Nasib malang dialami oleh gadis muda bernama Viona Rosalina. Karena terlilit hutang yang lumayan besar, Viona dijadikan jaminan hutang oleh orang tuanya. Dia terpaksa merelakan dirinya untuk menikah dengan Dirgantara, seorang pengusaha muda yang terkenal sombong dan juga kejam.
Mampukah Viona menjalani hari-harinya berdampingan dengan pria kejam nan sombong yang selalu menindasnya?
Atau mungkin Viona memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Nantikan kisahnya hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Menanti Kehadiran Si Kecil
"Cemburu? Benarkah aku cemburu?"
Semalaman Viona tak bisa tidur mengingat ucapan Dirga yang menuduhnya menaruh kecemburuan padanya.
Tidak mungkin ia cemburu pada orang yang rese dan tidak beradab seperti Dirga. Tak pantas pria itu dicemburui, tampan memang tidak bisa dipungkiri kalau pria itu memang tampan, tapi kalau soal kepribadian, sangatlah jauh dari kata sempurna, dan tak pantas membuatnya cemburu.
"Tidak, ini tidak mungkin!"
Viona sampai terbawa oleh suasana. Ia tak sadar tidak sedang tidur sendirian, melainkan ada Dirga yang menemaninya.
"Apanya yang tidak mungkin? Apa yang tengah kamu pikirkan?"
Dirga terkejut saat Viona berucap begitu keras. Dia yang baru tertidur kembali terbangun dan memastikan kalau istrinya baik-baik saja.
"Ah, ti ... tidak, bukan apa-apa."
Viona kembali menghubunginya. Ia lupa malam itu ia tidak tidur sendirian, tapi ditemani oleh suaminya. Di saat ia sedang larut dalam lamunannya, tak sadar ternyata Dirga mendengar saat ia refleks menjerit.
"Mendingan kamu lekas tidur, jangan membayangkan hal-hal yang membuat pikiranmu kacau. Ingat pesan dokter, kamu nggak boleh banyak pikiran. Rileks aja."
Walaupun tak bisa tidur, ia putuskan untuk diam sembari menunggu pagi menjelang. Ia benar-benar tak nyaman tidur berduaan dengan suami yang memiliki sifat ganda. Ia hanya takut, jika sifat kasarnya muncul, bisa-bisa ia digantung di kamar mandi.
Pukul setengah lima, buru-buru Viona bangun dan bergegas untuk segera mandi. Hari itu ia berniat untuk kembali beraktivitas seperti biasanya, memasak untuk sarapan bersama suami dan iparnya.
Walaupun Dirga maupun Sania melarangnya untuk tidak melakukan aktivitas apapun, ia tetap keukeh melakukannya, ia tak suka bermalas-malasan yang akan membuat kehilangan banyak tenaganya.
"Kakak, bagaimana kondisimu? Apa sudah enakan?" tanya Sania saat berpapasan di depan pintunya.
Melihat iparnya yang nampak sudah rapi dan cantik serta wajahnya yang segar ia yakin Viona telah mendapatkan vitamin yang cukup dari Dirgantara.
Viona tersenyum tipis dan mereka berdua berjalan menuruni anak tangga menuju dapur.
"Alhamdulillah, aku sudah enakan, tapi ya gitu, semalaman aku nggak bisa tidur. Aku nggak sabar menunggu sampai pagi untuk segera beranjak dari kasur."
"Jadi semalaman kamu nggak bisa tidur? Kenapa kak? Apa masih kepikiran sama ucapan Abang yang kemarin? Kak Vi tenang saja, jangan pikirkan soal Abang, tadi malam aku sudah menegurnya, dia nggak bakalan melepaskan kakak dan mengambil hak asuh anak dari kak Vi. Memangnya dia bisa ngasih asi mau merawat anaknya sendirian? Ada-ada saja. Suamimu itu masih terlalu begitu otaknya, terlalu lama di freezer, harus sabar menunggunya kembali mencair."
Kedua wanita itu terkekeh dan berceloteh menuju dapur.
Sania sudah banyak mengalami perubahan. Dia bisa memasak walaupun masakannya tak seenak Viona.
Semenjak Viona datang ke rumahnya, ia tak lagi merasa kesepian. Bahkan dia bisa bebas curhat dengan kakak iparnya itu. Memang di luar masih banyak teman-temannya yang masih peduli padanya, tapi ia sendiri yang menolak untuk bergaul bersama mereka. Ibunya pernah bilang, apapun yang terjadi kelak jangan sampai bergaul dengan orang-orang yang tidak baik, karena dirinya tak sepenuhnya bisa menemaninya sampai tua, dan ternyata terbukti belum lama bicara seperti itu ibunya tiada karena mengalami kecelakaan.
"Eh, Kamu tahu nggak Sania?! Aku itu heran sama Abang kamu. Kenapa dia berubah jadi lembut sama aku ya? Padahal kemarin masih kaku seperti kawat, tapi sejak tadi malam dia peduli banget sama aku, dia bahkan menyuapi Aku makan, bahkan menemaniku tidur. Aku merasa aneh saja dengan perubahannya. Apa benar dia benar-benar sudah berubah? Tapi kok secepat itu ya? Apakah karena di rahimku sedang ada bayinya ya?"
Sania juga terkejut mendengar cerita dari iparnya. Baru semalam dia mengomeli kakak laki-lakinya, tiba-tiba mendapatkan kabar bahwa Kakak laki-lakinya sudah berubah baik pada Viona, padahal sebelumnya Dirga tidak pernah bersikap lembut pada Viona.
Mungkin Dirga sadar, bahwa sikapnya itu sangat keterlaluan. Bahkan gadis yang tidak tahu apa-apa dijadikan korban keegoisannya.
"Kak Vi serius Abang sudah banyak berubah? Syukurlah kalau memang dia sudah berubah, aku ikut senang mendengarnya. Memang sudah seharusnya bisa berubah, nggak harus bersikap kasar pada kak Vi. Memangnya kak Vi salah apa sampai diperlakukan buruk olehnya. Aku aja melihatnya ikut geram, apalagi kak Vi yang menjalaninya? Pantas saja kak Vi nggak betah berada di sini. Andai aku punya suami yang kelakuannya seperti dia, aku juga bakalan tinggalin. Tapi kalau kak Vi tinggalin Abang, aku yang bakalan kehilangan kak Vi."
Viona terkekeh. Ia pikir setelah menikah hidupnya akan menyeramkan seperti di neraka jahanam. Punya suami galak, ipar galak, dan mertua galak, tapi ternyata sebaliknya, hanya suaminya saja yang galak, tapi iparnya sangatlah baik dan pengertian, sayangnya ia belum sempat bertemu dengan mertuanya, karena sudah keburu meninggal.
"Oh ya Nia, ngomong-ngomong Abangmu itu sebelumnya udah pernah punya pacar belum sih? Apa nggak mules punya pacar yang sifatnya dingin dan jutek gitu. Aku aja mules menghadapinya, andai saja orang tuaku tak terlilit hutang, aku tak mau dinikahkan dengannya, walaupun dia pengusaha kaya. Bagiku kekayaan tak menjamin kebahagiaan."
Entah mengapa akhir akhir ini Viona ingin mengetahui lebih banyak kehidupan Dirgantara sebelum menikah dengannya. Mungkinkah pria itu pernah menjalin hubungan dengan seseorang, atau bahkan baru kali ini menjalin hubungan pernikahan yang tidak didasari dengan pacaran ataupun dengan perasaan suka sama suka.
Pria itu penuh misteri yang ia tak berani untuk bertanya padanya. Jangankan untuk sekedar berbagi cerita, untuk menyapanya saja masih canggung, mungkin karena perlakuannya yang kurang baik tak membuatnya nyaman berada di dekatnya.
"Iya, bang Dirga dulu pernah punya pacar, tapi hubungannya tak bertahan lama. Dulu menjelang pernikahannya dengan Anita, wanita model itu diketahui telah berselingkuh dengan rekan bisnisnya. Di situ bang Dirga benar-benar hancur. Gadis yang dicintainya ternyata telah tega menghianatinya. Ditambah lagi setelah kepergian Mama sama Papa, keluarga kami nggak ada yang respect, bahkan tidak ada yang pernah menelfon sekedar menanyakan kabar pada kami. Intinya bang Dirga itu benar-benar dibuat mati rasa oleh cewek dan juga keluarganya sendiri. Jadinya seperti ini, malas memiliki hubungan dengan orang lain."
Sania banyak memberinya penjelasan mengenai lika-liku kehidupan Dirga. Ternyata Dirga semangatnya sudah dipatahkan oleh keluarga dan juga kekasihnya. Pantas saja pria itu menjadi kaku dan tak bisa disentuh oleh siapapun.
Sebagai pasangannya, ia harus bisa mengembalikan cintanya yang hilang. Ia berjanji akan membantunya untuk menghapus kenangan buruk yang dialaminya, dan membantunya kembali bersemangat dengan menghadirkan buah hatinya.
Dalam hati Viona membatin. 'Mas Dirga' sebentar lagi kau tidak akan kesepian lagi. Di sini sudah ada baby yang akan menjadi penyemangatmu. Tidak masalah kau tidak dipedulikan oleh keluargamu sendiri, kehadiran anak kita ini yang akan menggantikan mereka yang hilang dari kehidupanmu.'