"Tapi mas..."
"Udah diam, kamu itu cuma bisa malu-maluin aku ya! nyesel aku nikah sama kamu!" Arzan berdiri dari sofa akan meninggalkan ruang televisi tapi di cegah oleh Ruby.
"Mas aku mau izin kerja sama Luli."
"Ya udah sana kerja! malah bagus kalau kamu kerja jadi kamu enggak numpang gratis dan jadi beban di sini!"
Ruby mulai meneteskan air matanya yang sudah dia tahan sedari tadi. Hatinya sakit mendengar semua perkataan yang di lontarkan oleh Arzan.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA MAN TEMAN! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
"Ruby sebenarnya aku suka dengan kamu, beberapa hari ini aku perhatian dengan kamu karena itu. Apakah kamu mau menjadi kekasihku?" ucap Reynand dengan nada yang cukup keras membuat orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar lobby memusatkan perhatian ke arah mereka.
Ruby kaget dengan pengakuan Reynand yang tiba-tiba begini mana banyak orang yang sedang menyaksikan dan ada suaminya juga. Ruby melihat keadaan sekitar, banyak orang yang melihat ke arah mereka.
"Kamu bilang apa sih Reynand? kamu itu ada-ada saja" Ruby menganggap pernyataan Reynand tadi hanya omong kosong belaka.
"Ruby aku berbicara dengan sungguh-sungguh bahwa aku benar-benar mencintai kamu aku tidak bercanda. Kamu mau kan menjadi kekasihku?" tanya Reynand lagi yang sekarang berubah menjadi sangat serius.
"Kamu ini banyak bicara omong kosong, ayo Ruby kita pulang" Arzan yang sedari tadi diam saja tiba-tiba saja mendorong Reynand menjauh lalu memasukkan Ruby ke dalam mobil.
"Aku peringatkan jangan dekat-dekat dengan Ruby!" ancam Arzan pada Reynand.
Setelah mengatakan itu Arzan menyusul Ruby masuk ke dalam mobil pada bagian kemudi lalu menjalankan mobil meninggalkan pelataran kantor.
"Apakah dia sudah lama kelihatan suka dengan kamu?" tanya Arzan memecah keheningan.
"Aku kurang tahu."
"Sudah kamu jangan dekat-dekat lagi dengan dia" perintah Arzan tanpa mau di bantah.
"Sepertinya tidak bisa karena selama aku bekerja aku harus berdekatan dengan dia terus."
"Tenang saja aku bisa mengaturnya dengan mudah dengan kekuasaan yang aku punya, secara aku direktur utama di sana" ucap Arzan lirih di akhir kalimat tapi masih bisa di dengar oleh Ruby.
"Apa mas kamu direktur utama? aku enggak salah dengarkan?" tanya Ruby.
Badan Ruby menghadap ke arah Arzan dan atensinya mulai fokus kepada Arzan. Mendengar perkataannya di dengar Ruby membuat Arzan sedikit panik hingga akhirnya dia memilih untuk jujur saja.
"Kamu enggak salah dengar, aku memang direktur utama di perusahaan ayah."
"Tapi waktu itu kamu bilang kamu hanya bekerja sebagai karyawan biasa, jadi kamu bohong lagi sama aku?" tatapan Ruby mulai kecewa.
"Aku nutupin itu biar kamu menjadi pribadi yang tidak boros, aku cuman sedang mengujimu saja tidak lebih" lagi-lagi Arzan beralibi untuk menutupi kesalahannya.
"Mas aku enggak bakal segila itu untuk menghabiskan uang suamiku sendiri, walaupun jabatan kamu direktur utama dan gaji kamu besar sekali aku enggak bakal menghabiskan uang kamu hanya untuk keperluan yang tidak penting."
"Bukan begitu, aku hanya mau kamu belajar hidup sederhana saja dan tidak berfoya-foya lagi. Kenapa kamu marah hanya karena masalah seperti itu?"
"Hanya mas? mas kamu itu sudah banyak menutupi tentang jati diri kamu sama aku, sebenarnya kamu anggap aku istri enggak sih mas? lalu pernikahan kita selama ini enggak berarti apa-apa buat kamu?"
"Sudah kamu jangan bicara lagi, masalah ini kita selesaikan di rumah saja jangan di jalan seperti ini" setelah itu Ruby diam dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.
Sampai di rumah Ruby langsung turun masuk ke dalam rumah, Dia duduk di sofa menunggu Arzan masuk. Sesudah Arzan masuk rumah Ruby menatap Arzan terus hingga dia duduk di sofa.
"Sebagaimana yang aku katakan tadi selama di dalam mobil itu memang benar, kamu mau ngomong apalagi sekarang?"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi."
"Yang mana aku lupa?"
"Kamu anggap aku sebagai istri kamu atau tidak? juga apakah pernikahan kita selama ini penting buat kamu?" Ruby mengulangi kembali pertanyaan saat di mobil tadi.
"Aku menganggap pernikahan kita penting dan aku juga menganggap kamu sebagai istriku" 'Istri taruhan lebih tepatnya tidak lebih' lanjut Arzan dalam hati.
"Benarkah itu? kenapa sekarang aku sedikit ragu denganmu ya mas, kamu terlalu banyak menyembunyikan rahasia kepadaku."
"Aku juga menyembunyikan itu karena ada tujuannya, aku tidak mau mempunyai seorang istri yang matre yang menilai ku hanya karena uang saja."
"Kebohonganmu itu cukup banyak mas, apakah masih ada lagi rahasia yang masih kamu sembunyikan saat ini?"
"Sudah tidak ada hanya itu rahasia yang aku sembunyikan dari kamu."
"Benarkah? waktu itu pun kamu juga berucap seperti itu juga kepadaku tapi ternyata ada lagi yang kamu sembunyikan."
"Oh jadi kamu enggak percaya lagi dengan suamimu ini? kamu meragukan aku?"
Ditanyai seperti itu membuat Ruby bingung, di satu sisi memang dia belum percaya dengan Arzan di satu sisi lagi dia tidak mau kalau suaminya marah kepadanya.
"Ok kali ini aku akan mencoba percaya lagi kepadamu mas tapi apabila nanti ada rahasia lagi yang menyakiti hatiku mungkin aku tidak bisa memaafkan itu" Arzan hanya mengangguk.
"Kalau gitu aku mau istirahat dulu" Ruby pergi menuju kamarnya. Arzan melihat Ruby hingga masuk ke kamarnya, lalu dia bisa bernafas lega.
"Ah tidak apa Ruby marah tentang itu yang paling penting aku sudah mendapatkan apa yang aku mau, sekarang tinggal menunggu mobilku sampai di rumah" Arzan tidak terlalu memperdulikan kemarahan Ruby sama sekali.
Arzan menuju teras rumah menunggu mobilnya yang akan diantar hari ini juga, kata Yudi tadi mobilnya akan sampai beberapa menit lagi. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Yudi, mobil mewah itu telah sampai di depan rumah Arzan. Truk carrier menurunkan mobil Mercedes Benz 300 SLR uhlenhaut coupe, mobil impian Arzan selama ini.
Setelah mobil diturunkan Arzan mulai memasukkan mobilnya ke dalam bagasinya. Dia memandang takjub mobil itu hingga tidak berkedip, dia tidak menyangka bisa mendapatkan mobil ini hanya dengan menikahi Ruby saja tanpa mengeluarkan kocek yang mahal.
"Wah bodynya masih bagus banget, sungguh Yudi enggak main-main dengan ucapannya."
"Ah senangnya, tidak sabar untuk test drive nanti" Arzan tersenyum senang lalu masuk ke dalam rumah kembali.
Arzan mandi terlebih dahulu lalu kembali ke garasinya dan menghidupkan mobil barunya itu. Saat dihidupkan suaranya sangat garang sehingga mengundang orang-orang untuk melihatnya. Ruby yang sudah tertidur pun bangun mendengar suara mobil itu.
"Mas kamu beli mobil lagi?" tanya Ruby melihat Arzan yang sudah duduk di dalam mobilnya.
"Iya, gimana menurut kamu bagus enggak?"
"Bagus, kamu suka mobil klasik mas?"
"Iya suka sekali apalagi mobil ini adalah mobil impianku sejak masih remaja hingga tidak ku sangka aku bisa memilikinya saat ini" binar mata Arzan terlihat sangat-sangat bahagia.
"Apakah mahal mas mobil ini?"
"Tidak mahal sama sekali, aku memiliki mobil ini juga karena kamu."
Ruby mengerutkan keningnya, "perasaan aku tidak berkontribusi apa pun saat membeli mobil ini bahkan aku tidak tahu kalau kamu akan membeli mobil."
"Mau jalan-jalan bersama menggunakan mobil ini?" tawar Arzan dan juga pengalih perhatian Ruby agar dia tidak bertanya aneh-aneh.
Jangan lupa ya baca cerita author ya lain 🤗 see you next story 😉
Walau Aslan salah, tapi Aslan bersikap orang yg mencintai 👍👍
memberikan sepenuhnya rasa nyaman, kasih sayang, dan pengertian dengan membantu Ruby dan menyayangi Ano seperti keluarga nya sendiri 👍👍👍
Semoga nantinya Ruby tetap Jadinya sama Aslan yaa Thor ...
Jangan dipisahkan mereka 👍🙏🙏🙏