan Lyra, karena dari tadi pagi baik Dion maupun Santi mencarinya. Mereka juga tak percaya akan apa yg terjadi di kampus beberapa hari belakangan. Dan mereka tahu persis kalau Lyra memiliki buku tersebut .

"Lyr.. " ucap Dion.

"Apa kau ingin menyebutku si kleptomania seperti yg lain?" tanya Lyra.

"Tidak, aku tahu kau tak melakukannya." ucap Dion.

"Huaa.. Dion kau mengenalku kan.. aku tak mungkin begitu kan?? kau bahkan tahu kalau aku juga memiliki buku itu.." ucap Lyra menangis.

"Aku tahu kau tidak melakukannya, kita bersama Santi selalu bersama.. jadi tak mungkin aku tak tahu." ucap Dion.

"Dion, apa aku akan dikeluarkan dari kampus ini?" tanya Lyra.

"Aku tidak tahu Lyra, tapi kau jangan menyerah.. masih ada aku dan Santi." ucap Dion memeluknya untuk menenangkannya.

Lalu Dion pun menghiburnya sembari menunggu Santi di taman tersebut. Dion tahu kalau Lyra malu jika ada di kerumuman para mahasiswa lain. Dion juga meminjamkan jaket dan topinya agar Lyra tak dikenali siapapun.

☘☘☘

Sementara itu, Santi tengah berjuang sebagai saksi kalau Lyra tak bersalah atas insiden buku tersebut.

"Aku punya bukti pak kalau Lyra tak bersalah." ucap Santi.

"Santi, Kleptomania itu sebuah penyakit.. pasti dia takkan mengakuinya." ucap pak Sandi.

"Pak, bukankah buku ini yg dimaksud Candy?" tanya Santi menunjukkan sebuah buku.

"Benar, lalu ini milik siapa?" tanya Sandi.

"Ini milik Lyra.. bapak lihat saja ada nama Lyra disana dan juga ada tulisan catatan Lyra." ucap Santi.

Pak Sandi pun melihatnya dengan teliti dan ia mengenali tulisan tangan Lyra. Ia juga yakin kalau buku tersebut milik Lyra. Tapi ia masih meyakini kalau Lyra mengidap Kleptomania.

"Memang benar ini milik Lyra, tapi bukti lain bagaimana Santi?" tanya Pak Sandi.

"Pak, tolonglah cek cctvnya." ucap Santi memohon.

"Bapak akan berusaha bicara dan kemungkinan Lyra akan menjalani beberapa tes." ucap Pak Sandi.

"Pak kumohon bantu Lyra, bapak tahu kan kalau Lyra anak yg baik." ucap Santi memohon-mohon.

"Bapak tahu nak, tapi bapak tak bisa berjanji." ucap pak Sandi.

"Baiklah pak, aku mohon bantuannya." ucap Santi lalu permisi.

Santi pun keluar dari ruangan Pak Sandi, dirinya berharap pak Sandi mau membantu Lyra. Apalagi tak mungkin sekali Lyra mencuri buku yg jelas-jelas ia sudah memilikinya.

Lalu Santi menghampiri Dion yg sedang menenangkan Lyra di taman. Dirinya pun ikut menghibur Lyra yg sedang sedih dan tak percaya diri karena ejekan anak-anak kelas lain yg entah bagaimana bisa menyebar begitu cepat.

☘☘☘

Sementara itu Candy ke ruangan Jeny untuk memastikan hukuman Lyra.

"Bagaimana mom?" tanya Candy.

"Sstt.. sudah kubilang panggil aku ibu Jeny di kampus." ucap Jeny.

"Maaf, jadi bagaimana bu?" tanya Candy.

"Lyra bersikeras ingin melihat cctv bagian loker." ucap Jeny.

"Tapi ibu tak memperlihatkannya kan?" tanya Candy.

"Tentu saja tidak. Sudah jelas dia pencurinya." ucap Jeny.

"Bu memang dia tak langsung dikeluarkan dari kampus ini?" tanya Candy.

"Kita lihat saja nanti apa yg akan terjadi setelah rapat nanti." ucap Jeny.

"Padahal aku berharap dia meninggalkan kampus mulai hari ini." ucap Candy.

Begitulah Candy, dia bisa masuk ke kampus ini dengan bantuan momnya yg seorang dosen. Lalu sekarang dia mencoba memfitnah Lyra karena tak menyukainya ditambah seorang senior yg ia sukai malah menyukai Lyra.

☘☘☘

Berita Lyra di kampus pun segera sampai ke ponsel Jasmine. Awalnya Jasmine pun curiga saat Lyra meminta maaf karena membuat masalah di kampusnya. Lalu Jasmine mengerti begitu ia mendapat kabar dari kampus Lyra. Jasmine pun dipanggil sebagai wali dari Lyra. Dirinya tak memercayai apa yg dibicarakan pihak kampus dan ingin meminta pemeriksaan pada anak asuhnya tersebut.

Sementara Lyra, pun pulang ke panti asuhan dengan lesu. Tapi dirinya lega kalau Jasmine mempercayainya dan tak percaya dengan apa yg dituduhkan padanya. Lyra pun akan beristirahat dan tak bisa kembali ke kampus karena sedang menjalani masa skors. Belum lagi ia harus menjalani pemeriksaan psikolog untuk memastikan dan membuktikan kalau dirinya tidak mengidap penyakit Kleptomania.

Sementara itu, Dion beserta Santi tak bisa diam saja. Mereka berupaya melihat cctv bagaimanapun caranya. Dan bantuan pun datang dari Fero, senior yg menyukai Lyra. Dengan sukarela Fero menemui Dion dan Santi lalu mengusulkan sebuah ide untuk mencuri cctv dan mengunggahnya di forum kampus.

"Kita lakukan malam ini." ucap Fero.

"Kalau ketahuan bagaimana kak?" tanya Santi.

"Dengar, ini memang tak mudah jadi kita harus berhati-hati demi Lyra." ucap Fero.

"Baiklah, tapi kau jangan menyesalinya karena kau senior." ucap Dion.

"Aku takkan menyalahkan kalian, dan akan mengakui kalau ini ideku." ucap Fero.

"Oke deal." ucap Dion.

"Deal.." ucap Santi.

Mereka pun akan melakukan aksinya malam ini.