NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Bijaklah sebelum memulai

“bukankah sudah kukatakan semua!”suara Vika terengah-engah, karena leher yang tertahan oleh lengan kiri Laksa.

“dari awal. Kau memang hanya ingin mempermainkan ku. Anj*ng!!”bentak laksa, kasar penuh emosi. Memegang kerah baju Vika, mendorong tubuhnya pada dinding samping pintu menuju gudang.

Aku membuang asal plastik berisi es oyen yang sedang kutenteng.”woi..!”teriakku berlari ke arah mereka, karena Laksa akan melakukan sebuah tamparan. Ku cengkram leher belakang Laksa dan menarik paksa sekuat tenaga agar dia menjauh dari Vika. Sayangnya aku sedikit terlambat, meski Laksa kehilangan keseimbangan namun dia berhasil menampar wajah Vika, keras.

Tentu saja aku naik pitam! Ku raih kerah bajunya saat dia masih menyeimbangkan diri akibat tarikan ku, satu pukulan menggunakan tangan kanan melayang tepat pada wajahnya. Laksa tersungkur.

“ada apa ini!”aku melotot pada ke duanya, Vika dan Laksa.

“tanyakan saja pada l*nte sampingmu!”jawab Laksa kasar, mengusap sekitar mulutnya sambil bersiap berdiri.

”anj*ng! Jaga cara bicaramu.”sahutku, bersiap menendangnya asal, tapi berhasil ku urungkan niat itu, semaksimal mungkin aku mengontrol emosi. Aku lebih memilih menyiapkan diri jika Laksa tiba-tiba menyerangku. Pandangan Laksa penuh amarah terfokus pada Vika yang masih ketakutan, satu tangannya masih memegang pipi yang tadi terkena tampar, air matanya menetes meski bibir tidak mengeluarkan sedikitpun suara.

Melihat ekspresi Laksa penuh amarah juga dendam. Aku merasa, untuk sekarang dia sudah tak bisa menggunakan akal waras nya.

“pulang! Pergi dari sini!”usirku seraya berdiri persis di depan Vika, karena Laksa seperti sangat ingin memukulnya.

Benar saja, Laksa merangsek berusaha menerkam Vika. Tapi kali ini aku berhasil menghentikannya meski sebagai gantinya pelipisku terkena satu pukulan, beruntung aku berhasil mendorong tubuhnya lalu memberi satu tendangan yang membuat Laksa kembali tersungkur.

“kalian memang anj*ng!”teriaknya kasar, dia bangkit kembali meraih tas kecilnya, memandangku penuh amarah, lalu beranjak pergi. Saat dia melintasi kami, aku menjaga waspada bersiap melindungi Vika.

Untungnya dia pergi tanpa membuat masalah baru.

“tak apa Vik, dia sudah pergi.”ucapku pelan pada Vika yang masih bersandar pada dinding. Ku periksa wajahnya, tamparan itu membekas. Nafas panjang kubuang paksa.

“El…!”

Tangisnya pecah, dengan reflek dia memelukku. Tidak ada pilihan untukku selain membiarkannya menumpahkan semua ketakutan dan rasa sakitnya pada dadaku.

“tenangkan dirimu, semua baik-baik saja Vik.”aku mengusap pelan kepala belakangnya.

Setelah cukup lama kami berada pada posisi ini, sepertinya Vika sudah cukup tenang.

“mbak.. mbak.. parfum..!”

Suara pembeli memaksa Vika melepaskan diri.”biar aku saja. Basuh wajahmu di kamar mandi.”perintahku sembari berjalan ke depan.

“terima kasih,”ucapku pada pelanggan yang hendak pergi setelah mendapat barang yang dia inginkan.

”astaga!! gimana nasib es oyen ku.”aku teringat plastik hitam yang tadi ku lempar asal. Untungnya masih aman, namun sudah tidak dingin sama sekali, sambil menunggu Vika kembali, aku memasukannya pada lemari pendingin.

***

“Vik, kali ini aku tak punya pilihan, selain membicarakan masalah sore tadi pada bos.”aku membuka percakapan.

”aku memang punya rencana memarahi Laksa karena masalah kerjanya. Namun jika hanya itu yang ku jadikan alasan untukku memecatnya, kukira pak bos tidak akan setuju.”lanjutku menjelaskan. Vika masih diam, mendengarkan.

”maksudku, bolehkah aku memberitahu pak bos tentang kejadian sore tadi. Secara garis besarnya saja.”tutupku dengan sebuah pertanyaan.

”terserah, atur sendiri saja El. Maaf..! Aku telah membuat kesalahan besar.”jawabnya pasrah, di susul dengan tarikan nafas panjang.

Wajah menyesal terlihat jelas dari murungnya Vika, meski tamparan sore tadi tidak meninggalkan bekas pada kulitnya, namun seberapa dalam rasa takut yang tertinggal di dalam hatinya, hanya Vika sendiri yang tahu.

“ingin berbagi? Kenapa hal seperti itu bisa terjadi?”nadaku tak memaksa. Sebatang rokok mulai aku nyalakan.

“semua memang salahku El. Seperti katamu, ternyata aku hanya sedang menarik paksa lengan seseorang.”Vika mulai bicara, lirih. Dia merasa jika saat itu rasa kecewanya dengan Reno meninggalkan sebuah lubang, dan kehadiran Laksa seperti bisa menutup lubang itu.

Awalnya Vika dan Laksa tak pernah membahas tentang status, meski hubungan mereka semakin intens. Have fun, cuma itu yang ingin di cari, gelak tawa juga rasa nyaman saat menghabiskan waktu berdua. Semua mulai berubah ketika Laksa mulai menanyakan tentang status mereka. Entah seberapa besar pengaruh ucapanku padanya malam itu, yang jelas Vika berkata bahwa kita hanyalah teman, dia menjelaskan tentang hubungannya dengan Reno yang masih menggantung, meski dari awal sebenarnya Laksa sendiri sudah tahu tentang hubungan itu. Tapi, Laksa tak terima dengan pengakuan Vika, karena dia merasa sudah melakukan dan mengorbankan banyak hal. Dia tersulut emosi dan kejadian sore tadi pun terjadi.

“aku memang pantas mendapatkannya El.”tutup Vika penuh penyesalan, dengan mata yang mulai berair.

Aku melempar tisu ke arahnya, sambil bersiap menghisap dalam sebatang rokok.

”menurutku, sekali saja kau bercerita pada orang yang salah, apalagi masalah tentang suatu hubungan yang sedang goyah. Terutama saat kau menumpahkan segala masalah kau pasti sangat membutuhkan sandaran, dan jika lawan bicaramu salah mengartikannya atau bahkan dengan sengaja memanfaatkan keadaan itu. Berikutnya, pasti akan muncul masalah yang lebih kompleks.”ucapku tanpa menoleh ke arah Vika.

"Tapi, melihatmu menyesal dan menyadari kesalahanmu saja sudah membuatku lega, Vik.” Aku diam sejenak kembali menghisap dalam rokokku.

”wajar jika Laksa marah. Aku juga lelaki Vik, mungkin aku bisa sedikit memahami amarahnya. Saat ini dia mungkin merasa seperti badut, yang di buang karena sudah tak menghibur lagi.”

"Maaf, jika ucapanku menyinggung mu. Vik."

suara decakan keluar dari mulutku.”tapi, sebesar apapun kesalahan wanita. Bagiku pribadi, meluapkannya dengan kekerasan fisik tetaplah hal yang salah, sangat salah! Setidaknya seperti itulah prinsipku.”nadaku penuh penekanan.

Vika hanya diam memperhatikan, aku tak tahu apakah ucapanku tersampaikan atau tidak, karena tatapan mata Vika hambar. Entah kemana fokus pikirannya saat ini, satu tangannya memainkan pulpen di antara jari.

”setiap lelaki, punya cara berbeda dalam meluapkan patah hatinya. Patah yang berubah menjadi dendam adalah salah satunya.”

“lain kali, setidaknya bijaklah sebelum kau memulai.”

“terima saja andai Laksa memaki dengan semua sumpah serapahnya. Namun, jangan pernah mau jika dia mengajak mu bertemu.”tutupku.

“EL…!!”

Aku melirik ke arah wajah Vika, bersamaan dengan putung rokok yang kubuang pada asbak.

”kata-katamu..! Saat seperti, kenapa kau jadi terlihat keren. Boleh aku jatuh cinta padamu?”celetuknya tiba-tiba, meletakan pulpen lalu berganti mengambil tisu yang ada disebelahnya.

“tentu saja boleh!! Asal kau bersedia jadi yang ke dua. Eh.. ke tiga.”

Aku menaikan jari telunjuk serta jempol ke atas, melakukan pose yang kemarin sempat viral, sambil berucap.”taekk...!”

Vika tertawa meski dengan mata yang masih sembab.

Datangnya pelanggan menghentikan percakapan kami. Meski terlihat masih memaksakan diri, setidaknya aku sedikit lega melihat Vika tidak larut dalam tekanan.

Setelah toko kembali lengang, aku menelpon pak bos, hanya bercerita tentang hal-hal yang perlu di ketahui bos, untuk detailnya cukuplah aku dan Vika yang tahu. Untungnya pak bos tidak mempermasalahkan keputusanku.

Senada dengan pikiranku, pak bos menyuruhku untuk mengantar Vika pulang saat nanti toko sudah tutup, takut jika terjadi hal yang tidak di inginkan.

“untuk sementara kakakmu bisakan antar jemput?”tanyaku padanya saat kami bersiap untuk pulang.

“belum tentu El. Coba nanti aku bicara dengannya.”jawabnya sambil mengenakan helm.

”gampang lah gimana nantinya, ghozali selalu redy mengayomi.”gurauku santai. Lagian rumah vika memang tak terlalu jauh dari sini, jaraknya tak sampai 15 menit dari sini.

”mengayomi palamu..!! Dengar celetuk adiknya Laras saja kau sudah kena mental.”guman Vika mulai menyalakan mesin motor.

“tidak bisa...! Bentar lagi aku akan melakukan manuver keren.”bantahku juga melakukan hal yang sama dengannya.

”taekk!!”ucapnya cukup keras sambil menirukan gayaku tadi.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!