NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 30

Begitu Kai, Zed, dan Viktor melangkah keluar dari pintu darurat, mereka menemukan diri mereka dalam kebisingan yang menegangkan. Di depan mereka, puluhan anggota Volkov bersenjata lengkap berkumpul, menunggu. Jantung Kai berdegup kencang saat dia menyadari bahwa rencana mereka bisa segera berakhir.

“Buka tembakan!” teriak salah satu pemimpin mereka, dan segerombolan peluru meluncur ke arah ketiganya.

“Ke belakang!” Kai berteriak, segera menarik Zed dan Viktor ke samping, mencari tempat perlindungan di balik mobil yang terparkir. Peluru berdesing melewati mereka, dentuman senjata menciptakan suara gaduh di sekelilingnya.

“Gimana kita bisa keluar dari sini?” Viktor berteriak, wajahnya dipenuhi ketegangan. “Kita dikepung!”

Zed berusaha berpikir cepat. “Kita butuh jalan keluar! Kita bisa ke arah gang di sebelah kiri! Mungkin kita bisa menghindari mereka di sana.”

“Gue lihat satu-satunya cara keluar adalah dengan berlari,” jawab Kai, berusaha menenangkan temannya. “Kita hitung sampai tiga dan berlari ke arah gang itu. Lo siap, Zed?”

Zed mengangguk meski ketakutan masih menghantuinya. “Gue siap.”

“Baiklah. Satu… dua… tiga!” Kai teriak, dan mereka bertiga melesat dari tempat perlindungan.

Mereka berlari secepat yang mereka bisa, menghindari tembakan yang berusaha menghantam mereka. Satu peluru hampir mengenai Viktor di bahu, tetapi dia berhasil menghindar dengan gesit. Kai merasakan adrenalinnya mengalir, memacu tubuhnya untuk berlari lebih cepat lagi.

Begitu mereka mencapai gang, Kai berbalik untuk menembak kembali ke arah musuh. Dia tidak ingin kehilangan momentum. Viktor dan Zed mengikutinya, dan ketika mereka berbelok ke sudut gang, Kai merasakan kebisingan di belakang mereka semakin jauh. Namun, mereka masih belum aman.

“Jangan berhenti!” seru Kai, terus mendorong ke depan. “Kita harus menemukan tempat berlindung!”

Di dalam gang yang gelap, mereka berlari sejauh yang mereka bisa, dan Zed mengeluarkan peta digital dari laptopnya. “Kita bisa bersembunyi di gedung tua di depan! Dia punya pintu belakang yang bisa kita pakai untuk melarikan diri.”

Mereka berlari ke gedung yang ditunjuk, dan Kai menendang pintu masuk yang sedikit terbuka. Mereka masuk ke dalam ruangan yang berdebu dan gelap. Bau lembap menyengat hidung mereka, tetapi tidak ada waktu untuk mengeluh.

“Di sini!” Viktor menunjuk ke arah belakang gedung, di mana ada tangga yang mengarah ke bawah. “Kita bisa turun ke bawah dan sembunyi di sana.”

Mereka cepat-cepat mengikuti Viktor, turun melalui tangga yang gelap. Setiap langkah yang mereka ambil seolah menambah ketegangan di dalam hati mereka. Setelah mencapai lantai bawah, mereka menemukan sebuah ruangan kecil dengan beberapa kotak dan alat-alat tua.

“Ini bisa jadi tempat perlindungan sementara,” kata Zed sambil menutup pintu dengan hati-hati. “Kita bisa bersembunyi di sini sampai situasi tenang.”

“Lo yakin kita aman di sini?” tanya Viktor, wajahnya masih penuh kecemasan.

“Gue rasa ini yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk saat ini,” jawab Kai, berusaha meyakinkan temannya. “Setidaknya kita bisa merencanakan langkah selanjutnya tanpa dikejar.”

Mereka duduk di sudut ruangan, mencoba mendengarkan suara di luar. Suasana hening di dalam ruangan menambah ketegangan. Kai merasa jantungnya berdebar kencang. Dia tahu bahwa mereka berada dalam situasi yang sangat berbahaya, dan apapun yang terjadi selanjutnya bisa menentukan hidup atau mati mereka.

Setelah beberapa saat, Zed mulai membuka laptopnya lagi. “Gue akan coba mengakses informasi lebih lanjut. Mungkin kita bisa menemukan titik lemah yang bisa kita manfaatkan untuk melawan mereka.”

Ketika Zed mulai mengetik, Kai dan Viktor saling bertukar pandang. Mereka semua tahu bahwa situasi mereka sangat kritis. “Kita harus tetap bersatu,” kata Kai, memecah kesunyian. “Kita tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai kita. Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang.”

Viktor mengangguk. “Setiap langkah yang kita ambil adalah risiko, tetapi kita harus berani. Kita sudah berjuang sampai sejauh ini.”

Setelah beberapa menit menunggu, Zed akhirnya mendapatkan akses ke beberapa dokumen penting. “Gue menemukan informasi tentang pergerakan pasukan mereka,” ujarnya dengan suara penuh semangat. “Sepertinya mereka akan mengalihkan sebagian pasukan untuk mencari kita di sekitar gedung ini.”

“Jadi kita bisa menggunakan informasi ini untuk rencana kita?” tanya Kai, merasakan semangatnya kembali.

“Persis,” jawab Zed. “Kita bisa mengatur jebakan di pintu keluar dan menyerang mereka saat mereka lengah.”

Kai merasa ide itu cukup berani. “Tapi kita harus bergerak cepat sebelum mereka menyadari bahwa kita masih hidup. Viktor, lo siap?”

“Gue siap,” jawab Viktor, wajahnya menunjukkan ketegasan.

“Zed, lo akan tetap di sini dan mengawasi situasi?” tanya Kai.

Zed mengangguk, “Gue akan terus memantau pergerakan mereka. Jika ada yang mendekat, gue akan kasih tahu.”

Setelah merencanakan semuanya, Kai dan Viktor melangkah keluar dari tempat persembunyian mereka. Suasana di luar tampak sepi, tetapi mereka tahu itu hanya sementara. Dengan hati-hati, mereka mengintip ke arah pintu keluar, memeriksa apakah ada tanda-tanda musuh.

“Siap?” tanya Kai, meraih senjatanya dan bersiap untuk beraksi.

“Siap,” jawab Viktor, menyiapkan senjatanya dengan penuh ketegangan.

Mereka keluar perlahan, berusaha tetap tidak terdeteksi. Dalam hati, Kai merasa jantungnya berdegup kencang. Dia tahu bahwa ini adalah langkah yang berisiko, tetapi dia juga menyadari bahwa mereka tidak punya pilihan lain.

Begitu keluar dari gedung, mereka segera mencari posisi yang lebih baik untuk menyusun rencana serangan. Mereka menemukan tempat persembunyian di balik beberapa kotak yang terletak tidak jauh dari pintu keluar gedung.

Di depan mereka, Kai melihat beberapa anggota Volkov sedang mengobrol. Mereka tampaknya tidak menyadari keberadaan Kai dan Viktor. Kai merasakan ketegangan dalam tubuhnya. “Sekarang atau tidak sama sekali,” bisiknya.

Ketika Kai melihat kesempatan yang tepat, dia memberi isyarat kepada Viktor untuk bersiap. “Sekarang!” Kai berteriak, melompat keluar dari tempat persembunyian sambil menembak ke arah musuh.

Peluru melesat, dan beberapa anggota Volkov terkejut. Mereka segera merespons dengan tembakan balik, tetapi Kai dan Viktor sudah bergerak cepat. Viktor melompat ke samping, menghindari peluru yang berdesing, sementara Kai berusaha mendekat untuk menyerang.

“Gue akan coba menyerang dari sisi kiri!” seru Viktor, mengalihkan perhatian para musuh.

Kai mengangguk dan melanjutkan serangannya, berusaha untuk mengejutkan musuh. Dia merasakan adrenaline mengalir deras saat dia menembaki musuh satu per satu. Beberapa anggota Volkov mulai mundur, sementara yang lainnya berusaha mencari perlindungan.

Setelah beberapa menit baku tembak, Kai dan Viktor berhasil mengendalikan situasi. Namun, mereka tahu bahwa lebih banyak pasukan Volkov akan segera datang. “Kita harus cepat!” teriak Viktor, berusaha mengumpulkan keberanian.

“Mari kita kembali ke Zed!” jawab Kai. “Dia butuh kita untuk memberikan dukungan lebih lanjut.”

Mereka berlari menuju gedung tempat Zed berada. Namun, saat mereka mendekati pintu masuk, suara sirene berbunyi kembali. “Mereka sudah tahu kita ada di sini!” teriak Viktor, wajahnya terlihat tegang.

“Cepat! Kita harus bersembunyi!” Kai berusaha mengingat tempat-tempat di sekitar gedung. “Masuk ke dalam!”

Begitu mereka memasuki gedung, Kai menutup pintu dengan cepat. Mereka berdiri di dalam kegelapan, berusaha mendengarkan suara di luar. Suara langkah kaki semakin dekat, dan Kai merasa tekanan semakin berat.

“Zed, kita butuh informasi!” seru Kai, berharap Zed bisa memberikan solusi untuk situasi mereka.

Zed, yang tampak lelah tetapi fokus, menatap layar laptopnya. “Gue melihat pergerakan musuh. Mereka akan masuk ke sini dalam hitungan detik.”

“Kalau gitu, kita harus bersiap untuk perlawanan terakhir,” kata Kai, berusaha mengumpulkan keberanian. “Kita tidak boleh menyerah!”

Viktor mengangguk. “Apa pun yang terjadi, kita harus bertarung bersama.”

Ketika suara langkah kaki semakin dekat, Kai dan Viktor bersiap dengan senjata mereka. Mereka tahu ini adalah saat yang menentukan. Mereka bertekad untuk bertarung sampai mereka mendengar suara pintu yang terbuka dengan keras. Seorang pemimpin pasukan Volkov muncul di ambang pintu, wajahnya penuh kepercayaan diri dan senyum sinis. “Kalian pikir bisa lolos begitu saja?” teriaknya, diiringi oleh kelompok tentara bersenjata yang mengikutinya. “Kalian sudah terjebak!”

Kai dan Viktor saling bertukar pandang. “Kita harus bertahan!” seru Kai, suaranya penuh tekad.

“Siap, Viktor?” tanya Kai, berusaha menenangkan diri sambil meraih senjatanya lebih erat.

“Siap,” jawab Viktor, menyiapkan posisi. Mereka berdiri saling bersisian, bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.

“Buka tembakan!” teriak pemimpin Volkov, dan segerombolan peluru meluncur ke arah mereka.

Mereka melompat ke samping, berlindung di balik dinding. Suara tembakan yang nyaring memenuhi ruangan, dan Kai merasa adrenalinnya semakin memuncak. Dia menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat jika ingin bertahan hidup.

“Zed, beri tahu kami jika ada rute keluar!” teriak Kai, terus menembaki musuh yang berusaha mendekat.

Zed mengetik dengan cepat di laptopnya, matanya berfokus pada layar. “Ada pintu belakang! Gue bisa membukanya, tetapi kita perlu waktu!”

“Maka kita harus menahan mereka!” Viktor berseru, mengisi ulang pelurunya dan melanjutkan serangan.

Dalam baku tembak yang intens, Kai merasakan beban di pundaknya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan menembak dengan akurat, berhasil menjatuhkan dua orang di depan mereka. Namun, lebih banyak tentara Volkov datang dari arah lain, semakin mengepung mereka.

“Zed, berapa lama lagi?” tanya Kai, suaranya penuh kekhawatiran.

“Gue perlu beberapa detik lagi!” jawab Zed, keringat mengalir di dahi. “Satu… dua… tiga…” Dia terus menghitung, fokus untuk membuka rute mereka.

Viktor terus menembak, tetapi suara tembakan dari pihak musuh semakin mendominasi. “Kita harus mundur! Kita tidak bisa bertahan selamanya!” teriak Viktor, saat satu peluru hampir mengenai kakinya.

“Bukan sekarang!” Kai membentak, merasakan semangatnya berkobar. “Kita sudah sampai sejauh ini. Kita tidak boleh menyerah!”

Zed terus mengetik, wajahnya serius. “Selesai!” teriaknya, dan seketika layar laptop menyala dengan tampilan rute evakuasi.

“Ke pintu belakang! Ayo!” Kai berlari ke arah yang ditunjukkan Zed, diikuti oleh Viktor. Mereka bergerak cepat, meninggalkan jejak kekacauan di belakang mereka.

Saat mereka berlari menuju pintu belakang, suara tembakan dan teriakan semakin memekakkan telinga. Mereka berbelok ke kiri dan melompat melewati pintu yang terbuka. Begitu sampai di luar, mereka terpaksa menghentikan langkah.

Di depan mereka terbentang area kosong dengan beberapa mobil yang terparkir. “Kita bisa ambil salah satu mobil ini!” kata Viktor, melihat ke arah kendaraan.

Tapi saat mereka berlari ke mobil terdekat, suara sirene kembali terdengar, semakin mendekat. “Mereka datang!” Kai berteriak, matanya penuh ketakutan.

“Cepat! Kita tidak punya banyak waktu!” Zed berusaha menenangkan suasana, mencengkeram pegangan mobil dengan kuat.

Mereka segera melompat ke dalam mobil dan Zed mulai menghidupkan mesin. “Berharap ini bisa berfungsi!” ujarnya, berusaha mendorong kunci kontak dengan panik.

Suara langkah kaki semakin mendekat, dan Kai mendengar suara teriakan dari pasukan Volkov. “Tunggu, tunggu!” Kai berseru, matanya mencari senjata yang tergeletak di dalam mobil. “Ada senjata di sini! Kita bisa mempertahankan diri!”

Dia meraih senapan yang tergeletak di kursi belakang, sementara Viktor dan Zed terus berusaha menyalakan mesin mobil. Kai menembakkan beberapa peluru ke arah pintu masuk, mencoba menghalau musuh.

“Ayo! Mulai sekarang!” teriak Viktor, terdengar frustrasi.

Akhirnya, mesin mobil menyala dengan suara bergetar. “Berhasil!” Zed bersorak, lalu dengan cepat menginjak gas. “Ayo pergi dari sini!”

Mobil meluncur keluar dari area parkir, dan Kai terus menembak ke arah musuh yang berusaha menghentikan mereka. “Ke kanan! Kita harus pergi dari sini!” teriaknya, melihat ke depan untuk memastikan mereka tidak terjebak di jalan buntu.

Mereka berhasil melarikan diri dari area tersebut, tetapi suara sirene dan peluru masih bergema di belakang mereka. “Tidak berhenti! Kita harus terus maju!” Kai berteriak, merasakan ketegangan di dalam mobil.

“Ke mana kita pergi sekarang?” tanya Viktor, melihat ke arah peta yang Zed pegang.

“Kita butuh tempat aman,” jawab Zed, menggeser tuas ke kanan. “Ada tempat persembunyian lain di dekat sini. Mungkin bisa jadi tempat berlindung sementara.”

Kai mengangguk, berusaha tenang meski adrenalinnya masih mengalir deras. “Kita harus sampai ke sana tanpa tertangkap.”

Mobil melaju cepat melalui jalanan kota, sementara Kai terus memantau belakang mereka. Dia merasakan ketegangan di ototnya, berharap mereka bisa lolos dari kejaran.

“Cepat! Jangan biarkan mereka menangkap kita!” seru Viktor, menggenggam kursi dengan kuat.

Mereka berbelok ke gang sempit, dan suara sirene mulai mereda. “Ayo, ke tempat itu!” Zed menunjukkan arah, dan mereka melaju menuju tempat persembunyian yang dijanjikan.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah bangunan tua yang tampak terabaikan, dikelilingi oleh semak-semak. “Ini dia!” Zed berteriak, melompat keluar dari mobil dengan cepat.

Mereka berlari masuk ke dalam gedung, menutup pintu di belakang mereka. Suasana di dalam tampak suram, dengan cahaya yang minim. “Kita aman di sini untuk sementara waktu,” kata Kai, berusaha menenangkan diri.

Zed mengeluarkan laptopnya dan mulai mengakses informasi. “Gue perlu tahu seberapa jauh mereka telah mengejar kita,” ujarnya, mengetik dengan cepat.

Viktor mengamati sekeliling, mencoba menenangkan napasnya yang masih terengah-engah. “Apa langkah kita selanjutnya?” tanyanya, wajahnya tampak serius.

“Kita harus mengumpulkan informasi dan merencanakan langkah berikutnya,” jawab Kai, menatap Zed. “Kita tidak bisa tetap bersembunyi selamanya. Kita harus menemukan cara untuk melawan Volkov.”

Zed mengangguk, matanya tetap fokus pada layar. “Gue akan coba mencari tahu lebih banyak tentang posisi mereka. Jika kita bisa memanfaatkan kelemahan mereka, kita mungkin bisa melawan balik.”

“Jangan lupa, kita butuh senjata yang lebih baik,” Viktor menambahkan. “Kalau kita hanya mengandalkan senjata yang kita punya, itu tidak cukup.”

Kai mengangguk setuju. “Kita akan mencari cara untuk mendapatkan senjata dan informasi lebih lanjut. Kita tidak bisa membiarkan mereka menang.”

Setelah beberapa menit mengumpulkan informasi, Zed mengangkat kepalanya. “Gue mendapatkan lokasi markas mereka yang baru. Kita bisa serang dan berusaha menghancurkan rencana mereka.”

“Kalau gitu, kita harus bergerak cepat,” kata Kai, merasakan semangatnya kembali. “Kita tidak boleh membiarkan mereka merencanakan langkah berikutnya tanpa kita.”

“Persiapkan semua perlengkapan yang kita butuhkan,” Viktor menambahkan. “Kita harus siap menghadapi apa pun yang akan datang.”

Ketiganya mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya. Meskipun mereka merasa tertekan dan lelah, semangat untuk melawan kejahatan Volkov semakin kuat. Di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa ini adalah pertarungan untuk hidup mereka, dan mereka tidak akan mundur begitu saja.

Dengan langkah penuh tekad, mereka bersiap untuk melawan musuh yang telah mengancam kehidupan mereka. Setiap langkah yang mereka ambil adalah perjuangan untuk menemukan keadilan dan kebebasan dari cengkeraman kejahatan yang mengintai di Kota Auriel.

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!