NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bikin cemburu

"Lu sih, Gem! Ngapain sih ngejawab aja,” keluh Dava, wajahnya sudah kecut karena panas terik.

Keempat sahabat itu kini berdiri tegak, hormat ke arah bendera. Sinar matahari menyengat keras, membuat seragam mereka yang sudah lembap semakin basah oleh keringat. Udara terasa seperti membakar kulit mereka.

“Kok gua sih?! Lu yang muter kenceng-kenceng, kok gua yang disalahin?” balas Gema sewot, menatap Dava dengan tajam.

“Udah, jangan saling nyalahin. Kita semua salah di sini," ucap Kian mencoba menenangkan situasi.

Tara yang masih setengah sadar dari tidurnya, mengerutkan dahi. “Eh, kenapa sih? Kok tiba-tiba kita dihukum gini?" tanyanya, masih terlihat jelas sisa kantuk di wajahnya.

“Itu gara-gara si Dava muter lagu DJ kenceng banget sampai satu sekolah sama warga sekitar terganggu. Mereka marah-marah, terus mak lu kena semprot,” jelas Kian sambil melirik Tara yang terlihat kebingungan.

Tepat di samping Tara, Gema yang mulai kesal mendekatkan mulutnya ke telinga Tara. “Makanya jangan tidur mulu, goblok!” teriaknya tepat di telinga Tara.

“Aduh, sakit banget kuping gua, tolol!” keluh Tara sambil menutup telinganya yang merah, menghindar dari Gema.

Gema menepuk dahinya sendiri sambil mengusap peluh yang mulai membanjiri wajahnya. “Anjing, panas banget. Calon-calon jadi item nih,” gumamnya kesal.

Tara tiba-tiba mengeluarkan tabir surya dari kantung seragamnya dan menyerahkannya ke Gema. “Nih, pake biar nggak item,” ucapnya santai, sebelum mengoleskannya ke wajahnya sendiri.

“Anjir, beneran Taraemon,” celetuk Kian sambil mengambil tabir surya dari tangan Tara.

Tawa pecah di antara mereka, sementara Tara hanya mendelik kesal. “Kurang ajar lu!”

“Eh, Taraemon apaan sih?” tanya Dava bingung.

Gema tertawa kecil, ingatannya melayang ke masa lalu. “Lu lupa, Dav? Dulu Tara kan gendut dan sering pake hoodie biru, makanya sering panggil Taraemon.”

“Oh, iya! Hahaha, bener juga!” Dava menyahut sambil tertawa kecil.

Obrolan mereka terus diselingi canda, meski keringat sudah membasahi tubuh. Namun, Kian tiba-tiba menegakkan tubuhnya, matanya menangkap sosok yang berjalan di koridor sekolah. “Eh, Gem, liat deh,” bisiknya sambil menunjuk ke arah Raisa dan Adam yang tengah asyik berbincang sambil tertawa.

Gema terkejut melihat mereka berdua. Pandangannya terpaku pada tawa Raisa yang begitu ceria. Hatinya terasa perih, seperti tersayat perlahan. ‘Kak Raisa bahagia... tapi bukan sama gua,’ batinnya. Plak! Gema menampar pipinya sendiri, mencoba menenangkan diri.

“Jangan cemburu, Gem! Jangan!” ucapnya lirih, berusaha menahan perasaan yang terus menggelora di dadanya.

Ketiga sahabatnya hanya bisa saling berpandangan, heran melihat aksi Gema yang tiba-tiba itu. Mereka tahu Gema sedang berusaha keras menahan rasa yang seharusnya ia lupakan, tapi tak ada yang berani menyinggung soal itu.

Suasana semakin panas. Dava mengelap lehernya yang basah dengan lengan bajunya. “Ya Allah, panas banget! Kayak disuruh berdiri di neraka jahanam!” keluhnya kesal.

Kian yang masih berusaha menahan panas, tertawa kecil. “Bukan di neraka, tapi hari ini kayak neraka bocor, cok. Panasnya nggak nahan.”

“Jadi pengen nyanyi nih,” ucap Kian tiba-tiba, memecah suasana.

“Nyanyi apaan, Ian?” tanya Tara dan Dava serempak.

Kian langsung mengeluarkan aksi kocaknya.

Hareudang, hareudang, hareudang Panash, panash, panash Syelalu, syelalu, syelalu Panash dan hareudang

Kian bernyanyi sembari menggeliat seperti cacing kepanasan, mengikuti irama yang dia ciptakan sendiri.

Tawa kembali membahana di antara mereka. Tara dan Dava tak mampu menahan tawa melihat tingkah Kian yang sudah seperti orang kesetanan.

Tara mengusap air matanya yang keluar karena terlalu banyak tertawa. “Aduh, Ian, Ian... lu udah gila apa ya? Terus Dav, lu bilang ini panas kayak neraka jahanam bocor, emang lu pernah ngerasain?”

Dava mengangkat bahu, lalu menunjuk ke arah Gema. “Nggak, tapi coba tanyain ke Gema, tuh. Yang kerjaannya main game Summer Sweatheart sama Summer Time Saga.”

Gema yang awalnya memperhatikan Adam dan Raisa, kini mengalihkan pandangannya dengan tajam ke arah Dava. “Tai! Lu juga main ya, bangsat,” ucapnya dengan nada tajam, membuat Dava tersentak.

“Nggak,” elak Dava sambil cengengesan.

“Tai!” seru Gema lagi, kali ini lebih pelan, namun penuh penekanan.

Dava, yang menyadari tidak bisa mengelak lebih jauh, tertawa kecil. “Ampun, Gem! Maafin gua ya, ntar gua dibantai mas Dean,” ucapnya bercanda.

“Gua gak akan maafin lu, anjing!” ancam Gema, senyuman mulai muncul. Dava tahu itu hanya bercanda.

Tawa pun kembali pecah di antara mereka, mencairkan ketegangan sejenak. Gema kembali menatap ke arah koridor tempat dia sebelumnya melihat Raisa dan Adam. Tapi kini, mereka sudah tak ada di sana. Gema mulai mencari dengan matanya yang menyipit, mengikuti instingnya. Beberapa saat kemudian, ia akhirnya menemukan mereka berdua di koridor lantai tiga.

Raisa, yang sepertinya merasakan tatapan Gema dari kejauhan, langsung menoleh. Mereka pun bertatapan, mata mereka bertemu sejenak. “Eh?!” kaget Raisa, matanya melebar.

Adam yang menyadari reaksi Raisa langsung menatapnya heran. “Kenapa, Sayang?” tanya Adam, masih bingung dengan perubahan ekspresi pacarnya.

“Oh, nggak. Aku cuma liat... kucing naik ke atas pohon tuh,” Raisa menunjuk ke arah pohon beringin besar yang tumbuh di dekat koridor, mencoba mengalihkan perhatian Adam.

Ternyata benar, seekor kucing sedang berlari naik ke salah satu cabang. Adam menatap kucing itu dengan alis terangkat. “Lah? Aneh banget, itu kucing apa monyet?” gumamnya heran.

Raisa tersenyum, menahan tawa. “Udah, jangan heran. Di sini muridnya aja random, apalagi hewannya,” ujarnya sambil menggenggam tangan Adam erat-erat, lalu menariknya ke arah kelas.

Ketika mereka tiba di depan pintu kelas XII MIPA 2, kelas Adam, Adam berbalik dan membuka pintu yang tertutup rapat. “Aku masuk ya,” ucapnya lembut, bersiap untuk masuk ke dalam.

Namun, sebelum benar-benar melangkah masuk, Raisa kembali melirik ke arah lapangan. Dan benar saja, Gema masih memperhatikannya dari kejauhan. Tatapan Gema tampak tidak teralihkan, tajam dan penuh emosi. Dengan satu tarikan napas, Raisa menarik tangan Adam kembali ke dekat beton pembatas koridor, membuat Gema bisa melihat lebih jelas.

“Kenapa, Sayang?” tanya Adam sekali lagi, kali ini lebih bingung.

Raisa hanya tersenyum misterius, matanya menyiratkan sesuatu yang sulit diartikan. Lalu, tanpa berkata apa-apa lagi, ia mendekatkan wajahnya ke pipi Adam.

Cupp!

Ciuman singkat mendarat di pipi Adam. Wajah Adam langsung memerah, matanya membulat kaget, sementara Raisa tampak puas dengan reaksinya. Dari jarak itu, Gema bisa melihat semuanya dengan jelas, seakan adegan tersebut diputar tepat di depannya.

Hatinya seketika terasa seperti dihimpit batu besar. Sesak. Emosi bergejolak, bercampur antara rasa kecewa, cemburu, dan marah. Tangannya mengepal begitu kuat, kuku-kukunya menekan telapak tangan hingga terasa sakit. Namun, rasa sakit fisik itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka di dalam hatinya.

“Bangsat!” maki Gema dalam hati, mencoba menahan segala emosi yang sudah hampir meluap.

1
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!