Karamel Vyora Antares memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga nya setelah mengetahui bahwa suaminya Rakhayasa Kafka Majendra masih mencintai mantan kekasihnya, bahkan Kafka berencana akan menikahi kekasihnya.
Vyora akhirnya lebih memilih pergi dan merelakan suaminya bersama mantan kekasihnya. Namun saat Vyora dan Kafka resmi bercerai ternyata Vyora sedang mengandung benih Kafka.
Akankah Vyora kembali pada Kafka demi benih yang sedang dikandungnya?
"Aku akan mendapatkan mu kembali apapun caranya" Rakhayasa Kafka Majendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Nando
Nando terpaku di tempatnya, pria bule itu menatap nanar Vyora sambil menggelengkan kepalanya. Ketakutannya kian menjadi saat Khavi dan Khavya menanyakan pertanyaan yang tak sanggup pria bule itu jawab.
"Jadi ... Om Ando sengaja mencelakai Avi dan Vya?" Khavi menatap Nando dengan mata yang mengembun. "Kenapa, Om?" Lirih Khavi.
"Padahal Vya sayang banget sama Om, Vya juga tetep dukung Om walaupun Mommynya Om gak suka sama kita." Khavya meneteskan air matanya dengan kepala yang menunduk.
"𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢.
Nando semakin dihinggapi rasa bersalah, apalagi saat melihat dua bocah yang dulu ingin dia singkirkan ternyata sangat tulus menyayanginya.
"Jadi benar Nan, kamu yang sudah mencelakai anak-anak ku?" Vyora menatap Nando dengan tatapan kecewanya.
"Vy, dia bohong! Aku gak mungkin mencelakai anak-anak mu, kamu juga tau kan aku sayang sama mereka?" Nando mengelak. Sampai kapanpun pria bule itu akan mempertahankan Vyora. Nando sudah tidak peduli lagi walaupun Vyora tidak mencintai nya.
Kafka tersenyum smirk, sepertinya tidak akan mudah membuat Nando mengakui perbuatannya. Untung saja Kafka sudah ada rencana ke-dua jika Nando bersikeras membantahnya.
Vyora hanya menatap datar Nando, hatinya sangat sakit membayangkan Nando adalah dalang di balik kecelakaan Khavi dan Khavya. Namun dengan tak tau malunya, Nando malah bersikap seperti seorang pahlawan untuk Vyora dan juga anak-anak nya.
"Kamu masih mengelak juga? Dasar pengecut!" Cibir Kafka.
Nando mengepalkan tangannya, pria bule itu tidak terima Kafka mengatai nya pengecut.
"Cukup Tuan Kafka! Saya tau Anda memfitnah saya supaya saya dan Vyora tidak jadi menikah, kan? Namun sayangnya tipuan Anda tidak akan berhasil, karena saya dan Vyora akan tetap menikah?" Nando tersenyum miring.
"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶, 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢."
Kafka semakin geram dengan tingkah pria bule pengecut itu, bukannya mengaku dan meminta maaf, tapi malah memutar balikkan fakta. Nando malah membuat asumsi bahwa Kafka sengaja memfitnahnya supaya bisa kembali bersama Vyora.
"Baiklah ... jika anda tidak mau mengaku juga, dengan terpaksa saya akan memperlihatkan buktinya di hadapan semua orang." Kafka tersenyum puas melihat wajah pias Nando. "Kita lihat apakah setelah ini anda masih punya keberanian untuk menatap anak-anak ku?"
"𝘉𝘶𝘬𝘵𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥?" 𝘉𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘕𝘢𝘯𝘥𝘰.
Kafka mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Kemudian memutar sebuah rekaman CCTV, dan memperlihatkannya pada Vyora.
𝘍𝘭𝘢𝘴𝘩𝘣𝘢𝘤𝘬
"𝘔𝘢𝘢𝘧 𝘛𝘶𝘢𝘯, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘵𝘪. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘙𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘚𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢," 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘕𝘢𝘯𝘥𝘰.
"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶! 𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘴𝘪𝘯𝘨𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯."
𝘈𝘸𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘕𝘢𝘯𝘥𝘰 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘪 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘺𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢. 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘮𝘪 𝘬𝘳𝘪𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩.
𝘔𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘳 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘕𝘢𝘯𝘥𝘰 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶. 𝘕𝘢𝘯𝘥𝘰 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘰𝘯𝘰𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘳𝘢𝘵 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘶𝘥𝘪.
𝘍𝘭𝘢𝘴𝘣𝘢𝘤𝘬 𝘰𝘧𝘧.
Plak
"Kurang ajar! Jadi selama ini kamu menipuku, Fernando." Vyora menampar Nando dengan sangat keras membuat sudut bibir Nando pecah dan mengeluarkan darah.
Hati Vyora hancur, bagaimana bisa orang yang selama ini dia anggap sebagai pahlawan ternyata adalah dalang kecelakaan anak-anak nya. Dan lebih parahnya lagi ternyata Nando ingin menghabisi nyawa anak-anak nya, beruntung saja Tuhan masih melindungi kedua anaknya.
"Bahkan sebenarnya kamu ingin--
"Vy ... dengerin aku dulu." Nando ingin membangunkan Vyora yang sudah luruh di lantai, namun kedua anak Vyora menghentikan nya.
Khavi dan Khavya memeluk Mommynya yang menangis pilu. Mereka tau Mommynya sangat terluka, karena selama ini Mommy Khavi dan Khavya itu sudah menganggap Nando sebagai pahlawannya. Walaupun Nando terkesan memanfaatkan keadaan, tapi yang Vyora tau Nando adalah orang baik.
"Om ... Avi dan Vya salah apa sama Om? Kita minta maaf kalau ada salah. Tapi jangan buat Mommy menangis, Om." Khavi memohon sambil menahan tangis nya.
Nando merasa sakit dihatinya, seolah ada ribuan pisau yang menancap. Anak-anak yang dulu pernah ingin dia singkirkan malah meminta maaf padanya. Nando sungguh merasa malu , untuk menatap mereka pun rasanya tak sanggup.
"Maafkan Om, Avi ... Vya ... dulu Om jahat sama kalian, Om ingin-- ." Nando menghela nafasnya, rasanya tak kuasa melanjutkan kalimat nya. "Tapi sekarang Om benar-benar sayang sama kalian."
Nando ingin memeluk kedua anak kembar Vyora, namun urung pria bule itu lakukan saat melihat tubuh Khavya bergetar menatap nya. Nando tau pasti Khavya merasa takut dengannya, membuat penyesal Nando semakin menumpuk di hatinya.
Nando benar-benar menyayangi Khavi dan Khavya, namun kesalahannya di masalalu membuat Khavi dan Khavya takut dan tidak mempercayai apapun lagi yang Nando katakan.
"Vy ... kumohon jangan menangis!"
Hati Nando semakin sakit saat melihat wanita yang sangat dia cintai menangis dan itu karena dirinya. Nando sungguh sangat menyesal, kenapa dulu dia begitu bodoh sampai mau menghilangkan nyawa anak-anak yang tak berdosa hanya untuk mencapai tujuan nya.
"Sekarang jelaskan, kenapa kamu setega itu sampai ingin menghabisi anak-anak ku? Kamu tau kan mereka adalah hidupku." Vyora mencoba meredam tangis nya. Wanita cantik itu sungguh penasaran dengan alasan Nando.
"Vy ... kamu gak perlu mendengar penjelasan nya lagi!" Kafka tak habis fikir dengan Vyora. Jelas-jelas Nando berniat menghabisi anak-anak nya, tapi masih bisa menanyakan alasannya.
"Aku hanya ingin tau alasannya, Mas. Kenapa dia setega itu?" Vyora menatap Kafka dengan penuh permohonan. "Dulu aku pernah mengambil keputusan tanpa bertanya terlebih dahulu alasannya. Aku menyesal , dan penyesalan itu masih ada sampai sekarang," lirih Vyora.
Deg
Kafka tidak menyangka sedalam itu rasa bersalah Vyora. Padahal dirinya lah yang lebih dulu bersalah. Tapi ternyata Vyora yang justru jauh lebih terluka. Kafka membawa tubuh ringkih wanitanya ke dalam dekapannya.
"Maaf ... Ini semua salah ku, andai aku tidak pergi, andai aku mendengarkan penjelasan mu dulu. Hiks ... hiks ... semua ini tidak akan terjadi. Nando tidak akan mencelakai anak-anak dan anak-anak tidak akan menderita." Vyora terus menangis di pelukan Kafka menumpahkan perasaan bersalahnya.
"Vyora kumohon jangan menangis! Ini semua salah ku, aku yang salah," ucap Nando. "Aku minta maaf ... dulu aku tidak tega melihat mu terus menangis karena mengingat mantan suami mu. Kamu seperti hidup didunia mu sendiri. Semuanya hanya tentang mantan suamimu," ucap Nando.
"Kamu seperti terpenjara oleh rasa cintamu padanya, sampai kamu tidak bisa melihat aku begitu tulus mencintaimu," ucap Nando lagi.
"Tapi kenapa kamu harus mencelakai anak-anak ku? Mereka tidak salah apa-apa, Nan!" Vyora berteriak.
"Maaf ... dulu aku berfikir bodoh, mungkin karena wajah mereka mengingatkan mu terus pada mantan suamimu, kalau aku habisi mereka mungkin kamu akan melupakan mantan--
Bugh
"KURANG AJAR!"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
u r the best raga😂😂🤣
kalau emang si kakap udah yakin gak salah dan punya rencana sendiri gak mungkin donk dia merasa bersalah dan nyuekin Vyora berminggu-minggu
nggantung banget sihhhh